Malam ini, seperti biasanya, Theo akan makan malam di rumah Zee. Menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga Zee yang sudah Theo anggap sebagai keluarganya sendiri.
Setelah selesai makan malam, Zee dan Theo sama-sama duduk di teras rumah Zee untuk menikmati pemandangan malam yang bertabur bulan dan bintang.
"Kak Theo," panggil Zee pelan.
"Kenapa, Zee?" Theo memandang wajah Zee yang ternyata sudah memandangnya terlebih dahulu.
"Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Apa itu?"
"Hmm ... mataku sudah sembuh. Aku bisa melihat wajah Kak Theo lagi."
"Serius? Alhamdulillah ..." Theo memanjatkan syukur atas kesembuhan Zee yang tiba-tiba.
"Alhamdulillah ..." Zee juga bersama mengucapkan syukur.
Menurut Zee, sekarang sudah saatnya ia membuka diri kepada Theo. Ia menyadari bahwa selama ini, hanya Theo yang menemaninya melewati kesulitan hidup. Theo juga tidak bermasalah dengan Zee yang cacat. Ya ... Theo tidak bergeming sedikitpun untuk tetap berada di samping Zee.