Descargar la aplicación
10.4% Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 31: Jadian?!

Capítulo 31: Jadian?!

Pukul setengah delapan pagi Angkasa sampai di sekolah, terpaksa guru penjaga gerbang sekolah harus memberikan hukuman kepada lelaki remaja itu agar dia kapok, dan ke depannya tidak terlambat lagi datang ke sekolah. Hukuman yang diberikan tidak berat, hanya membersihkan lapangan depan sekolah saja. Setelah itu baru Angkasa menghormat bendera di lapangan, selama tiga jam pelajaran.

Keringat bercucuran di kening Angkasa, kedua sahabatnya yaitu Bagas dan Joko datang menghampirinya. Kebetulan pelajaran di jam ketiga sekarang adalah olahraga. Sehingga Angkasa langsung melanjutkan aktivitasnya berolahraga. Angkasa sekarang satu kelas dengan Bagas dan Joko karena kemarin dia memutuskan untuk pindah kelas, tetapi tetap di jurusan yang sama.

Untuk mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu, Angkasa bersama kedua sahabatnya memilih untuk berdiam diri di bawah pohon yang berukuran cukup besar, mereka menghirup udara segar sembari berbincang-bincang bersama. Sementara Vallerie di ruang guru, bersama Nara dan Kejora, juga Bu Ashley. Membahas tentang kapan operasi mata Vallerie akan dilakukan.

"Eh, ngomong-ngomong mana Vallerie?" Angkasa menatap Joko dan Bagas bergantian.

"Cie, yang nyariin calon pacarnya," ejek Joko.

Angkasa melemparkan tatapan tajam kepada Joko. "Serius bisa gak sih? Mana Vallerie?" ulangnya.

Nyali Joko seketika ciut, sifat Angkasa yang menjadi seperti kulkas seketika muncul kembali. Joko menundukkan kepalanya dan memainkan rumput yang ada di sisi lapangan, sementara Bagas masih terkekeh pelan sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan Angkasa tadi. Wajah Angkasa kelihatan datar, dia paling tidak suka diejek seperti tadi.

"Vallerie ada di ruang guru, katanya sih bu Ashley udah dapet pendonor buat matanya. Mereka mau bahas kapan operasi mata Vallerie dilakukan," terang Bagas cukup panjang.

Angkasa menganggukkan kepalanya kemudian berucap, "Oh gitu, oke makasih."

Lalu, tanpa mengucapkan sepatah katapun Angkasa meninggalkan Joko dan Bagas. Entah dia akan ke mana, karena Joko dan Bagas tipe orang yang sangat kepo maka mereka memutuskan untuk mengikuti ke mana Angkasa pergi. Sangat lucu, ternyata diam-diam Angkasa mengetahui bahwa Joko dan Bagas mengikutinya. Angkasa semakin mempercepat langkahnya sehingga membuat kedua sahabatnya itu ketinggalan jejak.

"Yah, lo sih jalannya lemot banget kayak siput. Lihat tuh jadi kita kehilangan jejak Kasa kan," omel Joko kepada Bagas.

"Dih, lo kali yang jalannya lemot. Pake acara narik-narik gue segala." Kedua bola mata Bagas terputar malas.

Karena sudah kehilangan jejak Angkasa, maka Bagas dan Joko memutuskan untuk kembali ke lapangan dan melanjutkan aktivitas mereka berolahraga. Sementara Angkasa, dia ternyata pergi ke ruang guru untuk ikut membahas operasi mata Vallerie. Sebelum masuk ke ruang guru terlebih dahulu Angkasa mengucapkan salam, hal yang pertama kali Angkasa lihat ketika masuk ke ruang guru adalah adanya sosok Vallerie yang sedang duduk bersebelahan bersama Bu Ashley.

Angkasa menghampiri Bu Ashley bersama ketiga murid perempuannya, lalu duduk tepat di samping Bu Ashley karena kebetulan sofa itu masih kosong. Tentu saja hal itu membuat Kejora dan Nara hendak protes, mereka tidak terima ada sosok Angkasa di sini. Sebab mereka pasti akan iri jika melihat kedekatan antara Angkasa dan Vallerie.

"Dih, ngapain kamu ke sini? Hush sana!" usir Kejora.

"Tahu tuh, ini urusan cewek ya. Cowok keluar aja sana," sambung Nara.

Angkasa tidak peduli dengan ucapan dua orang gadis tadi, dia tetap memperhatikan setiap penjelasan yang disampaikan Bu Ashley. Dalam hati Angkasa berharap semoga operasi mata Vallerie cepat dilaksanakan, agar gadis itu bisa kembali melihat dunianya, dan tawanya bisa Angkasa lihat lagi seperti dulu.

"Gak, gue mau tahu kapan operasi mata Vallerie dimulai," tolak Angkasa cepat.

Bu Ashley terkekeh melihat ekspresi wajah Angkasa yang mulai kesal. "Udah, kasihan Kasa. Biarin dia ada di sini, karena dia pasti pengen tahu kapan operasi mata Vallerie dilaksanakan," nasihatnya.

Nara dan Kejora sama-sama memandang Angkasa kesal, keduanya kembali berusaha fokus mendengar setiap penjelasan yang diucapkan Bu Ashley tentang bagaimana baiknya operasi mata Vallerie dilakukan, rasanya jadi tidak sabar ingin melihat Vallerie kembali ceria seperti dulu.

***

Waktunya pulang sekolah telah tiba, Langit mengendarai motornya dengan santai meninggalkan lingkungan sekolah. Selama perjalanan pikiran Langit selalu tertuju hanya kepada Sahara saja, gadis cinta pertamanya di SMA. Dulu saat pertama kali masuk SMA Langit dan Sahara memang berteman cukup baik. Tapi hubungan mereka renggang saat Sahara tahu Langit dan Vallerie jadian.

Tanpa Langit sadari tepat di depannya sosok yang menghantui pikirannya tiba-tiba saja melintas. Sahara berteriak dengan keras di tengah-tengah jalan raya, hal itu membuat Langit merasa kaget bukan main. Dia mengerem motornya secara mendadak, hampir saja motor tersebut mengenai tubuh mungil Sahara jika tidak dengan cepat Langit mengeremnya.

Jantung Langit berpacu beberapa kali lebih cepat, dia segera turun dari motornya dan membiarkan motor ninjanya itu terparkir asal di tengah jalan raya hanya untuk melihat bagaimana kondisi Sahara, baik-baik saja atau tidak. Gadis itu kelihatannya sangat shock wajahnya tampak pucat, bibirnya putih.

"Ara? Kamu gapapa?" tanya Langit khawatir.

Sahara menggelengkan kepalanya pelan, lalu menatap Langit tajam. "Bisa gak sih lo bawa motor pake mata!? Kalo gue mati gimana!?" komentarnya dengan teriakan.

"Maaf, habisnya tadi kamu ngehantuin pikiran aku terus jadi aku gak fokus," jawab Langit tanpa sadar.

Dalam hati Sahara banyak petasan, sebab dia bahagia ketika mendengar jawaban Langit. Ternyata Langit masih terus memikirkannya, cintanya dengan Langit masih tetap ada, dan Sahara yakin dia dengan Langit pasti dapat bersatu. Tapi pasti memerlukan waktu yang tepat.

Banyak suara klakson kendaraan yang membuat Langit dan Sahara merasa terganggu, maka dari itu Langit segera menggenggam jemari Sahara, membawa gadis itu ke warung kopi yang ada di pinggir jalan. Tak lupa motornya dia ambil terlebih dahulu agar tidak hilang. Langit memesan susu kental manis untuk Sahara, sedangkan untuk dirinya sendiri dia memesan kopi.

"Masih suka lo sama gue?" Sahara menatap Langit serius.

Langit terkekeh pelan ketika mendengar pertanyaan Sahara, kemudian menjawab, "Kalo iya kenapa? Kalo enggak kenapa?"

"Ih, kan waktu itu lo bilang Vallerie cuma buat bahan balas dendam doang. Gue gak mau ya lo jadi suka sama dia karna kalian pacaran," ungkap Sahara.

Tidak bisa dibohongi Langit sekarang sudah mulai menyukai Vallerie, dia kagum kepada sosok gadis itu karena kesabarannya juga kebaikannya, tapi karena Sahara datang kembali ke dalam hidupnya maka tak bisa dipungkiri juga jika Langit tidak mau kehilangan Sahara lagi.

Langit mengacak rambut Sahara pelan. "Siapa juga yang suka sama cewek bodoh kayak dia? Gimana kalau sekarang kita pacaran aja? Biar bisa buktiin kalo aku emang masih cinta sama kamu," paparnya.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C31
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión