Di hari berikutnya, Aaron Liu sudah bersiap untuk berangkat ke kantor bersama seorang nona muda Keluarga Jiang. Sudah menunggu beberapa lama, Jiang Lily sama sekali belum keluar dari kamar.
"Apakah cucuku belum keluar dari kamar, Anak muda?" tanya Nenek Jiang yang kebetulan melihat Aaron Liu berdiri di sebelah mobilnya.
"Nona Lily pasti sedang bersiap-siap, Nek," jawab Aaron Liu dengan ekspresi yang dipaksakan tenang dan tak memperlihatkan emosi apapun yang berarti.
Nenek Jiang tersenyum kecut mendengar jawaban itu. Ia sangat tahu jika Aaron Liu sedang menutupi sikap konyol dari cucunya. Tak tahan dengan kegilaan cucu kesayangannya, wanita tua itu bergegas ke sebuah kamar di mana Jiang Lily berada.
Dalam beberapa langkah saja, Nenek Jiang sudah berada tepat di depan pintu kamar yang terdengar sangat bising. Sudah dipastikan jika perempuan cantik itu sengaja menyetel musik dengan suara keras.
"Lily! Buka pintunya!" teriak Nenek Jiang pada cucunya yang cukup sulit untuk diatur. Hal itu karena ia selalu memanjakan cucu satu-satunya itu.
Beberapa kali Nenek Jiang menyerukan nama cucunya, Jiang Lily sama sekali tak membuka pintu. Sepertinya perempuan itu tak mendengar panggilan dari neneknya.
Hal itu membuat Nenek Jiang semakin geram, ia langsung memanggil seorang pelayan dan memintanya untuk membuka pintu kamar dengan kunci cadangan.
"Buka kamar ini!" perintah Nenek Jiang pada seorang pelayan yang baru saja datang dengan membawa kunci cadangan kamar Jiang Lily.
"Baik, Nyonya." Tanpa membuang waktu sedikit pun, si pelayan bergegas membuka sebuah kamar yang begitu berisik dengan suara musik yang menggema cukup keras.
Begitu pun terbuka ... Jiang Lily tampak sangat terkejut menyaksikan keberadaan neneknya. Wajahnya mendadak pucat dan sangat ketakutan. Perempuan itu sangat yakin jika Nenek Jiang sangat murka atas ulahnya sendiri.
Tanpa berpikir panjang, Jiang Lily bangkit lalu mematikan musik keras itu. Ia pun bergerak mendekati neneknya tanpa berani menatap wajahnya. Perempuan cantik itu hanya menundukkan kepala dengan segala keberanian yang masih tersisa.
"Nenek .... " Jiang Lily sangat sadar jika ia benar-benar melakukan sesuatu yang sangat keterlaluan kali ini. Dengan melihat ekspresi neneknya saja, ia benar-benar takut dan juga merasa bersalah.
"Apakah kamu tahu kesalahanmu?" Nenek Jiang melontarkan sebuah pertanyaan untuk memancing cucunya.
Jiang Lily merasa terlalu bodoh dan juga ceroboh. Ia tak menyangka jika neneknya sendiri lebih membela seorang pria asing yang baru dikenalnya. Hal itu masih saja sangat sulit untuk diterima oleh cucu tunggal dari Nenek Jiang.
Memikirkan sebuah alasan untuk menjawab pertanyaan itu. Jiang Lily tak ingin memperburuk suasana dengan mengatakan hal bodoh di hadapan neneknya.
"Apakah karena suara musik yang terlalu keras?" Dengan ragu-ragu, Jiang Lily mencoba menebak maksud dari ucapan neneknya.
"Nenek sama sekali tak menyangka jika kamu benar-benar tak bisa diandalkan. Bukankah pagi ini kamu dan Aaron harus datang ke meeting?" Nenek Jiang mencoba mengingatkan hal itu pada seorang perempuan muda yang sangat cantik.
"Kenapa harus dengan dia, Nek? Tidak bisakah aku pergi sendiri saja?" Jiang Lily merengek memohon agar ia tak perlu berangkat dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Sebuah jawaban fatal dan tak termaafkan bagi Nenek Jiang. Cucunya itu sudah sangat keterlaluan memperlakukan Aaron Liu dengan sangat tak sopan. Seolah Jiang Lily sama sekali tak bisa menghargai seseorang yang sudah berjasa pada keluarganya.
Tak ingin cucunya salah jalan, Nenek Jiang harus membuat keputusan tegas pada cucu kesayangannya itu. Sebuah kesalahan kecil saja pasti bisa membuat Jiang Lily semakin tak terkendali.
"Jika kamu tak bisa mendengarkan nenek ... mulai sekarang, kamu tak perlu ke perusahaan. Biar nenek dan juga Aaron yang mengurus bisnis keluarga kita." Meskipun kata-kata itu terdengar sangat pelan, setiap kata yang dikatakan Nenek Jiang benar-benar penuh arti.
"Apa maksud, Nenek?" sahut Jiang Lily dengan wajah panik atas keputusan sepihak dari neneknya.
Sayangnya ... Nenek Jiang sama sekali tak mengacuhkan kata-kata cucunya. Wanita tua itu langsung keluar begitu saja meninggalkan Jiang Lily yang masih dalam kebingungan.
Tak menolehkan wajah sedikit pun, Nenek Jiang berjalan menuju ke sebuah tempat di mana sejak tadi Aaron Liu sudah menunggu. Dia merasa bersalah karena membuat pria itu mengalami kesusahan atas ulah cucunya yang sangat berlebihan.
"Sepertinya cucuku sudah tak ingin mengurus perusahaan, Aaron. Lebih baik kita yang berangkat bersama," ujar Nenek Jiang pada seorang pria yang tampak terkejut setelah mendengar kata-katanya.
"Tapi, Nek .... " Aaron Liu bisa menebak jika telah terjadi sesuatu di antara nenek dan cucunya itu. Sesuatu yang tak terlalu baik pasti telah terjadi di dalam sana tadi.
"Kita berangkat sekarang saja!" ajak Nenek Jiang sebelum masuk ke dalam mobil.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk berangkat. Meskipun tak setuju dengan keputusan Nenek Jiang, Aaron Liu tak bisa melakukan apapun. Terlebih ... suasana hati pemilik mansion mewah itu sama sekali tak baik-baik saja.
Aaron Liu menyalahkan mesin mobil lalu bersiap untuk meninggalkan sebuah rumah mewah milik Keluarga Jiang. Baru saja menginjak pedal gas, tiba-tiba saja ....
"Hentikan mobilnya!" Seorang perempuan dengan pakaian cukup rapi berdiri di depan mobil dan sangat mengejutkan Aaron Liu dan Nenek Jiang.
Teriakkan itu mampu membuat Aaron Liu menginjak rem seketika itu juga.
"Apa yang sedang kamu lakukan, Lily!" bentak Nenek Jiang pada cucu kesayangannya yang mulai sulit dikendalikan. Wanita itu keluar dari mobil dan berdiri tak jauh dari Jiang Lily.
Rasanya semakin tak masuk akal saja kelakuan dari seorang perempuan cantik yang selama ini sangat dibanggakannya. Entah karena alasan apa, Jiang Lily menjadi begitu angkuh dan terkesan arogan pada orang lain.
Nenek Jiang memang sengaja bersikap tegas pada cucunya. Ia hanya tak ingin Jiang Lily menjadi seorang perempuan kasar dan tak sopan. Semua itu dilakukannya hanya untuk kebaikan cucu kesayangannya itu.
"Aku akan berangkat ke perusahaan bersama Aaron, Nek. Kuharap Nenek tak memperpanjang sikap buruk ini." Jiang Lily sangat berharga jika neneknya mau memaafkan semua sikap buruknya. Melawan Nenek Jiang tentu saja bukan pilihan terbaik.
"Untuk apa kamu minta maaf pada nenek? Jika kamu memang sangat menyesal, minta maaflah pada Aaron!" ketus Nenek Jiang pada cucunya sendiri.
Tak peduli dengan penolakan Jiang Lily sebelumnya, Nenek Jiang hanya berupaya agar cucunya mau bersikap baik pada Aaron. Ia cukup yakin jika mereka berdua akan bisa diandalkan di masa depan.
Terlepas dari itu, Aaron Liu dan juga Jiang Lily tampak serasi satu sama lain. Ada sedikit harapan kecil yang terselip di dalam hati Nenek Jiang. Meski ia sendiri masih belum terlalu yakin dengan hal itu.
"Apa! Haruskah aku minta maaf padanya?" Jiang Lily tampak tak rela jika harus mengatakan kata maaf pada seorang pria yang kebetulan berdiri tak jauh dari mobil.
"Nenek tak ingin memaksa kamu, Lily. Itu adalah pilihanmu sendiri, jika tak ada yang lain ... nenek akan berangkat sekarang." Nenek Jiang beranjak masuk ke dalam mobil. Ia berpura-pura tak peduli dengan cucunya itu. "Ayo kita berangkat, Aaron!" ajaknya cukup menyakinkan.
"Tunggu sebentar!" Entah keberanian seperti apa, Jiang Lily berusaha untuk menghentikan Aaron Liu masuk ke dalam mobil.
Perempuan itu tak mungkin melawan neneknya hanya demi sebuah ego di dalam diri. Jiang Lily menatap Aaron Liu yang kebetulan juga memandang lekat pada dirinya. Ia sangat bingung dan juga kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan maaf pada pria di hadapannya.
Beberapa menit berlalu, Jiang Lily masih berdiri dengan memegang tangan Aaron Liu. Ia sama sekali tak ingin kehilangan kesempatan apapun untuk kembali mendapatkan kesempatan emas. Tak mungkin jika ia harus melepaskan perusahaan begitu saja. Tak tega jika membiarkan Nenek Jiang bersusah payah mengurus perusahaan sendirian.
"Jangan membuang waktu, Aaron! Cepatlah masuk!" seru Nenek Jiang dari dalam mobil. Ia bisa melihat jika cucunya merasa begitu berat dan juga tak rela mengungkapkan kata maaf.
"Tunggu, Nek. Beri aku dua menit saja!" Jiang Lily terdengar sedikit memohon kali ini. Ia tak mau jika neneknya sama sekali tak memberikan kesempatan apapun padanya.
Menghilangkan segala ego di dalam dirinya, Jiang Lily tampak sedang menarik nafas sebelum mengeluarkan sepatah kata. Perempuan itu tampak begitu ragu, tetapi juga tak bisa menghindari apapun.
Di dalam mobil, Nenek Jiang harus menahan senyuman. Ia sangat yakin jika Jiang Lily pasti mau menerima Aaron Liu. Cepat atau lambat, mereka berdua akan menjadi partner kerja yang sangat cocok satu sama lain.
"Maafkan aku, Aaron. Aku sudah sangat tak sopan padamu. Kuharap kita bisa bekerjasama dengan baik." Jiang Lily mengulurkan tangannya, ia ingin memberikan kesan baik di hadapan neneknya. Berharap jika Aaron Liu mau menyambut sebuah jabat tangan yang akan menandakan mereka menjadi partner kerja.
"Semoga saya bisa membantu Anda, Nona." Dalam gerakan cepat, Aaron Liu langsung berjabat tangan dengan Jiang Lily. Mereka berdua benar-benar seperti pasangan rekan kerja yang sangat baik.
Sebuah momen yang harus diabadikan oleh Nenek Jiang. Dengan gerakan cepat, wanita tua itu langsung mengambil ponsel dan memotret mereka berdua. Sebuah awal yang baru dan akan memperlihatkan sebuah perubahan yang signifikan.
Tanpa berpikir panjang, Nenek Jiang keluar lagi dari mobil. Ia pun berjalan mendekati cucu perempuannya itu. Melemparkan sebuah tatapan hangat dan penuh arti pada sosok keluarga satu-satunya.
"Selamat bekerja! Mulai hari ini, nenek berharap jika kalian berdua akan saling membantu untuk membangun perusahaan kita," ucap Nenek Jiang pada partner kerja baru yang akan bekerjasama membangun perusahaan.
"Terima kasih atas kepercayaannya, Nek. Aku berharap jika Nenek masih berkenan untuk membimbingku," ucap Aaron Liu penuh harap.
Tak banyak hal yang bisa dilakukannya, ia hanya berharap jika Nenek Jiang berkenan untuk memberikan bantuan untuk menjadi asisten yang baik bagi Jiang Lily.
Hal itu bukanlah persoalan besar, Nenek Jiang cukup yakin jika Aaron Liu bisa mengatur semuanya. Pria itu terlihat cukup cakap dan tentunya sangat sopan terhadap orang lain.
"Kamu bisa bertanya langsung pada Jiang Lily. Jika cucuku tak mau membantumu, langsung saja hubungi nenek." Meskipun kalimat itu terdengar begitu lembut, sebenarnya itu mengandung ancaman tak main-main bagi Jiang Lily. Nenek Jiang sengaja menyelipkan maksud terselubung dalam ucapannya.
"Apakah Nenek begitu percaya dan juga menyayangi Aaron? Bagaimana Nenek bisa lebih membelanya?" Terlalu sulit bagi Jiang Lily untuk memahami hal itu. Pria asing yang datang di dalam hidupnya telah merusak semuanya. Malangnya lagi, ia sama sekali tak bisa melakukan perlawanan apapun. Sangat memilukan!
También te puede interesar
Comentario de párrafo
¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.
Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.
ENTIENDO