"Jadi Aleysa sampai menangis seperti ini karena Hans pergi dari rumah ini bersama dengan Emily? Hans itu emang udah keterlaluan. Emily juga. Aku harus melakukan sesuatu," pikir Ershad di dalam hatinya.
Kemudian setelah itu Ershad langsung pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana untuk pergi ke paviliun. Ershad tidak tega melihat Aleysa menangis seperti itu hanya karena sikap Hans dan Emily. Ershad akan melakukan sesuatu supaya Hans dan Emily tidak pergi.
*****
Malam ini Hans dan Emily sedang berada di dalam mobil Hans. Mereka berdua akan pergi ke suatu tempat dan tinggal bersama. Tetapi ketika dalam perjalanan, Emily menerima pesan dari Ershad yang membuat Emily merasa dilema. Dan isi pesannya itu berbunyi :
[Emily. Kamu kembali pulang sekarang juga. Suruh Hans untuk kembali ke rumahnya. Kalo kamu nekat untuk pergi bersama dengan Hans, aku ga akan ragu untuk membongkar semua rahasia kamu ke Hans dan keluarganya kalo kamu udah punya anak.]
"Kurang hajar. Berani-beraninya Ershad ngancam aku seperti ini. Tapi kalo nanti Ershad nekad kasih tau ke Hans gimana? Bisa marah besar Hans ke aku. Bukan hanya marah. Yang ada Hans akan pergi ninggalin aku. Engga, engga. Ini semua ga boleh terjadi," pikir Emily di dalam hatinya.
Hans melihat raut wajah Emily yang sangat tegang. Hans pun langsung bertanya kepadanya.
"Kamu kenapa sayang? Kamu lagi mikirin apa si? Kok kayanya lagi banyak pikiran gitu ya kamu?"
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa. Tapi aku mau pulang aja ya. Kamu juga pulang aja ya sayang."
"Apa? Pulang? Kenapa kamu tiba-tiba jadi suruh aku pulang si? Bukannya kamu yang minta kalo aku harus memperjuangkan hubungan kita?"
"Iya aku tau. Tapi kayanya kita ga harus pergi kaya gini deh. Kan kita masih bisa menjalin hubungan seperti biasanya. Aku juga ga mau kalo sampai keluarga kamu benci sama aku karena ini semua."
"Tapi Emily...."
"Hans, aku mohon. Kita pulang ke tempat tinggal kita masing-masing ya?"
"Yaudah kalo kamu maunya gitu. Aku antar kamu ke Apartement kamu ya."
"Iya."
Karena Emily takut dengan ancaman yang datang dari Ershad, akhirnya Emily menuruti semua kemauan Ershad. Emily dan Hans akan pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing. Emily masih belum mau jika Hans dan yang lainnya tahu jika Emily sudah mempunyai seorang anak dari pernikahan sebelumnya.
*******
Aleysa terus memikirkan kepergian Hans. Aleysa sampai tidak nafsu makan dan tidak bisa tidur. Malam-malam seperti ini Aleysa masih duduk di taman belakang rumah Hans. Dari kejauhan Ershad melihati Aleysa yang terus melamun. Dia merasa kasihan dengan Aleysa.
"Kasihan Aleysa. Dia itu wanita yang sangat baik tapi di sia-siakan oleh Hans begitu aja. Tapi kamu ga perlu sedih lagi Aleysa. Karena aku yakin sebentar lagi Hans pasti akan pulang ke rumah," ucap Ershad di dalam hatinya.
Ershad juga tidak tinggal diam melihat Aleysa menangis sendirian seperti itu. Ershad mengambil boneka tangan dan memainkannya di depan Aleysa dengan nada seorang pendongeng pada umumnya.
"Hallo. Kamu kenapa sedih?"
"Iya nih, aku lagi sedih."
"Kamu kenapa sedih? Kamu ga boleh sedih. Kalo kamu sedih, nanti cantik kamu hilang loh."
"Ga apa-apa cantik aku hilang. Aku ga peduli."
"Tapi emangnya kamu ga peduli sama orang yang sayang sama kamu? Masih banyak orang yang sayang sama kamu. Kalo mereka tau kamu sedih seperti ini, pasti mereka akan ikut sedih juga."
"Oh iya ya."
"Iya makanya kamu jangan sedih lagi ya."
"Iya deh aku janji aku ga akan sedih lagi."
"Nah gitu dong."
Aleysa tertawa kecil melihat tingkah Ershad kali ini. Ershad pun merasa lega karena sudah berhasil membuat senyuman di bibir Aleysa walaupun itu sangat kecil. Setidaknya kesedihan Aleysa sedikit berkurang.
"Nah gitu dong jangan sedih terus," ucap Ershad.
"Hehe. Aku cuma lagi kepikiran aja sama Hans."
"Kenapa kamu harus mikirin Hans? Dia aja ga pernah mikirin perasaan kamu kan?"
"Iya. Tapi biar bagaimana pun Hans itu kan adalah suami aku. Lagian aku juga harus menjaga wasiat dari Ayah."
"Wasiat dari Ayah? Maksudnya?"
"I... Iya. Wasiat kalo aku jangan sampai bercerai dari Hans."
Aleysa hampir saja keceplosan jika Hans itu adalah orang yang menabrak Ayahnya. Untung saja Aleysa bisa memberikan alasan yang membuat Ershad percaya dengan alasan yang diberikan olehnya.
"Oh gitu. Tapi kalo kamu ga bahagia kan cuma bikin kamu tertekan aja."
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa kok."
Ternyata dari kejauhan juga sudah ada Catline yang melihat mereka berdua sedang berduaan di taman belakang rumah. Catline senyum-senyum sendiri sambil memikirkan sesuatu.
"Emang benar, kak Aleysa itu lebih cocok sama kak Ershad yang lembut, perhatian kaya gini. Daripada sama kak Hans. Cuma bisa bikin makan hati aja," ucap Catline di dalam hatinya.
Setelah itu Catline pergi menghampiri Aleysa dan Ershad di taman.
"Hay kak. Berduaan aja nih," sapa Catline.
"Sini dek. Duduk sama kakak."
"Tapi kalo di liat-liat, kalian berdua cocok loh."
Aleysa langsung membulatkan kedua bola matanya ke hadapan Catline. Aleysa tidak suka jika Catline berbicara seperti itu. Apalagi dia sekarang ini berbicara di depan Ershad langsung.
"Catline. Kamu itu bicara apa si. Ga sopan. Ershad, aku minta maaf ya atas sikap adik aku ini."
"Yehh, kenapa minta maaf? Emang benar juga."
"Catline."
"Iya, iya maaf."
"Iya ga apa-apa. Catline mungkin yang sebenarnya suka sama aku," ledek Ershad.
"Nah iya. Bisa jadi tuh."
Catline yang tidak terima langsung angkat bicara.
"Ih apaan si. Kenapa jadi aku? Udah deh kak Ershad pergi aja sana. Kak Aleysa biar aku aja yang temanin."
"Hahaha. Iya, iya. Aku masuk duluan ya."
"Iya Ershad. Makasih ya kamu udah hibur aku."
"Iya, sama-sama Aleysa."
Akhirnya Ershad masuk ke dalam paviliun tempat tinggalnya yang berada di samping rumah Hans. Sedangkan Aleysa dan Catline memilih untuk tetap berada di taman belakang rumah.
"Masuk yuk kak. Udah malam. Ga baik angin malam buat kakak. Nanti kalo kakak sakit gimana?"
"Ga mau dek. Kakak masih mau di sini aja. Kakak mau nungguin Hans pulang."
"Ya ampun kak. Ngapain si ngungguin kak Hans pulang? Emangnya kakak ga dengar tadi kak Hans bilang apa? Kak Hans bilang ga akan pulang ke rumah ini dan dia lebih milih pergi sama wanita ular itu. Udah lah. Lebih baik kita masuk aja yuk kak."
Tiba-tiba saja suara mobil Hans terdengar hingga ke taman belakang. Aleysa yang sudah menunggu kepulangan Hans sedari tadi merasa sangat senang. Ternyata apa yang dia harapkan sedari tadi akhirnya terwujud juga. Hans pulang juga ke rumah.
-TBC-