BAB 19 : MELIHAT KETULUSAN.
Ruang belajar.
"Cepat katakan! Siapa kau sebenarnya?!"
Bai Xue Jian telah mengabulkan apa yang diinginkan pria misterius yang ditangkapnya. Membawanya untuk diintrogasi ke tempat yang lebih tertutup dari halaman aula tadi.
"Saya adalah prajurit berani mati yang dibentuk oleh Permaisuri Yun. Tugas saya adalah menjaga dan melindungi Pangeran Xuan dari balik bayangan dan tidak bisa menampakkan diri di depan umum," kata Feng Yun dengan penjelasannya.
Dari tatapan Bai Xue Jian, tampak masih belum percaya sepenuhnya pada pria yang ada di hadapannya itu. Dia mengerutkan keningnya serta alis tegak yang juga tak lurus lagi.
Perkataan Feng Yun yang menyebutkan nama mendiang Permaisuri Yun atau Ibunya Pangeran Xuan benar-benar membuat Bai Xue Jian merasa aneh sekaligus bingung.
"Kau orang dari Raja Huayao? Tapi apa yang kau lakukan di kamar Pangeran Xuan tadi?!" tanya Bai Xue Jian lagi.
"Jawab dengan jujur! Atau aku akan membuatmu merasakan tajamnya pedang ini!"
Bai Xue Jian menodongkan pedang tajamnya tepat di samping leher Feng Yun. Sebuah goresan kecil telah terbentuk dari bagian ujung pedang yang tersentuh oleh kulit pria tersebut. Beberapa tetes darah mulai mengalir, jika diteruskan lama-lama pedang tajam itu akan memotong lehernya dengan sangat mudah.
"Pangeran Xuan telah diracuni oleh Ratu Qing Yun. Sebagai prajurit bayangannya, saya ingin memberikannya obat penawar. Namun tak menyangka kalau Jenderal Xue telah lebih dulu mengobati Yang mulia," jawabnya sambil menahan rasa sakit di bagian leher yang tergores.
Bai Xue Jian masih diam saja dan enggan untuk menarik pedangnya yang telah menggores leher Feng Yun. Tampaknya dia masih belum puas dengan penjelasan yang diberikan pria tersebut.
"Yang dikatakan Feng Yun itu benar, Permaisuri Xuan!"
Tiba-tiba terdengar suara orang lain yang masuk ke dalam ruang belajar. Bai Xue Jian dan Feng Yun langsung mengalihkan pandangan mereka pada orang tersebut.
Seorang pria dengan rambut perak dan pakaian biru putih masuk begitu saja ke dalam ruang belajar Jenderal Xue. Dia mulai melangkah dan ketika sudah sampai di depan Bai Xue Jian, dia mengepalkan kedua tangannya ke depan serta membungkuk hormat.
"Tabib Fan Bai memberi hormat pada Permaisuri Xuan."
"Satu-satunya pria yang memiliki rambut berwarna perak. Kau benar-benar tabib Dewa Fan Bai?!"
Bai Xue Jian akhirnya menarik pedangnya dan memasukkannya kembali ke dalam sarung. Pandangannya kini beralih pada pria yang baru saja datang dan tengah memberi salam hormat padanya.
"Kau dan prajurit bayangan ini ... Apa kalian yang selalu melindungi Pangeran Xuan dari belakang?" tanya Bai Xue Jian.
Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin diajukan Bai Xue Jian. Wanita itu merasa penasaran dengan para pria hebat yang ternyata berhubungan dekat dengan Pangeran bodoh suaminya.
"Benar. Sejak Permaisuri Yun meninggal, Pangeran Xuan mulai terganggu pikiran dan hatinya. Itu yang membuatnya menjadi bodoh dan masih memiliki pemikiran seperti anak kecil walaupun sudah dewasa. Saya telah berusaha mengobati Pangeran Xuan tapi hasilnya masih saja tidak bisa mengobatinya. Jadi aku dan Feng Yun hanya bisa diam-diam melindungi Pangeran Xuan dari belakang tanpa menunjukkan identitas kami."
Setelah mendengarkan penjelasan dari Tabib Dewa Fan Bai, Jenderal Xue menghela napasnya sekaligus membuang ekspresi wajah pembunuhnya.
'Apa Jenderal Xue tidak akan percaya? Dia pasti akan mencurigai Yang Mulia Pangeran!' panim dalam hati Feng Yun.
"Baiklah."
'Apa?!'
"Terima kasih pada kalian karena telah melindungi Pangeran Xuan selama ini. Aku tahu kalian hanya bisa membantu sedikit secara diam-diam. Mulai sekarang, aku, Bai Xue Jian yang akan melindungi Pangeran Xuan karena dia adalah suamiku."
Bai Xue Jian ternyata telah mempercayai kata-katanya dan juga penjelasan dari Tabib Fan Bai maupun Feng Yun. Wanita itu malah berterima kasih kepada kedua pria tersebut. Yang membuat tercengang ialah, seorang Jenderal Xue bisa membungkuk hormat kepada mereka.
Jenderal Xue selalu dikenal tidak pernah membungkuk hormat kepada orang lain selain Kaisar. Kedudukan besr sebagai Jenderal perang, membuat Bai Xue Jian tidak pernah tunduk hormat pada siapa pun apalagi musuhnya.
Namun malam ini, Jenderal wanita itu berterima kasih bahkan sedikit membungkukkan tubuhnya di depan Fan Bai dan juga Feng Yun. Sungguh sesuatu yang sangat langka dan jarang terjadi.
"Apa yang anda lakukan, Permaisuri Xuan? Melindungi Pangeran memang tugas kami berdua. Anda tidak perlu berterima kasih seperti ini," kata tabib Fan Bai yang merasa tidak sungkan.
"Tidak. Itu memang harus kulakukan."
Bai Xue Jian mulai melangkah menuju sebuah meja yang ada di belakang tubuhnya. Di atas meja itu, ada banyak buku dan beberapa gulungan kertas. Tidak lupa ada kuas dan juga tintanya.
Namun bukan itu semua yang tersentuh oleh tangannya, melainkan sebuah boneka berbentuk kepala harimau yang menjadi objeknya.
Bai Xue Jian mengelus lembut boneka yang ternyata pemberian Pangeran Xuan padanya sebagai tanda pertemanan.
"Aku yang akan melindungi Pangeran Xuan mulai sekarang. Ini adalah tujuan terakhir dari hidupku," ucap Bai Xue Jian.
Ada sebuah senyuman kecil yang terselubung di bibir manisnya. Tabib Fan Bai yang melihatnya seketika membulatkan mata tercengang. Bukan karena kecantikan, melainkan mendengar perkataan dari Bai Xue Jian yang terdengar sangat tulus.
Dikenal sebagai Tabib Dewa, Fan Bai bukan hanya ahli dalam mengobati penyakit dan juga penawar racun, dia sangat ahli dalam menilai orang. Fan Bai bisa membedakan mana orang yang tulus dan mana orang yang hanya berpura-pura baik.
Dari matanya, Fan Bai dapat melihat ketulusan hati dari Jenderal Xue ketika mengatakan ingin melindungi Pangeran Xuan. Bahkan sedikit senyuman manis yang terlihat, dapat mengungkapkan kebenarannya bahwa Jenderal Xue tidak memiliki niat jahat untuk mendekati Pangeran Xuan.
'Jenderal Xue sangat tulus pada Yang mulia. Apa dia akan diangggap? Aku harus menanyakannya pada Yang Mulia secara langsung,' batin Fan Bai.
***
"Tidak! Dia hanya wanita yang akan menghalangi semua rencanaku! Apa pun niatnya, aku sama sekali tidak peduli!"