Haes-sal melonggarkan ikatan dasi yang mencekik leher. Napasnya memburu kencang berbarengan dengan emosi yang menggelegak hingga ubun-ubun.
"Haes-sal."
Malaikat itu menoleh. Rea terlihat berjalan mendekatinya. Langkah wanita itu anggun. Tubuhnya yang langsing sempurna tanpa cela terbungkus helaian kain tipis tembus pandang.
Rea nyaris tidak mengenakan apa-apa di balik pakaian luarnya. Lekuk tubuh wanita itu terlihat jelas menggoda setiap iman yang lemah.
Sayangnya hal itu tidak berlaku pada Haes-sal. Malaikat itu hanya mendengkus kesal dan segera memalingkan pandangan.
"Pakai baju yang benar," geram Haes-sal.
Rea memeluk Haes-sal dari belakang. Malaikat itu bisa merasakan sepasang gundukan kenyal menekan punggungnya. Rea jelas-jelas tengah melancarkan aksi seduktifnya.
"Menyingkir dariku, Rea," desis Haes-sal dingin.
"Haes-sal, kenapa kau terus menolakku?" Suara Rea terdengar merajuk manja. "Padahal kedua orang tua kita sudah sama-sama merestui hubungan kita."