Descargar la aplicación
11.76% SKANDAL. / Chapter 2: Nakal

Capítulo 2: Nakal

"Coba kamu lihat tingkah si brengsek itu, dia tak pernah melewatkan kesempatan sekecil apapun. Aku rasa wajahnya itu kutukan!" Ujar Darwin- teman dekat Eki, dia melihat tingkah Eki dari kejauhan dengan wajah jengkel, dia bisa melihat jelas bagaimana Eki tersenyum dan mengobrol dengan pelayan di depan sana, dia melihat Eki menyodorkan minuman ke arah pelayan itu, dia seakan bisa menebak apa yang Eki ucapkan.

"Kau cantik, sangat mengagumkan." Desis Darwin mendelikan mata mengejek ekspresi Eki di depan sana.

Darwin dan Ron, sejak dua jam yang lalu menunggu Eki bergabung, tapi teman tampan yang menyebalkan itu malah santai menggoda pelayan tanpa peduli dengan 2 jam keterlambatan.

"Bisakah kamu ajak dia temui psikiater, dia butuh terapi dan obat!" Darwin bertanya pada Ron, mereka berdua muak dengan tingkah Eki, tapi hubungan erat sebagai sahabat membuat kata muak itu menjadi tidak pantas.

Selang beberapa menit akhirnya Eki bergabung di meja neraka, wajah Darwin dan Ron tampak tak ramah.

"Hey, kenapa dengan wajah kalian. Itu tampak sinis bro!" Seru Eki sambil tertawa kecil, dia menarik kursi dan menyandarkan punggung dengan santai seperti tanpa dosa.

"Menurutmu kenapa, kamu sialan!" Darwin semakin kesal melihat tawa sumringah milik Eki, dia mengangkat tangan hendak memukul Eki tapi hanya ancaman saja.

Ron menutup laptopnya, "kamu terlambat dua jam dan kamu masih sempat menyapa pelayan cafe!" Suara Ron tak kalah jengkel seperti Darwin. Kelakuan Eki memang luar biasa laknat.

Eki masih menampilkan senyum beracun itu yang tidak mempan untuk kedua sohib nya. "Hey, ayolah, kita harus ramah terhadap orang lain. Ayolah, jangan kaku, itu membosankan. Hidup harus santai!"

Pukulan Darwin mendarat juga di lengan Eki.

"Bukankah dia cantik, sayang kalau dilewatkan!" Eki menunjuk pelayan di depan sana, yang dia goda tadi. Ron dan Darwin tidak tertarik sama sekali.

Darwin menatap wajah menyebalkan Eki, tatapannya kian tajam. "Hey, carilah seorang gadis lalu kencan dengan benar, kamu pikir usiamu berapa, kita cukup dewasa untuk mencoba berkencan dengan serius!" Darwin si pria paling setia memberikan wejangan. "Atau, jadilah single berkualitas seperti dia!" Telunjuk Darwin membuat wajah Ron terangkat.

Membahas kencan, wanita, cinta, adalah hal yang membosankan bagi Ron.

"Kau lebih baik kencan dengan rumus dan buku seperti dia, itu lebih bermartabat kawan!" Darwin memperjelas ucapannya.

Ron merasa risih, dia menoleh pada Darwin dan mendesis kesal.

Darwin menyadari tatapan Ron dan tersenyum tipis.

"Hei, aku benar kan?" ujar Darwin berusaha meyakinkan ucapannya.

"No!" Eki mengangkat tangannya, tak setuju dengan pendapat Darwin.

"Aku belum ingin punya pacar apalagi yang berisik seperti pacarmu itu!" ketus Eki membuat Darwin berdecak kesal, tapi ucapan Eki benar juga

" dan aku tak bisa jomblo seperti dia, karena c-mon ! aku tak suka bermain dengan sabun hehe.. " kalimat Eki dibalas cekikikan panjang di meja mereka, hingga beberapa orang memperhatikan tawa geli mereka.

"sstt.." Ron mengingatkan untuk menahan tawa geli mereka, ketiganya menutup mulut segera, tapi masih tetap ingin tertawa mendengar ucapan Eki tentang sabun.

Eki merapatkan kepalanya hingga Darwin dan Ron mengikuti gerakannya, mereka memasang telinga dengan gerakan mulut Eki.

"Kalian lihat si pelayan cantik dengan rok mini itu (menunjuk ke arah pelayan), aku akan mengantar dia pulang ke kosan dan menikmati kasurnya malam ini.."

PLAK!

Kompak Ron dan Darwin menepak kepala Eki kesal.

"Aku pikir dia akan membisikkan sesuatu yang masuk akal, tapi harapanku adalah mustahil!" dengus Darwin kesal.

"Apa perlu diruqyah mesum satu ini?" dukung Rom dengan wajahnya yang memerah, dia sempat melirik pelayan yang mengenakan rok mini, dan dia melihat paha mulus itu.

Eki tertawa melihat tingkah berlebihan dua sahabatnya ini. Mereka telah lama berteman sejak menjadi mahasiswa salah satu universitas swasta yang terkenal dengan cap mereka sebagai mahasiswa abadi di kota ini, ketiganya memiliki karakter yang berbeda, eh pengecualian untuk Ron, dia adalah yang paling muda dan waras.

Jika Eki si mesum tampan idaman semua gadis, maka Darwin mempercayai cinta sejati dan bertahan hanya dengan satu gadis, dia dan pacarnya sudah menjalin hubungan sejak di bangku SMA.

Lain lagi dengan Ron, si penyuka kemeja warna monokrom itu belum memutuskan apapun mengenai cinta, dia masih terus fokus pada pendidikannya, tipe si rajin dan cerdas lah pokoknya.

Walau begitu pertemanan mereka tak usah diragukan lagi, seperti sudah tak ada rahasia lagi di antara mereka.

"Wah, tiba tiba mendung." Darwin melihat ke langit yang sekarang sudah menggelap seketika.

"Aku harus segera menjemput pacar ku." dengan terburu buru Darwin bangun dan merapikan isi tas nya.

"Hei, aku baru sampai disini dan kamu sudah mau pergi karena pacarmu itu!" protes Eki tak terima

"Kan masih ada dia!" tunjuk Darwin ke arah Ron.

"Tinggalkan payung mu ya!" pinta Eki berteriak pada Darwin yang sudah berjalan ke arah pintu keluar.

"payung untuk apa?" tanya Ron bingung dengar permintaan Eki.

"Bukankah kamu membawa sepeda motor?" masih dengan bingung Ron terus bertanya, Eki segera mengangguk, mengiyakan pertanyaan Ron.

"Lalu?" wajah Ron masih tak mengerti

"Kamu bawa motor ku ya, titip di kosanmu. Hari ini aku akan berjalan kaki," ucap Eki dengan raut wajahnya yang penuh teka teki.

"Kamu stress ya. Pasti kau punya rencana anakan?" tuduh Rama dengan raut wajahnya yang tak percaya akan sahabatnya itu, Eki tertawa kecil

"Kamu tahu saja. Aku akan mengantar si cantik dengan payung, dia tinggal tak jauh dari sini." bisik Eki membocorkan rencana nya

"Shit! kau gila!" ucap Ron sambil menggelengkan kepala, benar saja dugaannya.

"Ah, sepertinya si pelayan seksi akan pulang, jadi bye!" salam Eki dibalas cibiran oleh Ron, dia meninggalkan kontak motor dan tasnya di meja.

Ron berdecak kesal melihat punggung Eki.

"Mahasiswa abal abal yang selalu menambah beban hidupku!" geram Ron kesal, dia melihat punggung Eki yang mulai menghilang, pria itu meraih payung yang ditinggalkan Darwin di pintu depan

Hujan turun semakin deras, si gadis pelayan terlihat menunggu di teras Cafe, kemeja putihnya terkena percikan hujan dan membuat warna kulitnya bisa di terawang.

Eki meraih payung dan mengembangkan benda hitam itu seketika, payung menghalau percikan hujan yang mengenai bahu gadis yang sudah keluar lebih dulu dan sedang menunggu hujan reda, si pelayan cantik terkejut dengan pemilik payung yang sengaja melindunginya dari percikan hujan.

Eki tersenyum lebar membalas wajah takjub gadis itu.

"Aah.. hujan nya lumayan." gumam Eki tak jelas pada siapa, matanya menatap langit yang gelap, gadis itu tersipu saja mendengar suara berat Eki

mata pemuda itu berganti menyorot wajah si gadis yang tersipu dan salah tingkah berada di sisinya.

"Ayo aku antar, kamu kos tak jauh dari sini kan?" tanya Eki dengan wajah mempesonanya, si gadis mengangguk pelan

"ayo.." ajak Eki pada si gadis untuk meninggalkan tempatnya bekerja, mereka bernaung di satu payung berdampingan. Eki sedikit menjauhkan dirinya hingga cucuran dari sudut payung membasahi bahu sebelah kirinya, dia sengaja melakukan itu.

"Ah, pundakmu basah." ujar si gadis merasa tak enak, dia merapatkan posisinya, Eki tersenyum kecil, triknya tak pernah gagal.

"Ah tidak apa apa, cuma sedikit." Jawabnya singkat, dengan raut tenang Eki berbisik bangga di dalam dadanya, step pertama berjalan baik, selanjutnya melangkah ke nomor dua

"Ah, pundak mu juga kena air hujan." ujar Eki meraih bahu si gadis dan merapatkan tubuh mungil itu ke dalam dekapannya hingga tubuh mungil gadis berada di bawah tangannya yang kokoh dan berotot. si gadis tak mampu menatap wajah Eki, gadis mana yang tak merasa istimewa di perlakukan semanis ini oleh pria tampan.

Eki segera melepas dekapannya, dia memasang wajah menyesal "ah maaf, aku spontan." ujarnya membuat alibi.

Cih, dasar playboy sialan, dalam hatinya pasti sedang tertawa girang, yess.. siap melangkah ke proses selanjutnya.

setelah tiba di depan kamar kos si gadis, Eki menyodorkan payung pada di gadis yang melongo bingung, tentu saja, jika Eki menyodorkan payung agar si gadis bisa membuka pintu nya leluasa tanpa terpercik air, tentu saat ini badan Eki bermandi hujan dan basah kuyup

si gadis segera meraih gagang payung hingga tangan mereka saling menindih, dia dengan cepat melindungi tubuh Eki yang basah kuyup

PLUK!

kini mereka menjadi basah bersama karena payung yang saling berebut jatuh ke jalanan, keduanya tertawa dengan tingkah konyol mereka yang saling ingin melindungi.

si gadis membuka pintu kamar kosnya dan meminta Eki masuk untuk mengeringkan badan.

"Tidak usah, aku tidak apa apa, lagipula hanya basah saja ko." ujar Eki menolak ajakan si gadis, tentu saja itu hanya bagian dari trik nya.

"Ayolah, kamu sudah mengantarku, kamu basah begini karena ku. Aku mohon minumlah teh hangat dulu." pinta si gadis dengan bola mata berbinar, kedua tangannya seperti memohon menangkup di depan dada.

Eki tertawa kecil, dia bukan tersentuh karena tangan gadis itu di dada, tapi bentuk jelas yang terlihat dari balik kemeja putih basah itu yang membuatnya semakin mengangguk mantab

"Kau pakai handuk ini dulu, aku akan mencarikan baju yang pas untuk mu." ujar si gadis segera membuka pintu lemarinya. 

tapi Eki melangkah mengikuti gerakan si gadis, tanpa gadis itu sadari. dia mengangkat handuk dan meraih rambut gadis itu, Eki mulai mengeringkan rambut basah si pelayan cantik yang mematung karena tak mengira dengan gerakan di belakang punggung, Eki tahu itu, dia melanjutkan kegiatannya dengan penuh perasaan, menggosok-gosok rambut si gadis dengan handuk.

"Kamu harus mengeringkan diri dulu, aku takut kamu sakit dan tak bisa bekerja." bisik Eki di telinga si gadis yang memberi suhu kontras tubuh mereka.

si gadis membalikkan badannya, dia menatap wajah tampan Eki dengan rambutnya yang basah dan jatuh di dahi dan tangan pemuda itu yang masih mengeringkan rambut si gadis dengan penuh perasaan.

si gadis tersenyum dan mendapat balasan senyuman lebar dari pria tampan di hadapannya, dadanya bergetar hebat, pria baik mana yang hari ini datang ke kamarnya? dia tak bisa menahan diri lagi untuk membalas kebaikan pemuda yang begitu menggoda ini.

Eki menurunkan handuk di kepala gadis itu, dia menutupi mata gadis itu hingga tak bisa menangkap senyuman sinis di bibirnya.

pria itu merapatkan tubuh mereka, bukan hanya kenyal di bibir hingga masuk ke dalam mulutnya, seperti mengunyah bubble gum manis, ototnya kini menegang seketika saat dua gunung lembut dan kenyal menempel pada kain bajunya yang dingin.

"Kau sepertinya kedinginan.." bisik Eki di telinga si gadis dan membuat suara melenguh penuh hasrat.

"Biar aku hangatkan.." bibir Eki tersenyum lagi untuk kesekian kalinya, dia kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir si gadis, mereka merasa hangat dan erat, Eki merasakan cengkraman tangan si gadis di ujung kemejanya.

Eki menarik pinggang si gadis, hingga tubuh mereka menempel.

"Ah." si gadis terkejut dengan sesuatu yang menonjol di bawah sana, Eki menuntun tangan gadis itu karena matanya masih terhalang oleh selembar handuk.

"Aku juga kedinginan, dan butuh kehangatan…" bisiknya nakal.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión