Descargar la aplicación
11.53% Mereka Ada / Chapter 3: Jessi Makhluk Mengerikan

Capítulo 3: Jessi Makhluk Mengerikan

Tania segera berlari agar masuk ke kamarnya, namun kini ia tampak sedih karena sedari tadi ia tak melihat sosok Jessi.

"Jessi, kamu di mana?" ucap Tania yang berjalan ke arah kaca jendelanya.

"Jessi, kamu gak mau ya temenan sama aku lagi? Aku pengen main sama kamu Jess," ucap Tania.

"Aku mohon, kamu datang ke sini aku mau main sama kamu," ucap Tania yang sedikit lebih keras dari sebelumnya.

Setelah beberapa menit Tania menunggu kedatangan Jessi namun kini tak kunjung datang, tiba-tiba suara seseorang mengagetkan Tania.

"Kamu ngapain cari aku?" tanya Jessi yang kini tengah berdiri di belakang Tania.

"Jessi? Yeeay, akhirnya kamu dateng juga. Tania mau main bareng Jessi lagi, emang Jessi ga mau ya main bareng aku lagi?" jawab Tania.

"Kamu yakin bakal mau main bareng aku? Mami kamu gak bolehin kita buat temenan Tania, kamu mau melawan orang tua?" ucap Jessi.

"Tapi aku mau main sama kamu, lagian papi selalu bolehin aku untuk temenan dengan siapapun, termasuk kamu," ucap Tania.

"Tapi mami kamu ngelarang kita untuk temenan Tania," ucap Jessi.

"Aku tau itu, tapi pokoknya aku mau temenan sama kamu sampe kapan pun itu," ucap Tania yang yakin dengan ucapannya.

"Kalau misalkan aku hantu, apa kamu bakal mau jadi teman aku?" tanya Jessi dengan penekanan di setiap kalimatnya.

Deg

Ucapan Jessi membuat Tania sedikit merinding dan sedikit takut dengan raut wajah Jessi, namun semua pikiran buruknya segera ia lempar agar jauh dari otaknya.

"Aku ga yakin kamu itu hantu Jess, kamu sama kaya aku, dan kamu juga cantik, aku ga percaya kalo kamu hantu," ucap Tania.

"Aku bisa berubah wujud menjadi sosok aku waktu kecil dan aku juga bisa berubah menjadi wujud asli aku, kamu yakin bakal temanan sama aku?" ucap Jessi.

"Aku yakin," sahut Tania.

"Apa kamu ga takut liat wujud asli aku?" tanya Jessi.

"Gak," sahut Tania yang berjalan ke arah kasurnya untuk duduk di sana karena kakinya sedikit pegal akibat ia terlalu lama untuk berdiri.

"Tania," panggil Jessi, yang kini telah berubah dengan wujud aslinya.

"Aaaaaa," teriak Tania yang kini menutup tubuhnya dengan selimut.

Bagaimana Tania tidak takut, wujud Jessi sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya, wajah sangat hancur dan berlumuran darah, dengan rambut tergerai panjang. Wujud Jessi kini sangat membuat Tania ketakutan dan kini tubuh Tania masih gemetaran.

Helven dan Adrien yang mendengar pekikan Tania membuatnya panik, mereka segera berlari menghampiri kamar putrinya.

"Tania kenapa sayang?" tanya Adrien yang memeluk tubuh Tania yang masih terbalut selimut.

"Mi, tadi ada hantu serem banget," ucap Tania yang kini telah menjauhkan selimut dari tubuhnya.

"Hantu serem? Kamu liat itu? Di mana?" tanya Adrien yang masih memeluk Tania.

"Disana," sahut Tania yang menunjuk kaca Jendela kamarnya.

"Tania liat hantu? Emang tadi Tania ada sama seseorang disini?" tanya Helven yang kini berada di samping Tania.

"Tadi Tania berdua bareng Jessi, tapi tiba-tiba dia berubah jadi hantu serem, Tania takut," ucap Tania.

"Ooh Jessi, Tania ga perlu takut ya sama Jessi dia anak baik kok, lagian dia kaya gitu karena ada suatu kejadian yang terjadi pada dirinya, makanya wujud Jessi kaya gitu," tutur Helven.

"Tapi kenapa serem pi? Biasanya kalo Jessi kesini dia cantik, kenapa tadi serem banget?' tanya Tania.

"Dia itu ga sama kaya kita, Jessi bisa merubah wujudnya kaya mana pun, makanya kamu bisa melihat wujud Jessi sangat cantik dan bisa melihat wujud Jessi kaya tadi, tapi kamu ga perlu takut, karena Jessi anak baik dia ga bakal jahatin kamu," ucap Helven.

"Iya pi," sahut Tania.

"Ya udah, sekarang kamu tidur ya," ucap Barend yang mengecup pucuk kepala putri bungsunya.

"Tidur ya sayang," ucap Adrien yang memeluk Tania dan segera bangkit dari duduknya dan berjalan menyusul Helven yang telah dahulu meninggalkan kamar Tania.

'Apa bener ya, yang aku liat tadi Jessi? Tapi kenapa beda banget,' batin Tania.

Tania tak bisa terlelap dalam tidurnya, karena ia masih kepikiran dengan Jessi, dan entah kenapa ia sangat penasaran dengan Jessi. Tania seger turun dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela kamarnya.

"Jessi, kamu di mana?" ucap Tania yang sesekali melihat ke luar jendela.

"Jessi, keluar dong Tania pengen ngomong sama Jessi," ujar Tania.

"Tania yakin mau ketemu Jessi lagi? Emang ga takut?" tanya Jessi yang tiba-tiba muncul di samping Tania.

"Aakh," Tania sedikit kaget karena kemunculan Jessi yang tiba-tiba.

"Awalnya aku takut, tapi sekarang gak kok," jawab Tania.

"Tania yakin?" tanya Jessi.

"Iya," sahut Tania.

"Berarti Tania tetap mau kan berteman sama Jessi? Meski wujud asli aku kaya gini," ucap Jessi.

"Aku tetap mau kok berteman dengan kamu," jawab Tania.

"Serius? Aku janji bakal selalu jagain kamu di mana pun," ucap Jessi.

"Iya," sahut Tania.

"Jess," panggil Tania.

"Iya kenapa?" tanya Jessi.

"Tania mau nanya boleh kan?" ucap Tania.

"Hmm, boleh kok, emang Tania mau nanya apa?" jawab Jessi.

"Biar lebih asyik kita ngobrolnya disini aja," ucap Tania yang berjalan dan duduk di karpet.

"Mau nanya apa?" tanya Jessi.

"Tapi Jessi janji ga boleh marah sama Tania," ucap Tania.

"Iya," sahut Jessi.

"Jessi kenapa bisa kaya kemaren? Emang kejadian apa yang terjadi dalam diri Jessi?" tanya Tania, yang dari tadi selalu membuat otaknya kacau.

"Emang kamu tau dari mana kalo aku pernah ngalamin suatu kejadian?" ucap Jessi.

"Tadi papi yang bilang sama aku," jawab Tania.

"Om Helven?" tanya Jessi.

"Iya, kamu kenal papi aku?" tanya Tania.

"Iya aku kenal, om Helven pertama kali manusia yang bisa liat aku dan yang kedua kamu, om Helven sangat baik," jawab Jessi.

"Ooh, terus kenapa yang bisa liat wujud kamu cuma aku dan papi? Kenapa mami dan kak Vina ga bisa?" tanya Tania.

"Karena kamu dan om Helven punya kelebihan tersendiri sedangkan mami dan kakak kamu tidak punya itu, makanya mereka ga bisa liat aku," jawab Jessi.

"Ooh gitu," ucap Tania.

"Terus kejadian apa yang Jessi alami?" tanya Tania yang sangat penasaran.

"Dulu aku tinggal disebelah rumah kamu, saat itu mama dan papa aku sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan mereka menitipkan ku di tempat penitipan anak. Saat itu aku sangat bandel, aku tak ingin tidur dan aku keluar dari sana dan sebelum aku keluar dari ruangan itu aku liat semua anak tertidur sangat lelap, dan tak sengaja aku lewat pada sebuah ruangan dan mendengar seorang perawat TPA yang mengatakan bahwa ia memberi obat tidur pada anak anak tersebut dan membuatnya tertidur dengan pulas. Mendengar itu, aku merasa takut aku segera ingin keluar dari sana namun belum sempat aku keluar aku ga sengaja menyenggol sebuah vas bunga dan menyebabkan vas tersebut jatoh dan pecah, mendengar pecahan kaca membuat perawat TPA segera keluar dari ruangan itu dan mereka melihat aku yang tengah mengintipnya, aku segera lari dari sana namun memang nasib aku yang kurang beruntung, mereka telah dahulu menangkap dan segera membawa ku pada sebuah ruangan dan aku ga tau jika sebuah air yang berada di sana adalah air keras, tanpa menunggu lama mereka langsung memasukkan wajah ku pada air tersebut membuat wajahku hancur terbakar seperti ini, dan sampai aku kehilangan nyawa, mereka segera membawa ku di dekat kebun dan memasukkan aku kedalam sebuah lubang dan segera menutupnya. Kejadian itu membuat ku seperti ini Tania," jelas Jessi.

Mendengar penjelasan Jessi, Tania sangat takut mendengarnya, ia sangat tak percaya dengan perawat tersebut, yang sangat kejam menurut Tania.

"Terus mama dan papa Jessi, ga tau kalo Jessi digituin?" tanya Tania.

"Mereka ga tau, sebab perawat tersebut memberi tahu mereka bahwa aku kabur dan tak tau kemana," jawab Jessi yang kini tampak sedih.

"Jess, Tania ga maksud buat Jessi sedih karena ingat itu, maafin Tania," ucap Tania yang kini merasa bersalah.

"Gak apa-apa Tania," sahut Jessi.

"Jessi yang sabar ya, Tania tetap mau kok jadi teman Jessi, kamu ga perlu khawatir," ucap Tania.

"Makasih Tania," ucap Jessi.

"Iya," sahut Tania.

"Jess, kamu ga ada niat buat temui orang tua kamu?" tanya Tania.

Jessi hanya tertawa hambar mendengar usulan Tania.

"Percuma Tania mereka ga bisa liat aku, dan lagian sekarang mereka tak tinggal di sini aku ga tau mereka dimana," ucap Jessi.

"Gimana kalo Tania bantu Jessi, nanti Tani bakal tanyain tentang orang tua kamu ke papi, papi pasti tau tentang orang tua kamu," ucap Tania.

"Makasih Tania, tapi menurut aku kamu gak perlu susah payah kaya gitu. Lagian orangtua aku pasti sangat sedih jika mengingat aku lagi, Jessi ga mau buat mereka sedih," ucap Jessi.

"Jessi yakin?" tanya Tania.

"Iya aku yakin," sahut Jessi.

"Hmm, yaudah deh jika itu mau kamu," ucap Tania.

"Ya udah, sekarang mending Tania tidur dulu, lagian besok Tania harus bangun pagi," ucap Jessi.

"Iya, Jessi juga tidur ya," ucap Tania.

"Iya, aku pergi dulu," pamit Jessi yang kini hilang entah kenapa.

"Jess, loh kok udah hilang aja sih," ucap Tania yang kini bingung.

"Udah ah, mending Tania tidur aja, udah ngantuk juga," ucap Tania yang segera berjalan dan tidur pada ranjangnya.

***

Cuaca sangat cerah hari ini, cahaya matahari secepat mungkin masuk melalui celah jendela Tania, namun itu tak mengganggu tidur si kecil itu.

Ceklek!

Adrien yang sedari tadi tak kunjung melihat putri kecilnya memutuskan untuk segera pergi ke kamarnya, namun benar anak itu masih terlelap dalam tidurnya. Adrien segera berjalan menuju jendela kamar dan membukanya agar udara pagi masuk ke kamar Tania.

"Dek, bangun sayang udah pagi," ucap Adrien yang kini berjalan mendekati kasur Tania.

"Dek, bangun sayang," ucap Adrien yang kini menggoyangkan bahu Tania.

"Iya mi," sahut Tania dan segera duduk dari tidurnya.

"Mami mandiin apa mandi sendiri nih?" tanya Adrien.

"Tania mandi sendiri aja," jawab Tania yang berjalan ke arah toilet kamarnya.

"Cepetan ya, mami tunggu disini, sekalian siapin baju kamu," ujar Adrien.

"Iya mi," jawab Tania yang masuk ke toiletnya.

Tak terasa kini Tania telah selesai dengan gaun pink yang melekat ditubuh kecilnya, dengan rambut yang sengaja ia gerai.

"Mi, kita mau kemana sih?" tanya Tania.

"Kita sarapan dulu, habis itu kita ke mall beli peralatan sekolah kamu, besok kan awal kamu masuk sekolah TK," ucap Adrien.

"Iya mi," jawab Tania yang senang karena akhirnya ia bisa sekolah.

"Ayok, kita sarapan dulu," ucap Adrien yang memegang tangan Tania.

"Lama banget sih dek bangunnya," ucap Vina yang memakan rotinya.

"Terserah aku dong," ucap Tania.

"Hei, udah udah ga usah debat dulu, mending cepat makan, bentar lagi mau pergi kan," ucap Adrien.

"Iya," jawab Vina yang melanjutkan makannya.

***

"Mi, Tania mau tas hello kitty itu," ucap Tania yang menunjuk sebuah tas yang berada di depannya.

"Kayanya ini lebih bagus deh dek," ucap Adrien yang memegang tas berbie.

"Gak mau, Tania mau itu," ucap Tania yang menunjuk tas yang ia inginkan tadi.

"Ya udah deh," ucap Adrien yang mengambil tas tersebut.

"Tania, kemana sayang?" ucap Adrien yang panik melihat Tania yang berlari ke arah tangga yang berada sedikit jauh dari sini.

"Vina, kejar Tania sayang," ucap Adrien yang tampak susah untuk berlari akibat banyak barang yang berada ditangannya.

"Pi, Tania lari ke sana," ucap Vina yang menunjuk Tania yang berada di tangga.

Helven yang melihat Tania di sana, ia segera berlari ke arah putrinya.

"Tania, ngapain disini sayang? Nanti hilang kamu mau?" ucap Helven yang menggendong Tania.

"Tania kasihan sama dia," ucap Tania yang menunjuk tangga yang di sana terdapat anak cewe yang kecil darinya.

"Udah dia gak apa-apa," ucap Helven yang membawa Tania menjauh dari sana.

"Tania dengerin papi, kamu gak boleh asal pergi apalagi kalo kamu liat kaya tadi, karena gak semua mereka baik, ada yang jahat sayang. Kalo misalkan kamu dibawa sama mereka, dan gak bisa ketemu mami, papi, dan kak Vina lagi gimana? Mau?" ucap Helven.

"Gak mau, tapi kasihan dia pi," ucap Tania.

"Udah kamu gak boleh asal ketemu sama orang, karena tidak semua mereka itu baik, kamu ngerti kan," ucap Helven.

"Iya," sahut Tania.

"Ke mana sih dek?" ucap Adrien yang telah selesai membayar seluruh belanjaannya.

"Tau tuh, main pergi pergi aja deh," potong Vina.

"Tadi Tania liat cowo, kasian liatnya mi," jawab Tania.

"Hah?" kaget Adrien.

"Iya, tadi di sana ada anak kecil, terus Tania ngerasa kasian sama dia makanya Tania ke sana," jelas Helven.

"Tania, sekarang kamu ga boleh ikut sama siapapun ya, selain mami, papi dan kak Vina. Karena bahaya, kalau mereka jahatin kamu gimana? Kamu mau?" ucap Adrien.

"Iya mi," jawab Tania.

"Mi, Vina laper," rengek Vina.

"Ya udah, sekarang kita makan yuk," ucap Helven yang masih menggendong Tania.

"Pi, kemaren Tania pernah ngobrol sama Jessi," ucap Tania.

"Terus?" sahut Helven.

"Katanya, Tania punya kelebihan tersendiri sama kaya papi, sedangkan mami sama kak Vina gak ada, katanya," ucap Tania.

"Kenapa Jessi ngomong kaya gitu sama kamu?" tanya Helven.

"Tania yang nanya, kenapa kak Vina gak bisa liat dia, terus dia jawab kaya gitu," ucap Tania.

"Emang kelebihan apa yang ada sama Tania?" tanya Tania.

"Nanti kalo kamu udah gede, kamu pasti tau," ucap Helven.

"Harus ya pi, tunggu aku gede dulu," ucap Tania.

"Ya iyalah, pokoknya kamu gak boleh pergi sama orang yang gak kamu kenal, denger kan," ucap Helven.

"Iya pi," jawab Tania.

***


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión