Descargar la aplicación
1% MAKE ME YOURS / Chapter 4: Cokelat dan Teddy Bear

Capítulo 4: Cokelat dan Teddy Bear

Pagi hari memang suasana paling pas untuk berolahraga. Kebugaran tubuh menjadi momok penting di era yang marak virus seperti sekarang ini. Bagi seorang model seperti Ines, menjaga tubuh agar tetap bugar dan indah merupakan suatu hal utama. Tubuh molek nan proporsional bak gitar spanyol yang ia miliki sekarang tak lain dan tak bukan karena hasil berolahraga secara konsisten.

Tak ayal, banyak pria matang dan mapan gencar mendekatinya. Bukan lagi untuk mengajak berkencan, namun langsung mempersunting model cantik itu.

Ayolah, siapa sih pria yang tak ingin memiliki istri cantik, bodygoals, model pula, hm?

Wanita itu menyeka peluh yang menempel di dahinya. Hampir satu jam Ines menghabiskan waktunya di ruang olahraga yang berisikan beberapa perlengkapan kebugaran tubuh.

Sebuah treadmill menjadi alat kebugaran jasmani terakhir yang Ines pilih, setelah sebelumnya ia mencoba rope skipping, bola gym, dan matras yoga.

Baru 15 menit berjalan, suara bel pintu menghentikan aktivitasnya.

Ia yakin 100% itu adalah Saga. Memangnya siapa lagi yang berani bertamu ke rumah model terkenal seperti dirinya jika bukan pria itu?

Setelah membukakan pintu, Ines segera melenggang berbalik arah menuju sofa tanpa mengucap sepatah katapun pada tamunya.

"Aku punya sesuatu buat kamu. Tebak." Saga menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung dan Ines yakin ia membawa buket bunga di sana.

"Buket bunga lily dan mawar seperti biasanya." Ujar Ines seraya memutar bola matanya malas.

Pria itu tiap minggu selalu saja membawakan buket bunga lily dan mawar. Tak pernah berubah. Karena kedua kombinasi bunga itu adalah kesukaan Ines.

Itu memang menggelikan baginya. Tapi mau bagaimana lagi? Saga bukan orang yang akan menyerah begitu saja ketika ia menginginkan sesuatu.

Saga menggeleng. "Tebak lagi."

Ines terheran, tebakannya salah? Lalu apa yang dibawa pria ini jika bukan bunga?

Perhiasan? Rasanya tidak mungkin, Saga tau ia tak suka pakai perhiasan jika bukan saat pemotretan.

Gaun? Tapi untuk apa? Saga juga minus dalam memilih selera fashion. Tak mungkin ia memberinya busana. Lalu?

Ines menggeleng lemah. Tanda menyerah untuk menebak barang bawaan Saga.

Sebuah buket cokelat beserta isinya yang menggiurkan ditunjukkan Saga padanya.

"Cokelat? Why?"

"Nggak suka?"

"Bukan gitu." Ines menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Dalam rangka apa ngasih cokelat? Biasanya juga bunga."

"Minggu depan hari valentine, Nes. Dan di tanggal 14 itu aku berada di daerah Dago, mengunjungi Frezy Gym cabang Bandung. So, aku kasih coklatnya sekarang aja."

Ines bukannya tak tau beberapa usaha yang dibuka Saga. Model tampan itu diam-diam juga memiliki bakat seorang pengusaha. Lihat saja, tempat fitness miliknya telah tersebar di 5 kota besar. Tak hanya itu, Saga juga memiliki resto yang dirintisnya sejak setahun yang lalu dan kini mulai menyebar ke sudut Kota Yogyakarta hingga 4 resto.

Omong-omong soal Frezy Gym cabang Bandung, setau Ines gym di sana dipegang oleh adiknya dan Saga mempercayakannya penuh. Bahkan tahun lalu, Saga hanya sekali mengunjungi Frezy Gym Dago. Lalu di tahun ini, baru awal tahun saja ia sudah ke sana sebanyak tiga kali di tanggal 14 besok. Lantas untuk apa?

Ines tak mengerti ini memang hanya mengontrol gym di sana atau ada sesuatu yang tak diceritakan Saga padanya. Memilih mengabaikan pikirannya yang berkecamuk, wanita itu menatap sebuah boneka kecil di tengah-tengah coklat batangan. Teddy bear coklat yang berukuran pas segenggaman tangannya.

"Kok ada boneka? Biar apa?"

"Biar kalo kamu rindu aku, tinggal peluk itu."

"Geer banget, emangnya aku bakal rindu sama kamu?" Kekehnya.

"Of course, sweetie." Digenggamnya tangan Ines. "Aku yakin kamu bakal kangen aku. Jadi aku beri kamu boneka itu biar bisa gantiin aku sementara."

"Kalau pun aku kangen sama kamu, teddy bear ini juga nggak akan bisa gantikan kamu, Saga. Kamu yang segede ini, digantikan sama boneka sekecil ini? Are you kidding?"

"Jadi kamu lebih pilih yang gede?" Pria itu tersenyum smirk. "Oke kalau gitu. Baiknya kamu puas-puasin peluk aku dulu sebelum aku ke Bandung minggu depan."

"Dih, suka banget cari kesempatan dalam kesempitan."

Saga terkekeh mendengarnya. Ia membenarkan perkataan wanita itu. Ditatapnya wajah cantik yang bahkan disaat belum mandi seperti ini. Ines yang tertunduk mengamati coklat dan boneka pemberian Saga tak tau jika pria itu tengah menatapnya dalam-dalam.

"Aku siang ini mau ke Frezy Cafe and Resto di Malioboro."

"Ngapain?" Tanya Ines.

"Ambil rekapan penjualan 3 bulan terakhir, mengontrol manajemen operasionalnya apakah berjalan sesuai ketetapan atau tidak, dan mungkin mereshuffle karyawan juga nanti."

"Buat apa reshuffle karyawan?"

Pria itu menyeruput sejenak kopi hitam di atas meja, lalu berujar. "Terkadang di dalam bisnis itu perlu dilakukan reshuffle atau yang sering disebut rotasi. Di mana hal ini bertujuan untuk mendongkrak produktivitas dan kreativitas karyawan karena wawasan dan keterampilan mereka semakin bertambah."

Ines hanya menganggukkan kepalanya. Untuk urusan bisnis, pria ini memang tak kalah deep dari para pengusaha ternama lain. Bahkan Saga membangun sebuah ruang perpustakaan khusus di rumahnya dan berisi buku-buku kiat sukses menjadi usahawan. Jumlah buku tentang panduan lengkap modeling atau kisah inspiratif para model dunia saja lebih sedikit ketimbang buku tentang perbisnisan.

"Sibuk banget kamu kayaknya."

Saga tergelak mendengar penuturan Ines. "Kenapa? Kamu takut nggak dapat perhatian dari aku? Kamu takut aku nggak peduli lagi sama kamu?" Kata Saga dengan binar di kedua bola matanya.

Ines menggeleng keras. "Mana ada aku takut kayak gitu. Aku bersyukur malah kalau sehari nggak ketemu kamu."

Lagi dan lagi, penolakan keras diterima Saga. Pria itu memang salah mengartikan perkataan Ines setiap harinya.

Seseorang yang sedang jatuh cinta memang begitu. Seringkali mereka salah menafsirkan kalimat yang keluar dari si doi. Atau yang anak milenial bilang: kegeeran alias kepedean.

"Aku nginep juga di sana. Pulangnya besok sore."

"Kenapa nginep?"

"Kenapa? Kamu kangen?"

"Kalo iya gimana?" Tanya Ines menaik turunkan kedua alisnya.

"Aku langsung pulang saat itu juga dan membanting kamu di kamar."

Ines tertawa terpingkal-pingkal hingga perutnya terasa kaku. Sekali lagi, Saga tak pernah gagal membuatnya tertawa.

Dan tawa itu adalah hal yang akan Saga bawa ke Malioboro. Sekedar mengingatnya saja mungkin bisa mengikis perasaan rindu pria itu saat jauh dari tambatan hatinya.

"Mesum banget heran." Kata Ines sambil tertawa kecil.

"Kan cuma sama kamu, Nes."

Kalimat itu terdengar begitu manja dan menggelikan bagi Ines. Dengan segera ia beranjak dari sofa sebelum Saga berhasil memeluknya.

"Makan tuh pelukan angin." Ines terkekeh melihat Saga yang gagal memeluk dirinya.

"Udahlah aku mau mandi. Kamu kalo butuh sesuatu minta Mbok Sum aja, orangnya di dapur."

"Jam segini mandi emang mau kemana?" Saga bahkan tau jam mandinya Ines kalau wanita itu sedang tidak ada job.

"Liburanlah. Kamu pikir buat apa aku merengek ke agensi buat libur 3 hari kalo cuma rebahan di rumah?" Jawabnya tetap berjalan menuju tangga.

Saga terkejut. "Liburan? Kemana? Sama siapa?"

"Disha, ke G-Land."

"Siapa Disha?"

Ines yang mendengar nada tak suka dari pertanyaan Saga pun membalikkan tubuh.

"Asisten baru aku. Kenapa? Kamu cemburu juga sama dia? Dia perempuan loh, Ga."

"Kenapa nggak pergi bareng aku aja?"

"Aku di sana nginep di hotel. Kalau pergi sama kamu bisa di grepe aku nanti." Cibirnya bersandar di pegangan tangga.

"Astaga. Sumpah pikiran kamu ke aku butek banget, ya."

Wanita itu berdecak. "Males ih pagi-pagi ribut. Kamu pulang aja sana. Jam 08.00 aku sama Disha berangkat."

Setelahnya tak ada suara lagi. Saga sibuk sengan pikirannya, sementara Ines mandi di kamar atas.

****

Dont forget to support me^^

Thanks a lot❤


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
olistory olistory

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C4
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión