Esok hari, ombak di pantai berdebur-debur menghantam batu-batu karang di sepanjang pesisir.
Yena duduk di atas bebatuan basah tersebut dan mencelupkan kedua kakinya ke dalam air. Ia sesekali bersiul, memadukan irama dengan nyanyian alam. Kentara sekali kebingungan dalam nada siulnya yang lumayan elok.
"Kita benar-benar tidak akan pulang?" Ji Sa menghampiri dan berdiri di sampingnya.
"Mata air naga sudah kita dapatkan. Menunggu apa lagi?" tanyanya lagi.
Yena tampak menimang-nimang.
"Entahlah, tapi aku merasa enggan meninggalkan pulau ini tanpa melakukan sesuatu terlebih dahulu ...."
"Sesuatu yang bagaimana? Apa kau ingin membawa Joe kabur saja? Sebaiknya jangan." Ji Sa menggeleng. Yena sudah menceritakan semua padanya.
"Aku tau. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu, tapi bagaimanapun, aku harus melakukan sesuatu untuk orang yang telah menolongku, bukan?"
"Ya, benar. Jadi apa yang akan kau lakukan?"
Yena mendesah berat.