Descargar la aplicación
79.66% Lady Renee / Chapter 94: Cinta yang Buta 2

Capítulo 94: Cinta yang Buta 2

Lalu, waktu berlalu dengan cepat. Balita yang terakhir kali Celia temui tumbuh menjadi seorang remaja. Wanita itu tetap melakukan hal yang sama, mengamati dari kejauhan.

"Oh, dia lucu sekali." Celia terkekeh, ia duduk di atas salah satu dahan pohon oak yang tinggi, mengamati apa yang remaja laki-laki lakukan di bawah sana.

Remaja itu bertubuh tinggi, semua kelucuannya telah memudar dan garis-garis dewasa di wajahnya mulai tampak.

Celia memang tidak salah pilih, dia memang tampan dan semakin anak itu tumbuh, semakin ia rupawan.

Wanita itu menghela napas panjang, penuh dengan kepuasan yang tidak dapat dilukiskan.

Remaja di bawah sana sedang bermain dengan pedang kayu, awalnya hanya sendiri, tapi kemudia datang remaja lain dengan rambut abu-abu, mereka lalu bermain bersama.

Masa kecil adalah masa yang indah dan penuh warna, Celia tidak ingin merusaknya, ia harus menunggu sebentar lagi.

Setidaknya sampai laki-laki itu menjadi orang yang kuat dan cukup kompeten.

"Tuan Leo … Tuan Dylan, sekarang waktunya makan siang." Ivana datang dengan seragam pelayan yang khas, ia tersenyum ramah pada dua remaja yang bermain pedang kayu.

"Terima kasih." Leo bergumam dan berlari bersama Dylan, mereka mengobrol sepanjang jalan dan tidak memperhatikan kalau Ivana tidak mengikuti mereka, melainkan berdiam diri di bawah pohon.

"Turunlah, Tuan." Ivana mengerutkan kening, senyuman yang ada di wajahnya itu langsung sirna menjadi sebuah garis lurus, sang Pelayan terlihat tertekan.

"Ahaha, kau semakin baik mengetahui keberadaanku." Celia yang duduk di atas dahan menggerakkan tubuhnya, turun dengan ringan.

Sama seperti sebelumnya, keadaan di Mansion menjadi sunyi dan semua orang seakan-akan tidak merasakan keanehan yang terjadi.

"Tuan mengatakan kalau tidak akan berbuat sesuatu sebelum Tuan Muda dewasa." Ivana terlihat marah, kedua tangannya terkepal erat dan kedua alisnya saling bertaut.

"Aku hanya melihat saja … dia semakin tampan." Celia tertawa sambil membuka tudung dari jubah hitam yang ia pakai, mata birunya itu terlihat berbinar. "Lagipula, dia tidak akan melihat atau mengetahui aku siapa sekarang."

"Tetap saja …."

"Kau hanya perlu mengikuti apa yang kukatakan." Celia tersenyum lebar dan tangannya terulur menyentuh bahu Ivana. "Aku menyukai anak itu dan ia adalah urusanku, jangan bertingkah seakan-akan kau orang tuanya."

Ivana menundukkan kepalanya dengan cepat, di bawah kakinya ia bisa melihat puluhan ular bergerak-gerak memamerkan gigi dan lidah mereka.

Itu adalah ilusi yang tidak tertahankan untuk dilihat.

Ivana menahan dirinya agar tidak gemetar karena apa yang ia lihat di bawah kakinya, giginya gemerutuk. Pikirannya menjadi kacau dan ia tidak tahu apakah jalan yang telah ia pilih ini benar atau tidak.

Hati nuraninya seakan tengah terenggut.

"Tenang saja … apa yang aku janjikan tidak akan berubah selama kau membantuku." Celia melepaskan tangannya dari pundak Ivana, seketika itu juga ilusi ular yang ada di bawah kaki sang Pelayan menghilang.

Ivana mengatupkan bibirnya rapat-rapat, setetes keringat jatuh ke atas tanah.

"Sudah ya, aku akan menemui Pangeran kecil lagi." Celia terkekeh pelan, ia melambaikan tangannya dan berjalan menjauh.

Ivana menghela napas berat.

Celia benar-benar menemui Leo di lain hari, ketika remaja itu tengah sendirian di taman, ia datang dengan payung birunya yang indah. Mata mereka bertatapan dan Celia tahu, baik saat masih balita ataupun sekarang, mata itu tidak pernah menyukainya.

Celia tidak tahu mengapa, tapi sepertinya Leo tidak memiliki alasan untuk menyukainya dan ia juga sama, ia tidak memiliki alasan untuk tidak mencintai Leo.

Ya, semuanya sesederhana itu, cinta ya cinta, benci ya benci.

"Anda siapa?" Remaja itu berdiri, ia masih menunjukkan kesopannya sebagai seorang bangawasan, tapi setiap gerak-geriknya penuh kewaspadaan.

"Aku hanya mengunjungi Marquis Matthew dan kebetulan melihatmu di sini." Celia berkata dengan santai, ia mengatupkan payung biru dan mengetuk ke atas batu. "Aku tidak tahu kalau kau sangat rajin belajar, bahkan di siang hari yang panas ini kau masih membaca sebuah buku."

Leo melirik buku yang ada di atas rerumputan, ia kemari tidak untuk membaca, hanya salah satu alasan agar ia tidak diajar Ayahnya di ruang kerja, ia ingin bersantai di sini.

"Anda bohong, hari ini Ayah bahkan tidak ada pertemuan di Mansion." Leo menatap wanita yang berdiri di depannya itu, batu giok yang berkilauan di pinggangnya tidak asing di matanya, tapi wajah yang ia lihat adalah wajah yang asing.

Ia tidak pernah melihat wanita yang ada di hadapannya ini. Wajah dan rambutnya terlalu bersinar, sangat asing. Mata biru seperti langit yang cerah, pakaiannya sangat elegan, berwarna kuning terang dan sepatunya dari kaca.

"Ya ampun, kau sangat cerdas." Celia tertawa lagi untuk kesekian kalinya, ia mendekatkan tubuhnya ke arah Leo yang lebih pendek darinya. "Aku semakin mecintaimu."

"A … apa yang anda katakan?" Leo mundur, wanita yang ada di depannya ini terlalu aneh, di siang bolong mengatakan cinta pada seseorang yang jauh lebih muda darinya. "Sepertinya anda salah memakan sesuatu, tolong segera pergi dari sini sebelum saya …."

Wanita yang ada di depannya ini sangat aneh, ia mengatakan sesuatu yang tidak Leo mengerti, remaja itu juga bertanya-tanya bagaimana wanita ini bisa masuk ke taman Mansion keluarga Emmanuel tanpa pengawasan dari prajurit yang berjaga.

Leo tidak tahu harus bersikap seperti apa, tapi hatinya berkata bahwa ia tidak boleh terlalu dekat dengan wanita yang ada di hadapannya ini, terlalu berbahaya!

SET!

Celia sepertinya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Leo, ia mendekat dan berniat menyentuh bahu remaja laki-laki, tapi Leo sepertinya tidak pernah suka disentuh olehnya.

BUK!

Buku yang sedari tadi diam di atas rumput melayang ke tangan Celia, wanita itu kaget. Ia tidak mengerti mengapa Leo memiliki perlawanan yang begitu kuat untuk menolaknya.

"Jangan menyentuh orang lain sembarangan." Leo mundur dengan waspada, kedua alisnya saling bertaut, marah. "Anda seorang bangsawan, seharusnya bisa menjaga sikap."

Celia menatap tangannya yang memerah terkena buku yang dipegang oleh Leo, ia tertegun sejenak.

Dia ditolak begitu kuat, hatinya terasa berdenyut-denyut kesal, tapi di sisi lain, ia juga merasakan darahnya terasa bergejolak hebat sampai-sampai tangannya itu gemetar hebat.

Ia tidak pernah salah memilih, laki-laki yang ada di depannya ini memang cocok.

Celia tersenyum lebar, ia menatap Leo yang jelas-jelas takut padanya, tapi remaja itu berdiri dan tidak melarikan diri dan bersikap sangat waspada, seperti seekor kucing yang berhadapan dengan ular yang buas.

"Ya ampun, bagaimana ini? Aku jadi semakin mencintaimu, cintaku."

Satu kata yang tepat menggambarkan bagaimana sosok Celia saat ini adalah, ia gila.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C94
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión