Andine mematung, ia susah payah menelan ludah apalagi kala tangan Ben berusaha meraihnya. Namun, Eve lekas tersadar akan buaian Ben untuknya.
"Tuan! Tolong jangan bersikap seperti ini," ucap gadis itu setengah putus asa. Meski hatinya mendamba, tapi logikanya tetap bekerja secara sempurna.
Andine menggeleng, bayangan wajah Bibi Elena kemudian berputar di dalam kepalanya.
"Saya tidak mau mengecewakan Bibi Elena, Tuan. Bibi Elena terlalu banyak membantu saya, saya tidak bisa melupakan jasa-jasanya. Menerima, Tuan menjadi kekasih saya, itu sama saja melukai hatinya." Suara Andine nyaris menghilang di tengah isak tangis.
Gadis itu tersedu dengan dada yang sesak, ia tak bisa membayangkan seperti apa akhir yang akan terjadi jika dia nekat untuk menerima cinta Andra.
Melihat Andine menangis, hati kecil Andra merasa iba. Ia menatap wanita itu dengan batin yang terluka. Andine tidak boleh menangis.