Setelah kepergian lelaki itu, Bram meminum minumannya dia menegak habis minumannya. Dia juga menghabisinya dari botol. Bram kesal ada yang mengungkit kisahnya itu.
"Mereka sedang bermain bersama kita Bram. Mereka hanya orang kecil, dan mereka tak tahu berhadapan dengan siapa," kata Deka.
"Apa yang akan kau lakukan bram?" tanya Diman.
"Habisi mereka Bram. Jangan buat mereka makin sukses membongkar semuanya," kata Deki.
Bram masih belum memberikan komentar apapun, dia mengincar wanita itu. Apa karena dia masih terobsesi sama Winarsih, dia tak tahu cintanya sama wanita itu makin besar tak pernah padam, karena rasa sakit hatinya dia melakukan itu.
"Apa kau masih mencintai wanita itu? Apa kau masih menginginkan wanita gentayangan itu? Atau kau ingin wanita renkarnasinya itu?" tanya Deka.
"Jika benar maka kau lemah, kau terjerat sama cinta yang sama dengan orang yang sama," kata Deki.
Bram memandang Deki dengan tatapan tajam. Dia tak tahu harus berkata apapun. Deki benar dia mencintai wanita yang sama itu.
"Sudah, jangan kalian berkelahi, kita mikirin bagaimana cara agar anak-anak itu bisa menghentikan pencariannya," ucap Diman
"Kalian tahu kasus ini sudah lama dan ini sudah tak bisa diungkapkan lagi. Sudah tutup perkaranya, polisi bilang kan kalau tak ada pembunuhannya, tapi kenapa wanita itu masih mengejar kita sampai saat ini?" tanya Deki.
"Kau tahu makna dendam? Puluhan tahun sampai jutaan tahun pun yang namanya dendam akan tetap ada, bisa saja saat itu dia masih mencari kita dan saat tiba waktunya dia menemukan mereka, entah dari mana wanita itu bisa menemukan mereka yang pasti kita diujung tanduk," ucap Deka lagi.
"Aku juga bermimpi buruk sama halnya dengan Bram. Dia mengejarku dan menuntut atas apa yang telah aku perbuat selama ini. aku takut, saat ini. Pikiranku jadi tak menentu, kau tahu aku tak bisa tidur dengan tenang," kata Diman lagi.
Diman tertunduk lemas, dia merasa hidupnya di hantui wanita itu. Dulu dia bisa tenang sekarang nggak lagi.
"Aku sudah bilang, kita ke dukun saja, minta sama dia kasih kita jimat. Kita bilang juga kalau kita di hantui sama arwah Winarsih, dengan adanya jimat kita bisa menghindari Winarsih si hantu sialan itu," ucap Deka lagi.
"Aku setuju dengan apa yang di katakan oleh Deka. Kita ke sana saja. Paling tidak kita bisa tahu kenapa dia muncul di saat kasus itu sudah lama, dan apa yang dia inginkan dari kita," ucap Diman.
"Kalian semua bodoh atau apa! Yang dia inginkan kita, kita pembunuhnya, dia mau kita juga mati seperti dia dan suaminya itu. Jadi jangan tanya lagi apa keinginannya. Sekarang kalian setuju apa tidak kita ke sana?" tanya Deka lagi.
Deki, Diman dan Bram menganggukkan kepalanya. Mereka tak punya cara lain untuk menghadapi Winarsih itu.
"Kita pulang besok aku akan tanyakan lagi, waktu itu sudah aku tanyakan, tapi dari kalian tak ada kasih jawaban sama sekali," ketus Deka.
"Kami pikir itu hanya halusinasi Bram, karena dia bermimpi buruk, tapi sekarang Diman pun merasakannya. aku takut jika aku mendapatkan hal yang sama, kau juga kan Deka," sambung Deki.
"Ini zaman sudah naik level, nggak akan ada hal seperti itu, dunia kita sama dia beda," ucap Deka.
Ketiganya hanya diam saja saat mendengarnya. Mereka tak mau sesumbar sama sekali. Mereka bukan takut tapi mereka tak mau asal bicara.
"Sudah aku mau pulang. Aku lelah," ucap Bram.
Bram meninggalkan temannya, dia masih belum bisa mencerna setiap kejadian yang terjadi selama ini. Dia tak tahu apa yang harus di lakukan menghadapi Winarsih. Bram masuk dalam mobil dan melajukan mobilnya kencang. Setengah jam perjalanan menuju rumah, Bram tiba di rumah.
"Malam pak," sapa penjaga rumah.
"Malam juga," kata Bram.
Bram berjalan menuju rumah dan masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah Bram langsung ke kamar untuk bersih-bersih.
"Aku mau berendam saja, mungkin dengan berendam aku bisa menghilangkan rasa lelah dan pikiranku," Bram langsung masuk ke dalam buthtub untuk berendam.
Suasana hening terdengar di kamar mandi, bram mulai hanyut dalam kesunyian. Aroma melati mulai tercium sangat pekat dan bercampur dengan aroma amis dari darah.
Bram yang menciumnya mulai gelisah, dia membuka matanya perlahan, dia melihat air dalam bathtub bukan putih berbusa lagi, tapi merah pekat lebih tepatnya darah memenuhi bathtub. Bram yang kaget langsung keluar dari tempat itu dengan cepat.
"Ke--kenapa bi-bisa ada itu di situ? Ke-kenapa airnya bisa berubah jadi darah," Bram terbata-bata melihat bathtubnya penuh darah.
Air dalam bathtub meluber hingga keluar dan membasahi lantai kamar mandi Bram. Bram mundur ke belakang, dia tak tahu kenapa bisa air itu keluar dan air itu mendekati dia.
"Narsih, keluar kamu! Kamu pikir dengan seperti ini aku takut HAAAHHHH!" teriak Bram.
Bram belum memakai sehelai baju pun dia tersudut di pojokkan karena darah yang mengikuti dirinya berhenti di depannya. Darah turun ke celah ubin dan menghilang. Bram langsung keluar dari kamar dengan bergegas. dengan wajah yang ketakutan.
Kiirkkk!
Krikkkk!
Krikkk!
Suara goresan golok terdengar di telinga Bram. Bram yang mendengarnya melirik kearah kaca yang ada di kamar mandi. Tak ada siapapun di sini pikirnya. Bram dengan berani mendekati kaca itu dan melihat tak ada goresan.
"Tadi apa ya? Kenapa bunyi seperti benda tajam yang di goreskan di kaca ya," cicit Bram.
Bram kaget saat melihat cermin di depannya. Winarsih di belakangnya dengan golok tertancap di kepalanya dan mengeluarkan darah dari kepalanya.
"Ka-kau! A-apa maumu HAHHHHH!" teriak Bram.
Suara tangis Narsih terdengar sangat mendayu dan terdengar sangat menyayat hati.
huuu ... huuu!
Bram keringat dingin saat Narsih menangis dan lama-lama tertawa yang siapapun yang mendengar pasti merinding.
hahhhahahah ... hahhhahhahah!
"Aku mau kau, aku mau kau Bram. Sudah lama aku mencarimu, sekarang aku menemukanmu," ucap Narsih lagi.
Narsih mencabut golok dari kepalanya. seketika darah keluar dari kepalanya dan muncrat ke tubuh Bram seketika.
"Pergi, aku tak takut padamu. Kau sudah meninggal, orang meninggal tak mungkin bisa datang, kau setan, kau bukan Narsih, kau bukan Narsih, PERGI!" teriak Bram dengan kencang.
Bram terus berteriak histeris, Narsih mengayunkan goloknya di punggung belakang bram.
sretttt!
"AHHHHHh!" teriak Bram.
Bram terbangun dari tidurnya. Bram melihat sekitar dan bathtubnya. Airnya masih putih, dia sudah ngos ngosan. dan dia juga mengusap wajahnya.
"Aku mimpi lagi. Lag-lagi dia mendatangiku. sampai kapan aku harus bisa menghindari dia. Apa aku harus pergi dari kota ini, agar dia tak menemuiku," Bram mulai gelisah dan tentunya dia tak tahu harus apa.
Bram bangun dari bathtub dan membersihkan sisa sabun. Di shower dia mulai berpikir, bagaimana bisa Narsih menemui dirinya. dia di Desa dan kenapa bisa ada orang yang sama dengan Narsih, aku harus bisa mendekati wanita itu, aku akan buat dia jatuh cinta padaku dan setelah itu dia akan aku bunuh juga sama seperti Narsih gumam Bram.