"Bye. Aleysa. Aleysa," teriak Neneknya.
Tidak lama kemudian Aleysa datang menghampiri Neneknya.
"Iya, Nek. Ada apa Nenek teriak-teriak panggil Aleysa?"
"Hari ini kita ke salon ya. Ajak Catline juga."
"Ke salon? Emangnya mau ada acara apa Nek? Ini juga kenapa rumahnya di dekor seperti ini?"
"Iya. Nenek sengaja melakukan ini semua untuk acara pernikahan kamu dan Hans. Pernikahan kamu dan Hans kan belum di buatkan pesta. Jadi Nenek baurkan acaranya malam ini."
"Hmmm, kayanya ga usah deh Nek. Ga usah berlebihan seperti ini. Lagipula, Mas Hans belum tentu setuju kan sama semua ini. Kalo Mas Hans justru menjadi marah gimana, Nek?"
"Engga akan. Nenek pastikan Hans ga akan marah sama siapapun apalagi sama kamu. Udah, sekarang kamu dan Catline siap-siap. Kita ke salon siang ini juga."
"I.... Iya, Nek."
Ternyata keinginan Neneknya Hans lagi-lagi tidak bisa di ganggu gugat lagi. Aleysa hanya bisa menuruti apa yang dilakukan oleh Neneknya Hans kali ini. Aleysa dan Catline bersiap-siap untuk pergi ke salon bersama dengan Nenrjnga Hans siang ini.
"Nenek itu baik banget sama aku dan Catline. Dia begitu perhatian ke kita berdua. Tapi sekarang ini aku juga takut kalo Mas Hans marah sama aku karena aku setuju sama semua ide Nenek. Gimana ya? Semoga aja Mas Hans ga marah deh. Semoga aja justru Mas Hans bisa membuka hatinya untuk aku setelah acara ini," pikir Aleysa di dalam hatinya.
Setelah itu Aleysa memanggil Catline untuk bersiap-siap juga untuk berangkat ke salon siang ini.
"Catline..... De...."
******
Jam kantor baru saja selesai. Tetapi Emily sudah datang ke ruang kerja Hans. Untuk apalagi Emily datang ke ruang kerja Hans kalau bukan untuk menggoda Hans. Apalagi tadi siang Hans sempat berjanji kepada Emily jika mereka berdua akan makan malam romantis berdua di luar. Emily pasti akan menangisinya saat ini.
"Selamat sore sayang," sapa Emily.
"Aduh, pasti Emily mau tanyain tentang makan malam yang udah aku janjiin ke dia. Tapi Nenek suruh aku pulang cepat. Aku harus gimana dong?" pikir Hans di dalam hatinya.
"Sayang. Kamu kenapa? Kok diam aja si? Kamu sakit?"
"Engga sayang. Aku ga sakit kok."
"Syukur lah kalo gitu. Aku khawatir banget soalnya sama kamu. Oh ya, nanti malam kita jadi makan malam romantis berdua kan? Sekarang kita siap-siap kan untuk cari tempatnya?"
Hans hanya terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan Emily. Membuat Emily curiga dengan sikap Hans kali ini kepadanya.
"Sayang. Kenapa si kamu diam kaya gitu? Jangan bilang kalo kamu mau ingkari janji kamu ya sayang."
"Sayang, sayang, dengarin aku dulu sayang."
Hans berusaha untuk menjelaskan semuanya kepada Emily. Hans mengenggam tangan Emily dengan sangat lembut dan dengan penuh kasih sayang.
"Sebelumnya aku minta maaf banget sayang sama kamu. Bukannya aku mau ingari janji aku ke kamu, tapi tadi Nenek suruh aku cepat pulang ke rumah. Jadi aku harus pulang ke rumah sekarang juga."
Emily langsung melepaskan genggaman tangan Hans begitu saja dengan raut wajah yang penuh dengan sangat kekecewaan.
"Aku kecewa banget sama kamu. Kamu tega ingkari janji kamu sendiri ke aku gitu aja. Kenapa kamu harus janji kalo akhirnya kamu ingkari."
"Aku ga berniat untuk ingkari janji aku ke kamu sayang. Tapi mau gimana lagi? Kamu tau sendiri kan Nenek aku itu seperti apa? Aku ga bisa ngebantah Nenek aku gitu aja sayang."
"Terserah kamu lah. Aku kecewa sama kamu."
Kemudian setelah itu Emily langsung pergi meninggalkan Hans begitu saja. Emily sangat marah dengan Hans hanya karena malam ini dia tidak bisa makan malam bersama dengan Hans. Andai saja Emily itu Aleysa, sudah pasti Aleysa akan sangat mengerti kondisi Hans dan tidak akan marah begitu saja kepada Hans.
"Aaaa.... Semua ini gara-gara Aleysa. Gara-gara Aleysa hubungan aku dan Emily jadi kacau seperti ini," teriak Hans sambil memukul meja kerjanya sendiri.
Tetapi Hans juga tidak bisa berbuat apa-apa kepada Emily kali ini. Hans harus tetap pulang ke rumahnya. Karena itu semua adalah keinginan dari Neneknya langsung.
*******
Emily langsung pulang menuju ke Apartemennya. Bahkan Emily sampai lupa jika anaknya saat ini sedang di rawat di rumah sakit. Tiba-tiba saja anaknya dan laki-laki yang dekat dengan anaknya itu sudah berada di dalam Apartemen Emily.
"Maira. Kamu udah pulang dari rumah sakit nak?" tanya Mamahnya.
Maira hanya terdiam saja. Maira justru malah minta di gendong oleh laki-laki yang bernama Irsyad itu.
"Papah Irsyad. Gendong aku ke dalam kamar dong," pinta Maira.
"Iya sayang. Sini ya Papah gendong kamu ke kamar."
Akhirnya Maira dan Irsyad pergi ke dalam kamar meninggalkan Emily sendiri di ruang depan Apartmentnya.
"Maira kenapa si? Kenapa dia seperti ga mau ketemu sama aku? Aneh banget," pikir Emily di dalam hatinya.
Setelah mengantarkan Maira ke dalam kamar, Irsyad kembali keluar untuk menemui Emily di sana.
"Emily, aku mau bicara sama kamu," ucap Irsyad.
"Mau bicara apa lagi si?"
"Kamu itu gimana si? Kamu itu Ibu macam apa? Dimana kamu di saat Maira di rumah sakit? Emangnya kamu pernah jengguk dia di sana? Ga pernah kan. Bahkan di saat Maira harus pulang ke rumah, kamu ga bisa jemput dia di sana. Oh, aku tau. Kamu sibuk sama pacar kamu di sana kan?"
"Kamu ini apa-apaan si. Jangan sembarangan ya kalo bicara. Aku itu kerja. Aku kerja untuk apa emangnya? Aku kerja kan untuk Maira juga. Untuk makannya, sekolahnya, jajannya. Kamu tuh cuma bisa bicara doang. Tapi ga bisa kan biayain hidup Maira dan aku?"
Perkataan Emily itu terdengar sangat kasar di telinga Irsyad. Irsyad juga tidak menyangka jika Emily bisa berbicara seperti itu kepada Irsyad.
"Udah selesai kan ceramahnya? Lebih baik kamu pergi deh sekarang dari Apartement aku sekarang juga. Aku mau istirahat."
Bahkan Emily mengusir Irsyad dari dalam Apartementnya dengan sangat kasar. Irsyad yang sudah terlanjur kecewa dengan Emily pun langsung pergi meninggalkan Emily dan Maira.
Di balik pintu Apartement Emilya, Irsayd masih berdiam diri di depan sana. Irsyad masih tidak habis pikir dengan sikap Emily kepadanya saat ini.
"Emily. Kenapa si dia selalu aja menganggap aku itu rendah di mata dia. Aku itu ga berharga, ga ada apa-apanya di mata dia. Aku harus kasih pelajaran ke laki-laki yang bernama Hans itu supaya dia ga dekat-dekat lagi dengan Emily. Ini semua juga bukan hanya untuk diri aku sendiri. Tapi juga untuk Maira. Karena Emily kalo udah bersama dengan laki-laki itu, dia bisa melupakan anak kandungnya sendiri. Dia tega menelantarkannya begitu saja," ucap Irsyad di dalam hatinya.
-TBC-