Pada saat itu, Zhang Yi sedang berbaur bersama alam, sehingga dia melupakan keadaan di sekitarnya. Tiba-tiba saja pemuda itu merasakan adanya angin dingin yang datang dari arah sebelah kanan tubuhnya.
Angin dingin itu datangnya sangat cepat. Dia sendiri tidak bisa membayangkan seberapa cepat pastinya.
Untunglah Zhang Yi yang sekarang bukanlah Zhang Yi yang dulu.
Sekarang seluruh tubuhnya sudah bisa merasakan jika ada bahaya yang mengancam nyawanya. Jangankan dalam keadaan sadar, bahkan jika sedang tertidur pulas pun, kalau ada serangan yang mau merenggut nyawanya, pemuda itu bisa langsung bangun dan tersadar dari tidurnya.
Untuk mencapai tahapan seperti ini, dibutuhkan latihan keras yang tidak kenal kata menyerah. Zhang Yi sudah melewati semuanya, oleh sebab itulah dia mampu melakukannya.
Sayangnya, di dunia ini masih ada saja orang-orang yang ingin menjadi luar biasa, tapi dia tidak mau menjalankan perjuangan dan penderitaannya.
Orang-orang seperti itu, apakah masuk ke dalam golongan orang bodoh? Atau tidak tahu diri?
Wushh!!!
Angin dingin tadi lewat satu buku jari dari tubuhnya. Hampir saja angin itu melukai tubuh Zhang Yi.
Begitu angin tersebut lewat, dengan gerakan cepat pemuda itu segera membalas serangannya.
Wuttt!!!
Tubuhnya berputar, delapan belas tusukan dilayangkan oleh Zhang Yi hanya dalam waktu singkat. Belasan cahaya keperakan datang bagaikan hujan badai. Deru angin tajam dan hawa pedang menyeruak ke tempat sekitarnya.
Wushh!!! Wushh!!! Wushh!!!
Tubuh pemuda itu terus bergerak. Menciptakan sebuah gerakan yang terlihat rumit, namun sebenarnya sederhana. Serangan yang dilayangkan oleh Zhang Yi sebenarnya sangat hebat.
Namun si penyerang ternyata malah jauh lebih hebat lagi. Delapan belas tusukan pedang kayu itu, ternyata berhasil ditangkis semua. Tanpa ada kegagalan walau hanya satu kali.
Kalau orang lain yang melakukannya, niscaya Zhang Yi tidak akan percaya. Pemuda itu pasti akan menyangka bahwa dirinya sedang bermimpi.
Tapi jika pelakunya adalah orang yang berada di hadapannya saat ini, bagaimanapun juga dia harus percaya.
Sebab orang yang dimaksud itu bukan lain adalah Pek I Hiap atau si Pendekar Baju Putih, gurunya sendiri. Di dunia ini, adakah murid yang tidak percaya terhadap gurunya?
"Keluarkan semua kemampuanmu, Anak Yi. Jangan sungkan-sungkan. Aku justru ingin melihat sampai di mana kemampuanm yang sekarang," ujar Pendekar Baju Putih penuh semangat.
"Baik. Teecu mendengar perintah,"
Begitu ucapannya selesai, Zhang Yi melompat mundur sejauh tiga langkah. Pertarungan berhenti. Tapi hanya sejenak, karena detik berikutnya mereka berdua sudah kembali melangsungkan latih tanding tersebut.
Ketika berhenti tadi, Zhang Yi secara diam-diam telah menyalurkan seluruh tenaga dalamnya kepada pedang kayu yang berada dalam genggaman tangannya.
Sekarang kekuatan pedang kayu itu menjadi berlipat ganda. Meskipun pada awalnya hanya sebuah kayu yang dibentuk menjadi sebatang pedang, namun setelah mendapatkan saluran tenaga dalam dari Zhang Yi, maka tingkat kekerasannya hampir atau bahkan mungkin melebihi pedang sungguhan.
Hal-hal seperti itu mungkin terdengar sangat sederhana. Seseorang hanya perlu menyalurkan tenaga dalamnya saja. Setelah itu, kayu tersebut akan bertambah keras.
Tapi itu cuma teori. Sedangkan perihal prakteknya, tidak setiap orang mampu melakukannya.
Hanya orang-orang yang sudah mempunyai tenaga dalam sangat tinggi saja yang mampu melakukannya.
Untunglah Zhang Yi adalah salah satu di antaranya.
Sekarang, pemuda gagah dan berwajah tampan itu sudah menyerang gurunya sendiri dengan jurus Ekor Naga Menghempaskan Batu Karang.
Jurus itu merupakan pemberian dari gurunya. Bentuk serangannya adalah tebasan pedang yang datang dari samping kanan dan samping kiri. Gerakannya sederhana. Tapi keampuhannya berlipat ganda.
Apalagi jurus serangan itu dilancarkan dengan kecepatan yang sangat luar biasa.
Cahaya keperakan menyilaukan mata. Pek I Hiap berseru girang. Hasil latihan muridnya selama ini ternyata tidak mengecewakan.
Semuanya sesuai dengan harapan.
Semakin lama mereka bertempur, semakin hebat pula jurus-jurus yang dikeluarkan oleh Zhang Yi.
Jika orang lain yang menjadi lawannya, niscaya dia akan kewalahan. Tapi sayangnya, Pendekar Baju Putih bukanlah orang lain.
Dia adalah tokoh sakti dunia persilatan. Kemampuannya sudah diakui oleh semua orang di kolong langit ini. Belum lagi jika diingat bahwa dialah yang memberikan jurus tersebut kepada Zhang Yi.
Oleh karena itulah, sehebat apapun jurus Ekor Naga Mengibaskan Batu Karang yang dilayangkan oleh Zhang Yi, hakikatnya hal itu masih belum cukup untuk membuat Pendekar Baju Putih terdesak hebat.
Namun bagi orang tua itu sendiri, hal tersebut sudah lebih daripada cukup. Dia benar-benar puas. Bahkan sangat puas.
Ketika mereka sedang berlatih tanding pun, Pendekar Baju Putih sering memuji-muji Zhang Yi.
Ginkang (ilmu meringankan tubuh) milik Zhang Yi, sekarang pun sudah bertambah hebat beberapa kali lipat. Di dunia persilatan dewasa ini, mungkin ginkang miliknya yang paling hebat di antara angkatan muda yang lain.
Puluhan jurus sudah berlalu. Kedudukan masih terlihat imbang. Sepertinya Pek I Hiap tidak mau menyelesaikan latih tanding itu dengan buru-buru. Orang tua itu tampak sangat menikmati pertarungan tersebut.
Di posisi lain, Zhang Yi mulai gemas ketika melihat semua serangannya gagal. Ketika mencapai jurus sembilan puluh lima, mendadak tubuhnya menyurut ke belakang.
Sedetik kemudian, dia telah kembali menerjang dengan jurus yang jauh lebih hebat lagi.
"Sapuan Angin di Musim Gugur …"
Wushh!!!
Gerakan pedangnya berubah menjadi lebih cepat dan mematikan. Jurus Sapuan Angin di Musim Gugur ini mengandalkan kecepatan. Oleh sebab itulah, semakin tinggi ginkang si pengguna, maka semakin dahsyat juga hasilnya.
Deru angin tajam sudah menyelimuti seluruh tubuh Pek I Hiap. Hawa pedang menggores pakaiannya hingga beberapa ada yang robek.
Pertarungan berjalan semakin seru. Zhang Yi mulai menguasai arena. Semua serangannya telah berhasil mendesak mundur Pendekar Baju Putih.
Pemuda itu sangat yakin, dalam waktu kurang dari seratus jurus, dirinya pasti akan keluar sebagai pemenang. Apalagi jika mengingat posisi Pendekar Baju Putih yang makin lama makin tidak menguntungkan.
Tapi siapa sangka, tiba-tiba sesuatu terjadi. Entah bagaimana caranya, tahu-tahu Pendekar Baju Putih bisa melepaskan diri dari jeratan jurus Sapuan Angin di Musim Gugur.
Begitu berhasil melepaskan diri dari jurus hebat itu, mendadak orang tua terakhir bersuit nyaring. Disusul kemudian dengan terjangan ke depan. Pedangnya melancarkan tusukan yang cepat dan ganas.
Inilah jurus Menusuk Rembulan Membalikkan Langit!
Jurus itu adalah salah satu jurus andalan miliknya. Jurus tersebut mengandung ribuan gerak tipu yang tidak pernah diduga oleh lawannya.
Melihat gurunya mengeluarkan jurus dasyat itu, maka Zhang Yi pun memutuskan hal serupa. Dia turut mengeluarkan jurus Menusuk Rembulan Membalikkan Langit pula.
Dua jurus yang sama segera tampak. Dua tubuh manusia terperangkap di dalam sinar pedang yang mereka ciptakan masing-masing. Awalnya pertarungan tampak seimbang.
Namun setela lewat sepuluh jurus, mendadak pertempuran itu berhenti.
Ranting pohon yang semula digunakan oleh Pek I Hiap ternyata sudah berada tepat di tenggorokan Zhang Yi.