Pepohonan yang tumbuh subur di atas lumpur itu memiliki batang yang kuat dan ramping, akarnya mencuat ke atas, daunnya kecil dan tipis, berwarna hijau pucat.
Renee berusaha mencari jalan keluar, ia tidak bisa bergerak bebas di dalam hutan berlumpur terus menerus, tanpa bantuan cahaya jingga yang mengubah lumpur menjadi tanah, ia tidak akan bisa berlarian.
Sejauh mata memandang, yang Renee lihat hanya ada tiga hal, lumpur, pohon dan monster, tidak ada tanda-tanda jalan setapak untuk keluar.
Renee bertanya-tanya, mungkinkah sekarang ia berada sangat jauh dari kota Dorthive?
Tapi gadis kecil itu mengatakan kalau jalan keluar ada di tempat ia terbangun tadi, di mana?
Di dalam lumpur atau lurus ke belakang sana?
Renee tidak bisa mendapatkan jawabannya, gadis kecil itu mengeluarkan suara aneh di telinga Renee, mungkin ia telah terkena cahaya jingga dan merasa tidak nyaman.
KRAK!
Renee tidak bisa berpikir banyak, monster yang menabrak pohon tadi melemparkan dahan yang patah ke arahnya, ia tanpa ragu langsung menggerakkan cahaya jingga untuk menghalau, dahan itu langsung patah.
Monster lain mengayunkan tangan ke punggung Renee, membuat tubuh wanita terhuyung ke belakang, gadis kecil yang ia gendong itu kembali bergumam beberapa kata yang tidak jelas sampai monster lain memercikkan lumpur.
Renee mengatupkan bibirnya rapat-rapat, cahaya jingga di sekitarnya bergerak seperti anak panah yang terbuat dari cahaya, menusuk tepat ke jantung sang monster.
"Argh!"
Monster itu jatuh ke atas lumpur dengan suara kecipak yang keras, ia menggelepar-gelepar, Renee tidak punya waktu untuk memperhatikannya lebih banyak, rasa sakit yang menusuk tiba-tiba saja terasa di bahunya.
"Grhh …." Gadis kecil yang ada di dalam gendongannya itu ternyata telah menggigit bahu Renee, wanita itu meringis.
"Bagaimana …." Renee menghentikan perkataaannya, gigi gadis kecil itu menggerogoti bahunya dengan ganas.
Renee langsung melepaskan tangannya dan mendorong gadis itu terbenam ke dalam lumpur, cairan merah terlihat mengalir di sudut mulut si gadis kecil.
Para monster menjadi semakin ganas tidak peduli dengan keadaan Renee, mereka terus berlompatan menyerang, wanita itu menggerakkan tangannya dengan gerakan memutar dan cahaya jingga muncul membentuk lingkaran untuk melindunginya.
Renee terengah-engah, sebelah tangannya menekan luka, untuk sementara para monster tidak berani menerobos cahaya jingga yang mengelilingnya dan ia bisa bernapas lega.
"Apa yang terjadi?"
Gadis kecil itu terbenam di dalam lumpur berusaha keluar dengan gerakan yang kikuk, ia terlihat linglung, mata merahnya itu menatap Renee, seakan-akan ia sedang bertanya, mengapa ia dijatuhkan begitu saja ke dalam lumpur yang lengket.
"Di mana jalan keluarnya?!" Renee tidak tahan dengan situasi ini, ia berteriak.
Gadis kecil itu tersentak kaget, tangannya langsung menunjuk ke belakang Renee, berbeda dengan arah yang tadi, kali ini merupakan arah yang berlawanan.
Apakah gadis kecil ini mempermainkannya?
Atau sebenarnya ia tidak tahu apa-apa tentang jalan keluar di hutan berlumpur ini?
Renee menggertakkan gigi dengan kesal, ia jarang marah, apalagi kalau marah pada anak-anak.
"Kau sengaja membuatku terlihat bodoh, ya?!"
Cahaya jingga yang mengelilingi Renee mulai pudar dan para monster bergerak lagi menyerangnya, gadis kecil itu memiringkan kepalanya, bingung.
Renee mendengkus, salah satu monster mengayunkan kakinya bersamaan dengan yang lain. Renee menarik napas dalam-dalam, cahaya jingga langsung meledak.
CRASH!
Para monster yang ingin menyerangnya itu langsung terkena cahaya jingga, mereka terhempas ke dalam lumpur dengan suara kecipak secara bersamaan, membuat lubang yang sangat besar dan membuat lumpur lengket itu bergejolak, gadis kecil yang juga terkena ledakan cahaya jingga mengerang dan rubuh ke dalam lumpur.
Suasana sesaat menjadi hening, Renee berdiri dan melihat ke sekitar lagi, kali ini ia tidak menemukan monster yang muncul di balik pohon, sepertinya semuanya sudah tenggelam di dalam lumpur.
"Sekarang aku sendirian." Renee menghela napas, menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.
Begitu ia ingin melangkah menjauh, sosok yang rubuh di dalam lumpur tadi bangkit dan terbatuk.
"Uhrh! Uhrh!" Gadis kecil itu mengusap mulutnya yang menghitam karena lumpur, kakinya bergerak dengan gelisah.
Renee mengabaikan gadis yang telah mengigit bahunya itu, ia berbalik. Tapi entah kenapa ia merasa tidak nyaman di hatinya dan berbalik lagi, melangkah mendekat, memeriksa keadaan sang gadis kecil.
Gadis kecil itu terlihat menyedihkan, Renee mengulurkan tangan untuk menariknya, cahaya jingga berputar di lengannya dan menjalar ke lengan gadis kecil itu.
Renee terkejut, ia ingin menarik tangannya tapi tangan gadis kecil itu dengan erat memegang tangannya, seakan sengaja menerima cahaya jingga yang terus berpendar di antara mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan?" Renee khawatir, meski ia tahu gadis yang ada di depannya ini adalah monster, tapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa tidak tega.
Renee takut kalau gadis kecil yang memegang tangannya itu akan terbakar cahaya jingga miliknya!
Gadis kecil itu mengerang, tubuhnya rubuh lagi ke dalam lumpur dan bergerak dengan gelisah, tangannya tidak mau lepas dari Renee, membuat wanita itu terjebak dalam pikirannya sendiri, ia bingung apakah ia sekarang telah menjadi seseorang yang kejam karena membiarkan gadis kecil tersiksa di depan matanya sendiri?
Gadis kecil itu kemudian berhenti bergerak, tubuhnya hampir tenggelam di dalam lumpur. Renee merasa gugup tanpa alasan, lalu merasakan jari-jemari yang memegang tangannya itu menautkan kedua tangan mereka.
"Uhuk!"
Kening Renee langsung berkerut, menarik si gadis perlahan-lahan ke permukaan, ia menatap lekat sang gadis kecil.
Gadis kecil itu bergerak, kali ini gerakannya terlihat normal dan Renee bisa melihat kalau bahunya naik turun, matanya berubah perlahan-lahan dibalik noda lumpur yang menempel di wajahnya.
"A … Apa kau berubah?" Renee tanpa sadar bergumam, penuh keheranan, tangannya terlulur menyentuh tubuh gadis kecil itu, meski sedikit kurus dan tidak memiliki banyak daging, ia bisa merasakan suhu hangat yang perlahan mulai bnaik.
Gadis kecil itu menyeka mulutnya dan merasa giginya tidak nyaman, ia membuka mulut dan menutupnya berkali-kali.
"Kau berubah!"
"Hah? Kakak … apa yang kau katakan?" Gadis kecil itu meringis, suaranya gemetar dan hampir menangis, tubuhnya tidak nyaman di mana-mana. "Kenapa aku ada di sini?"
Gadis kecil itu terlihat ketakutan, tubuhnya gemetar hebat dan terlihat bingung, matanya yang sekarang telah berubah menjadi hitam itu bergerak kesana kemari, mencoba untuk menggapai permukaan.
Renee masih ingat dengan jelas kalau wajah gadis itu tidak seperti ini sebelumnya, sekarang wajahnya terlihat lebih baik dan matanya terlihat hidup.
"Kakak ... kenapa kamu diam saja?"
Renee langsung menggelengkan kepalanya. "Mustahil, bagaimana kau …"
Renee bingung, tapi tubuhnya dengan cepat bergerak membantu gadis kecil itu keluar dari lumpur yang lengket, ia melirik monster lain yang terbenam, mereka tidak lagi bergerak, sepertinya sudah mati.
"Bagaimana kau bisa berubah tanpa perintah dari Ivana?"
Renee menatap gadis kecil itu dengan lekat, ia teringat Bella, Dylan dan juga Leo. Mereka juga monster, tapi karena mereka tidak terkena sentuhan Ivana, mereka tidak terpengaruh seperti orang lain.
Mungkinkah gadis kecil yang ada di depannya ini juga? Tapi perubahan gadis kecil tadi terlalu mendadak, membuatnya bingung.
"Tadinya iya." Gadis kecil itu menunjuk Renee dengan senyuman di wajahnya. "Tapi sekarang jiwamu telah memurnikan jiwaku, terima kasih."