Descargar la aplicación
11.07% Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 33: Mengatasi Masalah

Capítulo 33: Mengatasi Masalah

Satu minggu, para murid SMK Indonesia Raya diliburkan karena para guru mengadakan rapat untuk Uji Kompetensi siswa kelas dua belas nanti. Beruntung sekali, hal itu bisa dimanfaatkan oleh Langit untuk menemui Fio, mantan kekasihnya yang sudah cukup lama tidak bertemu dengan dirinya. Sebanyak dua kali Langit memencet bel rumah mewah tempat di mana Fio tinggal, tapi belum ada respon dari orang di dalamnya.

Terdengar suara derap langkah kaki dari pemilik rumah. Pintu utama rumah tersebut terbuka lebar, menampilkan sosok Fiolina yang berdiri dengan menggunakan dress berwarna hitam, perutnya sudah semakin besar, di wajahnya terukir senyum licik. Langit terpesona melihat penampilan Fio saat ini, tidak bisa dibohongi Fio sangat sexy di mata Langit.

Langit mengerjapkan kedua matanya beberapa kali untuk menepis segala pikiran aneh yang ada di kepalanya. Lalu, Langit menatap Fio mulai serius seperti orang yang sedang marah. Langit menggenggam pergelangan tangan Fio kuat, kedua manik matanya tak lepas menatap wajah ketakutan Fio.

"Mau apa kamu!?" tanya Fio dengan bentakannya.

Langit terkekeh pelan. "Gak usah pura-pura, lo kan yang jadi pelaku tabrak lari Vallerie!? Jawab!" paksanya dengan penuh kekesalan.

"Kalau iya, kenapa? Lagi pula kamu gak sayang kan sama dia? Biarin aja dia mati! Daripada dia hidup tersiksa jadi pacar kamu!" tantang Fio.

Secara kasar, Langit melepaskan tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Fio. Sehingga tubuh Fio hampir saja terjatuh jika perempuan itu tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Napas Langit terengah-engah, dadanya naik turun akibat menahan emosi. Jika cewek bodoh itu mati, bagaimana dia bisa balas dendam?

Langit mengepalkan kedua tangannya kesal, kemudian menjawab dengan intonasi bicara cukup tinggi, "Lo gak tahu apa-apa! Jangan ikut campur! Kalau dia mati, gue gak bisa balas dendam!"

"Waw haha ... Keren juga ya, kamu jadiin dia pacar cuma buat balas dendam? Hm, kayaknya kalau dia tahu hal ini seru deh." Fio berjalan perlahan-lahan mengelilingi tubuh Langit.

Kedua manik mata Langit terpejam kuat, dia mengacak rambutnya secara kasar lalu meninggalkan kediaman Fio tanpa berpamitan. Sementara Fio menatap kepergian Langit dengan tatapan penuh kebahagiaan, sebenarnya hal itu Fio lakukan karena ada seseorang yang menyuruhnya yaitu Bagas. Ya, diam-diam Bagas memang kenal dengan Fio.

Hal itu Bagas lakukan karena dia ingin tahu bagaimana perasaan Langit yang sebenarnya kepada Vallerie, sekaligus dia juga ingin membuat Vallerie merasa tidak nyaman jika lama-lama menjalin hubungan dengan Langit. Bodoh sekali Vallerie ini, seperti tidak ada lelaki lain saja di dunia ini.

Tak lama setelah Langit pergi, tampak sosok Bagas berjalan memasukki pekarangan rumah Fio. Dia tersenyum tipis menghampiri Si Pemilik rumah, lalu memberikan beberapa lembar uang berwarna biru kepada Fio. Sebagai bentuk bahwa misi yang Fio jalankan berhasil.

"Makasih ya, tapi kalau dipikir-pikir kamu jahat banget. Itu ceweknya si Langit buta kan kata kamu? Terus gimana jadinya?" tanya Fio cemas. "Untung aja aku suruh orang buat tabrak Vallerie, coba kalau enggak mungkin aku yang masuk penjara," lanjutnya.

Bagas melipat kedua tangannya di depan dada. "Tenang aja, dia buta tapi gue bantuin juga cari pendonor mata buat dia. Gue juga gak bodoh kali," paparnya.

Kepala Fio terangguk pelan, menandakan dia mengerti. Ternyata lelah jika dihantui dengan sebuah kesalahan. Mungkin dia tidak akan mau lagi diajak bekerja sama oleh Bagas di kemudian hari, karena dia tidak mau menanggung rasa takut yang besar juga. Lagi pula kondisinya saat ini sedang hamil, dia tidak mau calon anaknya sampai kenapa-kenapa.

"Udah ya, lain kali jangan minta bantuan aku lagi. Aku sama suami mau memutuskan untuk pindah ke Amerika secepatnya supaya bisa hidup tenang," jelas Fio.

Bagas mengacungkan ibu jari tangannya, lalu menjawab, "Oke, kalo emang itu keputusan lo, gue terima. Makasih udah mau bantu gue, kalo gitu gue balik jaga diri."

***

Vallerie baru saja melaksanakan makan siang, Isyani yang menyuapinya karena Ashley sedang mengikuti rapat bersama guru-guru lain di sekolah. Baru saja lima menit Vallerie selesai makan siang. Kejora, Nara dan Joko datang menjenguk Vallerie. Kebetulan sekali hari ini juga libur, sehingga mereka bisa berlama-lama menemani Vallerie.

Tampaknya wajah Vallerie ceria, Isyani bisa merasakan hal itu. Tingkah Joko bisa membuat Vallerie tertawa terbahak-bahak, memang Joko sengaja bertingkah tidak jelas agar Vallerie bisa cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah. Jam menunjukkan pukul dua belas siang, Isyani belum makan sedari tadi. Kebetulan ada yang menjaga Vallerie, dia menitipkan Vallerie kepada teman-temannya.

"Geng, nanti kalo Valle udah sembuh. Gimana kalo kita jalan-jalan?" usul Kejora.

Nara menjentikkan jarinya cepat. "Ide yang bagus, nanti kita ditraktir Joko ya, hehe ..." jawabnya diakhiri dengan cengiran khas.

"Ih, jangan gue dong. Bokek nih gue yang kaya aja siapa," tolak Joko secara halus, raut wajahnya dibuat-buat seperti perempuan yang sedang ngambek.

Tawa mereka yang ada di ruang rawat Vallerie pecah, akibat melihat ekspresi wajah Joko yang lucu. Tapi tawa mereka terhenti ketika melihat sosok Bagas yang tiba-tiba saja masuk ke ruang rawat Vallerie tanpa mengucapkan salam sama sekali. Kejora menatap Bagas kesal, untung saja emosinya tidak meluap karena melihat Bagas tidak sopan.

Bagas menatap orang-orang yang ada di ruang rawat Vallerie dengan tatapan kesal. "Kenapa sih kalian natap gue kayak gitu? Jangan bikin gue parno ya!" ucapnya ketus.

"Dih? Siapa juga yang mau bikin lo parno bambang, lo sendiri yang buat kita kaget. Kirain siapa, kenapa sih lo?" Joko memutar kedua bola matanya malas.

"Ikut gue." Kejora menarik lengan Bagas secara kasar keluar ruang rawat Vallerie.

Seketika Vallerie, Nara dan Joko terdiam. Mereka menatap kepergian Bagas dan Kejora dengan tatapan bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Ah, sepertinya ada rahasia yang disembunyikan oleh Bagas dan Kejora, setelah mereka balik ke ruang rawat Vallerie, harus segera ditanya dan disidang agar tidak ada rahasia di dalam hubungan persahabatan mereka.

Nara memijit pelipisnya pelan, kemudian bertanya, "Ada rahasia apa sih? Penasaran banget deh aku."

"Aku juga penasaran, kita tunggu mereka balik aja terus nanti tanya," saran Vallerie.

Kini mereka berlarut dalam pikiran masing-masing. Sampai mereka tidak sadar bahwa Isyani sudah masuk ke ruang rawat Vallerie. Isyani menatap tiga orang remaja yang ada di ruang rawat itu dengan kening berkerut, ada apakah ini? Mengapa mereka tidak seceria tadi?

Isyani menepuk pundak Vallerie pelan. "Vall, kenapa? Ada masalah?" tanyanya sedikit cemas.

Vallerie kaget, tapi dia berusaha menormalkan ekspresi wajahnya. "Em, g-gapapa kok tan. Itu anu, ga ada apa-apa," jawabnya terbata.

"Terus, kenapa kalian saling diem gitu?"

"Gapapa kok tante, kita cuma nunggu Kejora sama Bagas balik ke sini aja," jawab Nara.

Isyani menganggukkan kepalanya beberapa kali, kemudian menjawab, "Oh, kalo gitu tante nitip Valle lagi ya bentar mau ke ruang dokter dulu."


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C33
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión