Descargar la aplicación
27.9% Edgar's Prisoner / Chapter 24: Pretending

Capítulo 24: Pretending

Edgar tertawa dengan sangat kencang saat mengetahui bahwa Hanna takut padanya.

"Hanna, apa sih yang kamu takutkan?" tanya Edgar geleng-geleng kepala.

"Bisakah kamu antarkan aku pulang saja?" tanya Hanna.

"Hanna, ku bukan sopir kamu," jawab Edgar.

Edgar mendadak melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Hanna terkejut dan terjedot.

"Awh, sakit," kata Hanna sambil memegang keninvnya.

"Edgar, tenang. Maafin Hanna, tolong pelan-pelan," kata Hanna sambil menangis.

"Kenapa, Sayang? Kamu takut?" tanya Edgar.

"Iya aku takut. Tolong pelankan mobilnya," jawab Hanna.

Edgar memelankan mobilnya membuat Hanna bernapas lega.

"Sayang, apa kita masih bisa balikan lagi?" tanya Edgar.

Hanna menganggukkan kepala dengan cepat karena sudah sangat takut dengan Edgar.

"Aku tidak mau membuat Hanna ketakutan lagi. Aku harus tenang," gumam Edgar.

Hanna melirik ke arah Edgar yang mendadak diam. Dia menjadi agak tenang dan ingin sekali cepat sampai rumah. Dia sudah lelah seharian ini, ditambah kehidupan pribadinya.

***

sesampainya di parkiran apartemen, Hanna terdiam sejenak.

"Pulanglah, Sayang. Apa kamu mau di sini Bersamaku? Aku sih tidak masalah. Apa perlu kita tinggal bersama? Lagian kita sudah dewasa," kata Edgar sambil menatap Hanna.

Hanna memejamkan matanya lalu membuka kembali.

"Aku pamit pulang. Terima kasih sudah mengantar aku, Edgar," kata Hanna sambil menggigit bibirnya.

"Sayang, jangan menggigit bibirmu. Bibir ini milikku dan jiwa ragamu juga," balas Edgar mengecup sekilas bibir Hanna.

Ceklek.

Hanna membuka pintu mobil lalu menatap Edgar.

"Aku pulang dulu. Sampai bertemu nanti lagi," kata Hanna.

Hanna berlari dengan cepat menjauh dari pria yang tersenyum aneh kepadanya. Dia masuk ke dalam gedung apartemen napas memburu. Setelah pintu lift terbuka, dia masuk ke dalam. 

"Mau ke mana, Nak? Kenapa terburu-buru begitu?" tanya seorang nenek yang menggendong anjing.

"Aku tidak apa-apa, Nek Lily. Aku pengen cepat sampai aja, kangen rumah," jawab Hanna tersenyum ramah.

"Iya Nenek juga kangen rumah terus kalau pergi jauh. Oh iya, kamu tadi Nenek lihat diantar seorang pria, kamu sudah punya kekasih? Maaf nenek bertanya," kata Lily.

"Hehehe, dia hanya teman saja," balas Hanna.

"Nenek harap kamu bisa mendapatkan pria baik, Nak. Kamu cantik, ramah dan jarang sekali terlihat sedih. Kamu pintar menyembunyikan semuanya," kata Lily.

Ting

Pintu lift terbuka. Mereka sudah sampai di lantai unit mereka berada.

"Aku duluan ya, Nek," pamit Hanna.

"Iya, Sayang. Hati-hati," balas Lily.

Hanna memencet bel dan tidak lama pintu terbuka menampilkan Elsa yang berdiri di depan pintu.

"Hanna, kamu ke mana aja? Mama telepon kamu tidak aktif," kata Elsa dengan raut wajah khawatir.

"Mama bikin aku kaget aja. Ponselku baterainya habis," balas Hanna.

"Kenapa kamu tidak mengisi baterai ponselmu?' Bikin khawatir aja," kata Elsa menangkup wajah putrinya.

"Boleh aku masuk? Maafin Hanna yang sudah bikin khawatir," kata Hanna.

"Hanna, kamu ada lihat berita hari ini tidak?" tanya Elsa.

"Aku tidak sempat melihat televisi, hari ini aku kerja, Ma," jawab Hanna geleng-geleng kepala.

"Ya sudah masuk dulu. Nanti Mama cerita," kata Elsa.

"Papa belum pulang?" tanya Hanna.

"Iya belum. Papa kamu gantiin teman dia yang tidak masuk karena sakit. Benar-benar dah temannya itu bikin susah aja," jawab Elsa.

"Yeah, ini dia tuan putri yang dari tadi dicariin," kata Niko.

"Apaan sih? Tidak jelas," balas Hanna.

Hanna mendudukkan diri di sofa dengan televisi menyala. Dia melihat berita trending topik hari ini bergidik ngeri saat melihat darah di siaran yang diputar.

"Kamu baru pulang mending minum dulu," kata Elsa memberikan segelas air putih untuk putrinya.

Hanna fokus menonton berita sambil meminum air yang diberikan mamanya.

Byur

"Apaan sih, Kak? Kok aku disembur?" tanya Niko yang wajahnya basah.

"Itu Victor yang ada di siaran berita. Apa yang terjadi pada dia?" tanya Hanna syok.

"Iya, tapi tidak usah sembur aku juga," jawab Niko.

"Bisa diam tidak sih? Kamu ngeselin," kata Hanna.

"Niko, kamu tidak sopan sama kakak kamu," tegur Elsa.

"Iya maaf," balas Niko sambil nyengir.

"Hanna, Mama harap kamu jangan sering pergi sama pria tidak jelas, apalagi kalau kamu tidak mengenal keluarganya," kata Elsa.

"Aku juga tidak mau," gumam Hanna.

Hanna pusing memikirkan Edgar yang selalu berada di sekitarnya.

"Kak, kamu benaran tidak tahu soal ini atau pura-pura?" tanya Niko menatap kakaknya.

"Kamu apa-apaan sih?" tanya Hanna.

"Lah, habis kagetnya aneh banget kayak pura-pura gitu," jawab Niko.

"Hanna, kamu berbohong sama kami?" tanya Elsa menatap Hanna.

"Oke, aku sudah tahu dan aku juga tadi tidak lihat begitu jelas kok," jawab Hanna.

"Terus kenapa kamu biasa aja? Apa kamu tahu siapa pelakunya?" tanya Elsa.

"Aku tidak tahu, Ma," jawab Hanna.

"Aku sebenarnya mencurigai seseorang yang sekarang seperti penguntit, tapi aku tidak mungkin mengatakan hal ini pada semua orang," gumam Hanna.

"Oke. Kamu mulai sekarang harus berhati-hati. Lihat, Victor saja terbunuh seperti itu. Bisa aja pembunuhnya mengincar orang terdekat pria itu. Jangan-jangan dia banyak utang," kata Elsa.

"Yaelah, Ma, ngapain kita ngurusin utang orang. Jadi lapar nih," balas Niko.

"Kamu lapar mulu, nanti kamu lama-lama gendut," kata Elsa.

"Enggaklah, Ma. Masih banyak kok yang ngantri sama Niko," balas Niko.

"Kamu percaya diri banget," kata hanna.

"Iyalah, adikmu ini selalu ganteng," balas niko.

"Ganteng apaan? Ganjalan genteng?" tanya Hanna. 

"Kalian sekali saja bisa tidak jangan berantem?" tanya Elsa geleng-geleng kepala.

"Iya aku tidak bisa kalau tidak berantem sama kakak," jawab Niko.

"Ma, ada makanan apa? Jadi lapar gara-gara dengan celotehan bocah ini," kata hanna.

"Bisa-bisanya kamu lapar abis nonton siaran tadi, Mama aja eneg melihat darah berceceran," balas Elsa.

"Ya namanya juga perut, tidak bisa kompromi," kata Hanna.

"Oke. Mama tadi masak lasagna dan cream soup, mau?" tanya Elsa.

"Wah, Niko juga mau, Ma. Enak tuh," jawab Niko.

"Perasaan Mama tidak nawarin kamu deh," balas Elsa.

"Iih, Mama mah gitu," rengek Niko merengek.

"Kamu ini aneh-aneh saja. Mama geli lihatnya," balas Elsa.

Elsa berlari kecil menuju dapur untuk mengambilkan makanan.

"Mama larinya manja banget sih," kata Niko.

"Lari manja apa coba? Kamu kayaknya kebanyakan dekat sama tante-tante," balas Hanna.

"Biarin, yang penting tante kaya dan seksi," kata Niko terbahak.

"Bukan adik aku ini mah," balas Hanna sambil mengangkat tangannya ke atas.

Tidak lama Elsa meminta mereka untuk makan bersama membuat Niko berlari seperti bocah ke meja makan.

"Idih, aku geli sama tingkah Niko. Mending masukin dia ke rumah sakit jiwa," kata Hanna.

"Hanna, nanti kamu kangen loh sama adik kamu kalau dia sudah punya pujaan hati," balas Elsa.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C24
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión