Descargar la aplicación
70% Selingkuh Romantic Gay / Chapter 14: RG 14

Capítulo 14: RG 14

Roda mobil racing berwarna hitam itu terlihat berputar lumayan sangat cepat. Setelah beberapa saat di perjalanan, mobil itu pun berhenti.

KRUB!! Novi dan Apri keluar dari mobilnya Dimas.

"Beib, tunggu sebentar?" Nizar memanggil Novi yang hendak berjalan masuk ke pintu gerbang rumahnya.

Novi dan Apri pun segera memberhentikan jalannya.

"Kenapa beib?" Tanya Novi sambil berjalan mendekati Nizar.

Nizar segera mengambil amplop yang telah di siapkannya sedari tadi, sewaktu Novi dan Apri sedang jalan-jalan memutari pameran dari dalam tas kerjanya.

"Ini beib, ada titipan buat anak-anak kosan." Ucap Nizar sambil memberikan amplop kepada Novi.

"Apaan ini beib?" Ucap Novi.

"Titipan dari si Abang. Gak seberapa sih isinya, sekedar untuk makan-makan aja." Ucap Nizar.

"Oh gitu. Ya udah, nanti gw sampaikan ke anak-anak kosan ya beib?" Ucap Novi.

"Bilang aja dari orang ya beib? Jangan bilang dari gw maupun dari abang gw? Mereka juga tidak mengenal kita berdua." Ucap Nizar.

"Siap beib. Selalu kayak gitu deh lu." Ucap Novi.

"Bukannya harus begitu kan beib? Tangan kanan lebih baik bersembunyi dari tangan kirinya?" Ucap Nizar.

"Iya ah, gw masih inget koq beib." Ucap Novi.

"Ya sudah, kalau gitu gw sama abang pergi dulu ya beib?" Ucap Nizar berpamitan.

"Oke beib. Hati-hati di jalan lu?" Ucap Novi.

"Makasih ya bang?" Ucap Novi dan Apri kepada Dimas.

"Sama-sama Mba." Ucap Dimas.

Dimas segera menjalankan mobilnya kembali. Novi dan Apri segera berjalan kembali lalu mendaratkan bokongnya di kursi depan teras rumahnya Novi.

"Itu berapa beib isinya?" Ucap Apri.

"Gak tahu beib." Ucap Novi.

"Coba buka beib, ngintip aja gitu?" Ucap Apri.

"Ah lu beib, ini kan amanah buat anak kosan?" Ucap Novi.

"Ya elah, nanti juga lu juga yang ngebuka itu amplop buat beliin makanan kepada mereka?" Ucap Apri.

"Bener juga sih. Ya udah gw buka nih beib, tapi jangan di comot ye?" Ucap Novi.

"Iye ah, takut amat lu gw comot itu duit." Ucap Apri.

Novi segera membuka isi amplop dan melihatnya. Apri pun tak sedikit pun matanya menatal ke arah amplop yang sedang di buka oleh Novi.

"Gila, banyak juga abangnye ngasih itu duit? Melebihi dari uang yang mau gw pinjem ke Nizar." Ucap Apri yang telah melihat isinya.

"Emangnya lu jadi minjem duit ke Nizar beib?" Ucap Novi.

"Ya elah, gw keceplosan lagi. Iye, gw jadi minjem duit ke dia beib, ntu juga buat beli baju seragam sekolah anak gw. Hehehe.." Ucap Apri.

"Kenapa tadi gak sekalian gw minta duit ke Nizar aja ya beib? Biar abangnye yang ngasih ke gw? Pasti lebih gede tuh, kalo die yang ngasih." Ucap Apri.

"Mana mungkin Nizar mau minta-minta kayak gitu ke abangnya sih Jendeees?" Ucap Novi.

"Lah emangnya kenapa? Pan sama aja, dia juga bisa ngasih cuma-cuma buat anak kosan. Masa iya ke gw dia gak mau mintain ke abangnye?" Ucap Apri.

"Aduuh, lu gak malu apa emangnya? Tadi saja makanan sama belanjaan yang kita beli mereka semua yang bayarin. Terus lu mau minta-minta? Makanya cari laki tuh yang banyak duitnya sekalian! Jangan hanya nyari batangan mulu lu?" Ucap Novi.

"Ya elah, baru segitu doang udah ngebelain adeknya." Ucap Apri.

"Bukan begitu Jendes. Nizar itu emang gak suka minta-minta ke abangnye. Palingan dia mah sukanya minta dengan sindiran dengan secara halus." Ucap Novi.

"Terus apa bedanya kalo dia mintain untuk gw ke abangnye?" Ucap Apri.

"Susah gw jelasin ke lu. Masalah pinjaman uang lu nanti, ya urusan Nizar sendiri. Palingan, dia make uangnya sendiri buat minjemin ke lu." Ucap Novi.

"Ah, tapi kalau menurut gw. Uang yang di Nizar pun ada uangnya Dimas beib." Ucap Apri.

"Itu sudah urusan mereka berdua. Yang jelas, Nizar itu meminta kalau memang harus ada alasan yang jelas. Kalaupun Dimas ngasih uang kepada Nizar, itu sudah kewajibannya Dimas." Ucap Novi.

"Bisa aja lu ngebela adek lu beib." Ucap Apri.

"Ya udah ah gw mandi dulu. Awas lu ya, kalo nanti tidurnya jabrah?" Ucap Novi yang seringkali Apri suka menginap di rumahnya, namun kalau sedang tidur suka gulang-guling kesana-kemari.

"Terus martabak telor itu kapan lu kasihin ke anak kosannya beib?" Ucap Apri.

"Besoklah. Anak-anak juga sudah pada tidur, dan ada yang pulang pagi." Ucap Novi.

Novi dan Apri segera berjalan memasuki rumahnya.

*

*****

Ke suasananya Nizar yang sedang berada di Jalan Raya bersama dengan kekasihnya.

Nizar mendaratkan kepalanya di bahu sebelah kirinya Dimas yang sedang menyetir.

"Makasih ya sayang, kamu selalu menuruti permintaan aku?" Ucap Nizar.

"Sama-sama Dedek." Ucap Dimas sambil mengelus pipinya Nizar.

"Kenapa sih, kamu terlihat sedih seperti itu?" Ucap Dimas.

"Gak apa-apa." Ucap Nizar.

"Bener kamu tidak apa-apa?" Ucap Dimas.

"Iya, aku tidak apa-apa koq." Ucap Nizar.

"Coba abang tes kesehatan kamu. Sepertinya Dedek kesayangku ini lagi sakit deh." Ucap Dimas.

Tangan kirinya Dimas mulai merabakan tangannya ke tubuhnya Nizar untuk memeriksa kesehatannya Nizar. Ia mulai meraba dari kening pipinya Nizar dan ke bagian yang lainnya.

Ngek!!

"Argh! Sayang!!!" Ucap Nizar yang merasakan tangannya Dimas membuat kejutan di batang hitamnya Nizar yang sedang berdiri tegak dengan tangannya Dimas.

"Hehe, iya sehat ternyata Dedek kesayangku ini." Ucap Dimas.

"Hmm.. Terus aja kamu?" Ucap Nizar.

"Cup, cup,cup, nanti abang beliin balon ya Dedek?" Dimas meledeknya.

"Boleh? Yang baru, yang kenceng, yang lebih keras dan yang lebih hot ya sayang balonnya?" Ucap Nizar.

"Balon apaan itu dedek?" Ucap Dimas.

"Balon burung prekutut." Ucap Nizar.

"Hmm!!!" Dimas memasang wajah garangnya sambil menyetir dan satu tangannya memegang tubuhnya Nizar.

"Kenapa kamu?" Ucap Nizar memegang jari jemarinya Dimas.

"Kamu mau balon punya orang?" Ucap Dimas terlihat marah.

"Kamu yang mulai duluan. Emangnya balon kamu sudah meletus?" Ucap Nizar kembali meledek.

"Hmm!!!"

"Marah-marah?"

"Slurp krit!!" Nizar mengemut dan menggigit jari tangannya Dimas.

"Argh! Sayang?" Ucap Dimas.

"Kenapa?" Ucap Dimas.

"Ini masih di jalan sayang." Ucap Dimas yang merasakan bawahnya reflek merespon jari-jemari tangannya yang sedang di emut seperti permen lolipop dan sedikit di gigit oleh bibir tipis kekasihnya.

"Jadi kamu faham? Kalau aku sedang bercanda? Kamu tidak marah?" Ucap Nizar.

"Siapa yang marah sih Dedek? Dedek kepedean tuh, kalau abang merasa cemburu sama Dedek." Ucap Dimas meledek.

"Oh gitu? Nanti malam jangan tidur bareng aku ya? Awas kamu kalau sentuh-sentuh aku?" Ucap Nizar sambil beranjak membangunkan kepalanya dari bahunya Dimas.

"Marah-marah?" Giliran Dimas yang meledek kekasihnya sambil menahan kepalanya Nizar yang ingin beranjak pindah posisi untuk tetap kembali bersender di bahunya.

Nizar pun turut menyenderkan kepalanya di bahunya Dimas dan juga kembali memainkan telapak tangan dan jari-jemari tangan kirinya Dimas.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C14
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión