Descargar la aplicación
16.66% Aku Pelakor / Chapter 2: 2. Tirta The Ghost

Capítulo 2: 2. Tirta The Ghost

Bel pulang berdendang manis mengirim anak-anak kecil berhamburan keluar dari kelas mereka dan membentuk banyak baris yang masing-masing dipimpin oleh seorang guru kelas. Para guru tersebut dengan lantang menyebutkan nama tiap anak satu per satu sebagai absen pulang dan mengizinkan mereka untuk menghampiri setiap penjemput yang menanti di luar lobby sekolah.

Satu per satu murid beranjak pulang dengan penjemput masing-masing dan sekolah TK swasta itu pun mulai sepi. Hanya tinggal beberapa orang tua murid yang menunggu anak-anak mereka yang mengambil jam tambahan untuk pelajaran eksta kurikuler memasak, melukis dan origami yang diadakan setiap hari Rabu. Termasuk anak Anya dan Zora yang duduk di dua tingkatan yang berbeda tapi mengambil kelas ekstra kurikuler yang sama yaitu origami.

Ping!

Handphone Zora berdenting, matanya melirik ke arah Anya, seolah mengisyaratkan sesuatu lewat delikannya. Anya membuka mulutnya sedikit saat dia menyadari kalau dentingan dari handphone Zora itu pasti bukan dentingan biasa. Melainkan si kampret The Ghost baru saja mengirimkan sesuatu ke temannya yang sekarang wajahnya tampak tiba-tiba berbinar dan bersinar dengan agak berlebihan.

"Oh… Itu?" Anya ragu-ragu menurunkan bahunya sedikit dan mencondongkan tubuhnya ke arah Zora

"Iya, hehe…" Zora tersipu malu

"Jijik."

"Ah lu mah gak bisa liat temen lu seneng ah, Nya… Sebel deh…" Zora sok-sokan cemberut padahal Anya tahu pasti kalau Zora sama sekali tidak peduli dengan komentar terakhirnya.

"Mana, mana, liat fotonya coba Ra!" Anya akhirnya jadi kepo betulan setelah mulai percaya kalau cerita Zora itu benar bahwa teman baiknya itu sedang punya affair.

"Yeeee!!!! Tadi katanya jiji!!! Au ah!" Zora memberengut menjauhkan tangan Anya ketika dia berusaha menarik tasnya untuk mencoba mencari handphone Zora.

Zora mendekap tasnya erat-erat di pelukannya sambil meledek Anya 

"Yeee… Kepo ya kammmuuu.."

"Tapi, Ra, udah berapa lama kamu berhubungan sama dia?"

Anya melepaskan tas Zora dan air wajahnya seketika berubah menjadi agak serius

"Hmm… Berapa lama ya.. Coba aku inget-inget dulu ya…"

Mata Zora melirik ke atas dan berkedip serius, bibirnya sesekali menguncup lalu mendatar lalu menguncup lagi.

Anya jadi ikut memperhatikan dengan level keseriusan yang sama.

Zora lalu meletakkan sikunya di atas lututnya yang menumpang dengan cantik, jari jemarinya yang lentik dia gunakan untuk menopang dagunya yang lancip dan mulus.

"Kalo aku inget-inget lagi… Kayaknya sekitar deket-deket akhir Oktober aku kenalan sama dia deh, gak lama dari bagi rapot anak-anak loh…"

Ujarnya sembari mengangguk-angguk pelan, meyakinkan dirinya sendiri

"Iya deh, beberapa hari abis bagi rapot! Kita bagi rapot tuh kapan ya? Hari apa, maksudnya?"

"Rasanya Kamis ya? Soalnya besoknya dapet libur sehari baru ketemu weekend deh," Anya ikut menghitung hari mengingat kembali jadual beberapa minggu yang sudah lewat.

"Oh iya bener! Kamis tanggal 21 ya kita ambil rapot! Berarti aku perdana kontak japri sama dia di minggu terakhir bulan Oktober deh." Zora mengkonfirmasi jadual affairnya bermula.

"Orang mana dia?" Anya mulai melanjutkan interview-nya

"Ngomong ke aku sih orang Flores…"

"Wooo! Orang jauh??"

"Tapi dia dari lulus SMA pindah ke Salatiga, kuliah di situ sampe selesai terus pindah lagi ke Bogor, kerja disana dan tinggal menetap sampe sekarang. Dulu dia nyanyi dari cafe ke cafe gitu, udah pernah sampe bikin album juga katanya sih, tapi gak terlalu terkenal. Terus sekarang dia bisnis sendiri gitu di rumah."

"Orang deket donk jadinya kalo gitu..." Anya manggut-manggut menanggapi ceramah sahabatnya, bulu matanya yang panjang dan lentik melambai-lambai lembut mengipasi bola mata coklat cerah yang berkilau terkena terpaan cahaya matahari.

"Berarti kamu udah hampir 4 bulanan gitu ya deket sama dia?" Anya menambahkan daftar pertanyaan baru

"Iya, kira-kira segitu lah ya"

"Mister ga curiga atau apa gitu?"

"Keliatan aku sih nggak, ya"

"Atau mungkin curiga tapi diem aja?" Anya sok-sok menakut-nakuti Zora dengan matanya yang dipicingkan dengan agak berlebihan

"Ah! Apaan sih kamu?!" Zora mendorong Anya yang mendoyongkan tubuhnya, serta-merta bangkit berdiri saat mendengar keriuhan dari lobby pertanda anak-anak yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sudah selesai.

"Yuk ah, udah pada bubar tuh."

"Iya ayuk."

Mereka berdua bergegas berjalan ke arah lobby sekolahan ketika handphone Zora berdering agak lama.

"Itu telepon gak diangkat?" Tanya Anya

"Tirta, ga usah diangkat deh, aku kan lagi mau ambil Oky."

Tatapan Anya seolah terpana mengikuti langkah Zora yang menjauh darinya  

"Udah dikasi ringtone sendiri tuh si Tirta?" batin Anya sambil sedikit mendengus menahan tawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tak percaya.

***

"Mammmmaaaa!!!" Jerit Abel sambil berlari ke arah Anya setelah guru wali kelasnya melihat kehadiran Anya untuk menjemput anak gadis semata wayangnya itu.

Anya merentangkan kedua tangannya menyambut gadis kecil yang hari itu dikuncir poni tinggi dengan pita besar berwarna merah jambu cerah yang letaknya sudah miring kesana kemari dengan kunciran yang sudah longgar dan berantakan.

Anya tertawa kecil dan membungkuk untuk memeluk malaikat kecilnya.

Abel sangat kecil dibanding teman-teman sekelasnya, sepengetahuan Anya ada tiga murid paling kecil di kelas Abel dan Abel salah satunya. Itu sangat mudah dipahami karena Anya sendiri pun adalah perempuan yang bisa terbilang mini.

"Widihh, Abel sayang bikin apa iniii.. Sini kasi liat Mama."

"ini Ma, tadi kelas origami bikin ini, lucu kaaannn…" Abel menyerahkan hasil lipatannya di kelas origami yang berbentuk wajah anak kucing.

"Iya, lucu.. Nanti Abel ajarin Mama ya di rumah?"

Abel mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Gimana sekolah hari ini? Bekelnya abis ngga?" Anya bertanya sambil membawa Abel ke arah bangku panjang tempat dia tadi nongkrong dengan Zora.

"Abis, Ma, ennaakkk bekelnya, besok mau bekel itu lagi ya?" Abel menjawab dengan ceria.

Zora sudah duluan duduk di bangku situ dengan Oky, memeriksa tas Oky sebelum pulang.

Oky menyapa Anya dengan ceria, "Tante!!"

"Hey! Gimana tadi kelas origami nya, bikin apa?"

 "Ini bikin muka harimau, Tante! Keren kaan…" Oky memamerkan hasil karya nya yang mirip dengan milik Abel, hanya berbeda "judul".

"Waahh, iya punya Oky gagah ya harimau nya"

"Temanya sama, tapi kalau yang bikinnya anak cewe jadinya anak kucing. Kalau yang bikinnya anak cowo jadinya harimau, Nya. Bisa gitu ya," timpal Zora sambil tersenyum geli.

"Iya loh, temanya jadi bebas, gimana pembawaan anaknya ya kayaknya?" Anya mengiyakan pernyataan Zora dan mereka tertawa

Berbeda dari Abel yang sangat kecil, Oky justru sangat besar. Dari 3 kelas di angkatan Oky, dia adalah yang terbesar, ukurannya setara degan anak kelas 2 SD yang bongsor.

***

Zora memeriksa sabuk pengaman yang melingkar di tubuh bongsor Oky, "udah ya, kita pulang ya, uda beres semua kan, sayang? Gak ada yang ketinggalan di kelas?"

"Iya Ma, ayuk."

Zora menyalakan mesin mobilnya lalu memutar kemudi untuk keluar dari area parkir, sementara Oky melihat-lihat buku mewarnai yang barusan saja dibelikan Zora di depan halaman sekolah ketika handphone Zora berdering.

"Iyaaahhh…" Zora menjawab panggilan itu dengan nada manja, "aku lagi di sekolah jemput Oky, ini baru masuk mobil."

"Oohh… Kirain kamu ngambek sama aku."

"Nggak donk, ngambekin apa juga coba?"

"Masi lama ya sampe rumah?"

"Ah ngga juga, mabelas menit sampe sih." 

Bola mata Zora bergulir ke kanan kiri memperhatikan jalanan.

"Ya udah kalau gitu, nanti kabarin aku kalau kamu udah sampe rumah, ya."

Zora memalingkan wajahnya sedikit ke arah jendela mobil untuk menjauh dari area pendengaran Oky.

"Iya, Tirta, nanti kukabarin yah."


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión