Descargar la aplicación
4.36% Sebuah Harap Tak Selalu Berakhir Baik / Chapter 13: Merubah Segalanya

Capítulo 13: Merubah Segalanya

Nasha menggelengkan kepalanya pelan. "Mas Ragil selingkuh ..." jawabnya lirih.

"A-apa? Ayah selingkuh? Yakin bun?" Perlahan, Vallerie melepaskan pelukannya dari tubuh Nasha. Lalu menatap wanita itu serius.

Tidak mungkin jika Ragil selingkuh, sebab Vallerie tahu pasti bagaimana sifat Ayahnya. Ragil adalah tipe lelaki yang setia, buktinya dahulu ketika bersama Ibu kandung Vallerie, Ragil tidak pernah selingkuh. Pandangan Vallerie tertuju ke arah pintu kamar milik Ragil, dia berniat untuk menanyakannya langsung kepada Ragil.

Vallerie bangkit dari posisi duduknya, kemudian menepuk pundak Nasha beberapa kali. "Bunda, tunggu di sini dulu, ya? Aku mau tanya sama ayah, kalau emang ayah bener selingkuh aku mau cari tahu siapa selingkuhan ayah," paparnya dan dibalas anggukan kepala oleh Nasha.

Jemari Vallerie bergerak untuk mengetuk pintu kamar Ragil beberapa kali, akan tetapi tidak ada respon dari orang yang berada di dalam kamar tersebut. Vallerie berpikir, apakah dia langsung masuk saja? Tapi, bagaimana jika Ragil akan marah kepadanya karena tidak sopan? Vallerie berpikir beberapa kali untuk mempertimbangkan bagaimana baiknya.

Setelah berpikir kurang lebih dua menit, akhirnya Vallerie mendapatkan jawaban. Dia langsung masuk ke dalam kamar Ragil, ternyata Ragil sedang mendengarkan musik menggunakan earphone sehingga dia tidak mendengarkan suara ketukan pintu dari luar. Vallerie berjalan hati-hati menghampiri Ragil yang sedang duduk di kursi, dengan posisi membelakangi pintu.

"Ayah," panggil Vallerie. "Boleh kita ngobrol sebentar?" tanyanya.

Tidak ada respon dari Ragil, mungkin masih tidak kedengaran suara Vallerie, karena suara gadis itu juga tidak terlalu besar. Vallerie menyentuh pundak kanan Ragil, membuat orang yang disentuh pundaknya merasa kaget. Ragil menurunkan earphone yang tadi dipakainya, lalu menatap Vallerie tajam.

"Apa? Kenapa tidak mengucapkan salam terlebih dahulu?" Kedua manik mata Ragil menatap Vallerie tajam.

Vallerie menundukkan kepalanya, lalu menjawab, "Maaf yah, tadi aku udah ucapin salam kok tapi ayah gak denger karena pake earphone."

Kepala Ragil terangguk beberapa kali, pertanda dia percaya dengan jawaban Vallerie barusan. Ragil berdiri, kemudian berjalan dan duduk di pinggir kasurnya yang berukuran cukup besar. Pasti Vallerie sudah tahu jika dirinya sedang ada masalah dengan Nasha. Yang salah di sini memang Ragil, tapi dia bukan berniat untuk selingkuh.

"Kamu sudah tahu? Terus, kamu percaya dengan apa kata bundamu itu?" tanya Ragil dengan intonasi bicara dinginnya.

Kepala Vallerie perlahan terangkat, setelah itu dia menggelengkan kepalanya, lalu tak lama kemudian turut duduk di samping Ragil. "Jelas aku percaya sama bunda, karena ayah juga jahat sama aku. Jadi, gak salah bukan kalau aku lebih percaya sama bunda?" jawabnya, dan berhasil memancing emosi Ragil.

"Ayah bukan jahat! Tapi ayah sayang sama kamu!" bentak Ragil.

"Sayang dari mananya yah?! Udah jelas ayah sering siksa aku tanpa sebab! Apa itu namanya sayang?!" balas Vallerie dengan bentakannya pula.

Ragil mengusap wajahnya secara kasar, semua orang memang hanya bisa membuatnya kecewa saja. Tidak ada yang seperti Karina, Ragil mendorong tubuh Vallerie secara kasar agar keluar dari kamarnya. Emosinya meluap-luap, tapi dia harus bisa menahannya agar tidak terjadi keributan malam hari seperti ini.

"Ayah! Tunggu yah, dengerin aku dulu! Maaf kalau tadi aku lancang!" Vallerie memukul-mukul pintu kamar Ragil, tapi tidak didengarkan oleh pria itu.

***

Pagi ini Vallerie sudah siap untuk kembali berangkat sekolah, hari ini jadwalnya memakai seragam lengan pendek juga rok span selutut. Luka memar yang ada di tangan Vallerie kelihatan, jika seperti itu maka akan timbul kabar tidak enak di sekolah. Vallerie mempunyai ide, dia menggunakan sweater berwarna hitam untuk menutup luka memarnya.

Seperti biasa, Vallerie menunggu kedatangan angkutan umum yang biasa dia pakai untuk berangkat ke sekolah. Siapa sangka, di angkot tersebut dia bertemu dengan Kejora dan Bagas. Dua orang yang selama tiga tahun ini selalu berada dalam satu kelas yang sama dengan Vallerie. Senyuman lebar nanti hangat mengembang di wajah cantik Kejora.

"Valle? Apa kabar? Sini duduk sebelah aku," sapa Kejora.

Vallerie membalas senyuman Kejora tak kalah hangat. "Hai Ra, baik kok. Kamu sendiri apa kabar? Oh iya tugas matematika udah belum? Aku lupa ngerjain nih," tanyanya terdengar mulai panik.

"Loh tumben Vall belum ngerjain tugas, biasanya lo paling rajin," ucap Bagas.

Vallerie menggaruk kepalanya yang tak gatal, semalam dia lupa mengerjakan tugas karena sehabis disiksa Ragil, dia ketiduran dan menangis. Bodoh sekali, biasanya dia selalu ingat dengan tugas sulit tersebut. Vallerie menyengir, dia malu. Pasti peringkat di kelasnya semester ini akan turun karena memang kapasitas belajarnya juga menurun.

"Namanya juga manusia, gak harus selalu rajin 'kan? Pasti ada sisi malasnya, begitu juga sebaliknya. Orang malas gak akan terus-terusan malas." Kejora menyelipkan helaian rambut Vallerie di pinggir telinganya.

Vallerie menganggukkan kepalanya semangat, lalu menepuk lengan Bagas, "Denger tuh, aku lagi males aja karena banyak masalah. Terlalu rajin juga pasti capek."

"Oh iya, terus masalah lo sama Langit gimana? Udah beres?" tanya Bagas penasaran. "Kalo belom beres, biar gue aja yang beresin. Suer gedeg banget sama tuh anak satu," ungkapnya kesal.

Dua orang gadis yang saat ini sedang bersama Bagas sama-sama tertawa karena melihat raut wajah Bagas yang kelihatannya sangat kesal. Tak salah jika Bagas kesal kepada Langit, karena sifat lelaki itu seperti harimau. Terlalu kasar juga kepada perempuan, ingin rasanya Bagas memukuli Langit sampai babak belur.

"Gak ada beres-beresnya, Gas. Gak tahu kapan beresnya," papar Vallerie disertai dengan tawa paksanya.

Kejora membawa Vallerie ke dalam pelukannya. "Sabar, aku yakin pasti masalah kamu sama cowok aneh itu bisa cepat selesai kok. Ingat, masih banyak orang yang sayang sama kamu, termasuk aku, Bagas, Nara, keluarga kamu, juga teman-teman lain nanti pasti bakalan sayang lagi sama kamu," jelasnya panjang lebar.

Vallerie yang mendengarnya hanya bisa tersenyum paksa, mana ada orang yang sayang kepada dirinya. Ayahnya? Selalu bersikap kasar. Bundanya? Memang tidak kasar, tapi datang kepadanya ketika ada butuhnya saja. Vidella? Dia sudah berubah, entah kapan akan kembali seperti dulu. Ayana? Sekarang sudah berada di dalam penjara, mungkin dapat bertemu dengan Vallerie lima sampai sepuluh tahun yang akan datang.

Namun, ketika mendengar nama Nara, Kejora dan Bagas, Vallerie jadi yakin bahwa mereka benar-benar teman yang tulus sayang kepada dirinya. Vallerie akan kembali semangat belajar seperti dulu, Vallerie juga bertekad dalam dirinya akan membuktikan kepada orang sekitar bahwa dia bukanlah orang yang lemah, agar mereka bisa bangga mempunyai Vallerie dalam hidupnya.

"Makasih ya, Ra, Gas. Karena kalian aku jadi semangat lagi deh," ucap Vallerie, penuh rasa terima kasih.

Bagas menganggukkan kepalanya cepat. "Sama-sama Vall, semangat ya. Gue dukung apapun cita-cita lo asalkan itu halal," jawabnya lembut.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C13
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión