"Impian?"
"Iya, impian."
"Nggak ada," jawab Athania cepat.
"Yakin? Beneran nggak ada?"
"Iya."
Buat apa pula ia bermimpi jika akhirnya
tak akan bisa mewujudkan mimpi tersebut.
Pada akhirnya Athania hanya akan
berujung mewujudkan mimpi yang sesuai
akan kehendak ayahnya. Impian? Athania
bahkan tak pernah sekalipun berpikir
untuk bermimpi. Dirinya terlalu jauh untuk
menggapai sebuah kata impian.
Jadi, sekadar berpikir untuk bermimpi
saja Athania tak berani, apalagi untuk
mewujudkannya nanti.
"Lo nggak berniat jadi pecatur?"
Athania menoleh dengan dahi berkerut.
"Pecatur?"
"Gue pikir itu mimpi lo. Karena selama ini
lo keliatan senang, bebas, dan menikmati
banget saat-saat main catur."
"Gue? Keliatan begitu?"
Bara mengangguk. "Tau nggak? Gue
sempat iri sama lo," tuturnya seraya
terkekeh pelan.
"Waktu kita pertama kali tanding, gue akui
gue kagum sama cara lo main catur. Nggak
keliatan ragu, nggak keliatan ngerasa berat,
nggak keliatan pusing mikirin gimana