Gadis cantik itu tersenyum dingin. Dia sudah menduga akan jawaban tersebut.
"Hahaha, ternyata firasatku tidak salah. Kau pasti akan berkata demikian," ejeknya.
Tuan Besar Wang kemudian memandang Jiang Mei Lan dengan tatapan penuh kebencian. Meskipun gadis yang berdiri dihadapannya saat ini sangatlah cantik, tapi dia telah melukai anak semata wayangnya.
Bagaimanapun juga, dia tetap tidak bisa memaafkannya.
"Sudahlah. Sekarang terima saja. Percaya padaku, kau tidak akan mati. Asalkan kau tidak melawan, aku jamin penderitaanmu akan jauh lebih ringan daripada penderitaan anakku," ujarnya lebih lanjut lagi.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Mei Lan sambil tersenyum sinis.
"Kalau kau tidak mau, maka aku tidak bisa menjamin keselamatanmu," tegas Tuan Besar Wang.
"Hahaha … ternyata Ayah dan anak sama-sama sombong. Kau pikir dirimu bisa membunuhku semudah itu? Asal kau tahu saja, membunuh Jiang Mei Lan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah," ucap gadis cantik tersebut.
Kemarahan mulai tergambar dengan jelas di wajahnya. Hawa pembunuhan telah menyelimuti seluruh tubuh Mei Lan. Dia sudah tidak bisa menahan kesabaran lebih lama lagi.
"Bagaimana kalau kita buktikan saja?"
Tuan Besar Wang berkata dengan rasa percaya diri yang tebal. Bersamaan dengan itu, dia menepuk tangannya tiga kali.
Lewat sesaat kemudian, dari berbagai penjuru mulai bermunculan puluhan orang yang mengenakan pakaian beragam.
Jika dilihat lebih teliti, jumlah orang-orang itu ada sekitar dua puluh orang banyaknya. Masing-masing dari mereka merupakan Pendekar Langit tingkat keenam.
Belum sempat pertempuran terjadi, mendadak ada sepuluh Pendekar Bintang tingkat empat yang juga tiba-tiba muncul dari sudut-sudut tertentu.
Tidak berhenti sampai disitu saja, lima Pendekar Surgawi tingkat satu lainnya pun ikut muncul dari balik kabut putih tebal.
Hanya sekejap mata saja, halaman belakangan itu sudah dipenuhi oleh puluhan orang. Mei Lan terkepung rapat. Sekarang, gadis itu tidak bisa lagi melakukan apapun.
Ingin kabur rasanya hal itu mustahil. Sebab para pendekar tersebut sudah berkumpul dan mengelilingi dirinya.
Tuan Besar Wang tiba-tiba tertawa lantang ketika dia melihat ekspresi terkejut yang terlukis pada seraut wajah cantik Mei Lan.
Menyaksikan orang lain terkejut atau ketakutan di depan matanya, hal itu menjadi suatu kesenangan tersendiri baginya. Seperti juga saat ini, hati Gubernur itu tiba-tiba merasa bahagia ketika melihat calon lawannya tidak bisa berkutik.
Sekarang, posisi Mei Lan benar-benar diujung tanduk. Selain melawan dengan segenap tenaga dan kemampuan, rasanya tiada suatu hal lain yang dapat dilakukan oleh gadis cantik itu.
Diam-diam Mei Lan menggertak giginya kuat-kuat. Kalau hanya melawan dua puluh Pendekar Langit tingkat enam dan sepuluh Pendekar Bintang tingkat empat, mungkin dirinya masih sanggup.
Tapi kalau ditambah lagi dengan lima Pendekar Surgawi tahap satu, maka ceritanya akan lain lagi.
Untuk sekarang, kemampuannya masih belum mencapai puncak. Jangankan begitu, bahkan pada level pelatihan Pendekar Surgawi pun dianbelum mencapai di tingkatan paling atasnya.
Kenyataan ini benar-benar membuatnya kebingungan sendiri.
Benarkah hidupnya hanya akan sampai di sini saja? Benarkah dia tidak bisa melaksanakan perintah gurunya?
Jiang Mei Lan mengepalkan kedua tangannya. Meskipun harapan untuk bisa keluar dari sana hidup-hidup sangatlah kecil, namun dia harus tetap berusaha semaksimal mungkin.
"Sebelum semuanya terlanjur terjadi, aku ingin bertanya lagi, apakah kau mau menerima hukuman itu dengan lapang dada?" tanya Tuan Besar Wang sekali lagi.
Suaranya menggelegar. Persis seperti petir yang menyambut di tengah ganasnya badai hujan.
"Sekali aku katakan tidak, maka selamanya akan tetap sama. Kau pikir aku akan tewas di tangan orang-orang tak berguna ini?" bentak Mei Lan sambil memandangi orang-orang yang mengelilingi dirinya.
"Hahaha … baiklah, baik. Aku tidak akan memaksamu lagi. Sekarang, silahkan bersenang-senang dengan mereka," ujar Tuan Besar Wang.
Seraya berkata demikian, dia membalikkan tubuhnya lalu segera berjalan mundur ke belakang sana. Dua orang pengawal pribadi berjubah biru tua tiba-tiba muncul dan berdiri di kedua sisi. Mereka bertugas untuk melindungi keselamatan majikannya.
Sementara itu, bersamaan dengan hal tersebut, dua puluh Pendekar Langit tingkat enam yang sejak tadi sudah bersiap, tahu-tahu sudah melayangkan serangan pertamanya.
Mereka bergerak secara bersamaan. Masing-masing dari mereka telah mengeluarkan senjatanya masing-masing. Dua puluh jurus berbahaya segera menyerang ke arah Jiang Mei Lan.
Seluruh tubuh gadis cantik itu langsung menjadi sasaran telak pihak lawan.
Mei Lan tersenyum sinis. Meskipun tahu bahwa saat ini posisinya sudah sangat genting, namun dia tetap berusaha menjaga sikap dingin dan tidak takutnya.
Wushh!!! Sringg!!!
Pedang Bunga Mawar tiba-tiba telah tergenggam erat di tangan kanannya!
Cahaya kemerahan seketika menyeruak ke seluruh penjuru. Tidak mau membuang waktu dengan percuma, gadis cantik itu segera bergerak sebelum dua puluh serangan tadi benar-benar mengenai tubuhnya.
"Kabut Bunga Merah …"
Wutt!!!
Lapisan kemerahan seperti kabut tiba-tiba muncul dan memenuhi halaman belakangan tersebut. Akibat dari jurus tersebut, suasana di sana langsung berubah menjadi diselimuti oleh aura kemerahan.
Hawa kemataian seketika terasa mengental begitu Mei Lan menyerang dua puluh lawannya dengan sebuah gerakan cepat.
Wutt!!!
Perang Bunga Mawar segera menunjukkan kekuatannya. Perang itu melayangkan tebasan secepat kilat ke depan sana. Benturan antar jurus langsung terjadi. Suara keras menggelegar.
Mei Lan terdorong mundur sejauh tiga langkah ke belakang. Meskipun sampai begitu, tapi ternyata usahanya tidak sia-sia. Dia berhasil memusnahkan serangan gabungan dua puluh Pendekar Langit tingkat enam tadi.
Dua puluh orang itu saat ini sedang menyiapkan posisinya masing-masing sebelum mereka melakukan serangan berikutnya. Namun sungguh diluar dugaan, Jiang Mei Lan telah datang kembali dengan sejumlah serangannya yang jauh lebih hebat daripada sebelumnya.
"Bunga Mawar Bermekaran …"
Wushh!!! Wutt!!!
Perang Bunga Mawar memberikan sebuah serangan cepat dan ganas. Ribuan titik kemerahan seperti kelopak bunga mawar mendadak muncul dari udara hampa lalu meluncur dengan deras ke arah dua puluh Pendekar Langit tingkat enam.
Serangan itu benar-benar berbahaya. Apalagi dua puluh musuhnya sampai merasakan aura pembunuhan yang mampu menekan tubuhnya.
Tidak berapa lama kemudian, jerit memilukan langsung menggema ke seluruh area. Hanya dalam waktu singkat saja, empat dari dua puluh Pendekar Langit tingkat enam dibuat tewas mengenaskan.
Pada masing-masing dada para korban itu terdapat sebuah luka pipih berukruan kecil. Darah segar tidak pernah berhenti keluar dari mulut luka yang tercipta.
Puluhan pasang mata dibuat terperangah. Mereka menginginkan apa yang disaksikannya saat ini berupa mimpi. Namun sayang sekali, semuanya nyata. Semua fakta. Bukan berupa mimpi kosong belaka.
Jiang Mei Lan tidak berhenti sampai disitu saja, begitu melihat usahanya membuahkan hasil, dia mempunyai maksud untuk melancarkan serangan selanjutnya.
Sayangnya, tepat pada saat itu, sepuluh Pendekar Bintang tingkat empat yang ada di sana segera terjun ke gelanggang pertarungan.