BAB 242.
Suara genderang yang ditabuh menandakan keberlangsungan perang yang sengit ini.
Teriakan para prajurit penuh dengan semangat membara. Senjata di tangan menjadi perisai pelindung yang telah diberkati oleh doa-doa orang yang menunggu mereka.
Kesetiaan pada Kerajaan kini dibuktikan. Hati terakhir perang, Jenderal besar yang memimpin membuat startegi luar biasa. Tak dapat dipungkiri akan membawa banyak mayat orang-orang yang menjadi korban kesetiaan. Semua itu, semata-mata untuk membuat rasa aman pada tanah air ini.
"Serang!"
Suara lantang yang sudah mulai serak menangi bara yang menyala lebih besar api semangat. Para prajurit yang berjuang mati-matian demi kemenangan tak pernah mengeluh ataupun mundur.
Ketika diambang pintu kemenangan, Bai Xue Jian dengan pedang perak di tangan kanannya telah berdiri di depan kereta kuda dari komandan tertinggi Kerajaan Turki Barat.
Prok prok prok ...