"Mulai sekarang kamu harus berhenti
main catur."
Tekanan dalam kalimat Arjanya membuat
napas Athania tercekat selama beberapa
saat. Gadis itu menghela napas panjang,
beribu protes ingin ia keluarkan, namun
tertahan mengingat bahwa Arjanya tak
akan menyukai sebuah penolakan.
Athania tahu betul bahwa Arjanya tengah
serius akan lontaran kalimatnya barusan,
tapi lagi-lagi gadis itu ingin menyangkal
bahwa hal tersebut hanya sebuah
candaan.
"Papa nggak serius, kan?" tanyanya
dengan nada penuh harap. Gadis itu
merapalkan doa berulang-ulang kali
agar kalimat ayahnya barusan hanya
sebuah omong kosong belaka. Walau
jelas, mustahil sekali seorang Arjanya
mengatakan omong kosong.
"Apa Papa terlihat bercanda sekarang?"
Arjanya menyahut dengan nada tak
senang. Ia meletakkan pisau dan garpu
miliknya, menghentikan kegiatannya
untuk menyantap makanan yang
terhidang di atas meja.
Makan malam kali ini kelewat mewah,
mulai dari hidangan pembuka berupa