Descargar la aplicación
7.72% Red Girl and White Wolf / Chapter 21: Tamu Tak Diundang

Capítulo 21: Tamu Tak Diundang

Cleo tidak pernah ingat kapan terakhir kali dia terbangun sendiri karena mendengar keributan. Terakhir kali dia terbangun seperti itu adalah kerena kantung kemihnya yang mendadak tidak bisa diajak bekerja sama, lantas dia ingin menumpahkan isinya di liang kloset sesegera mungkin. Namun pagi ini, dia benar-benar ingin memaki mengingat bagaimana keributan di luar pondok sama sekali tidak bisa dia abaikan.

Sembari mengucek mata juga membersihkan kemungkinan adanya sisa-sisa aliran sungai tak mulia di wajahnya, Cleo melangkah menuju pintu depan. Cleo cukup terkejut ketika menyadari keadaan pintu pondok sudah terbuka lebar dan menampilkan gambaran aneh yang tidak asing. Ya, tidak asing bagi Cleo. Dia teringat bahwa terakhir kali dia menjumpai hal seperti ini adalah saat berada di gua kala itu.

Mulut gua yang seharusnya menampilkan keadaan di luar sana, justru tidak menampilkan apa yang seharusnya. Yang ada hanyalah gelombang aneh bertekstur layaknya air. Warnanya ... Cleo ragu menyimpulkannya, sekilas itu tampak bening namun di sisi lain tidak, mengingat tidak adanya penampakan dari luar. Ini jelas bukan cermin transparan yang kerap dia lihat saat mengunjungi toko Mr. Ramsley, atau kebanyakan bangun-bangun di Naserin yang punya kaca bening meski beberapa motif gambar tercetak di sana.

Lalu, apa ini?

"Mr. Rolleen? Lucio?"

Cleo mencoba memanggil nama mereka, berharap keduanya bisa terbangun dan melihat apa yang terjadi dengan pintu utama mereka. Tetapi ketika Cleo mencoba mengintip dari jendela, hal serupa pun dia jumpai. Cleo mulai merasa bahwa pondok ini telah terselimuti benda aneh mirip cermin, sehingga menghalangi pandang keluar pondok.

Tetapi anehnya, gadis itu bisa mendengar dengan jelas bahwa dari arah luar pondok, ada banyak langkah kaki, suara-suara berisik bahkan teriakan seseorang yang meminta Mr. Rolleen dan Lucio untuk patuh.

Tapi tunggu ... Lucio? Mr. Rolleen? Mereka ada di luar pondok?

Cleo yang terkejut kontan berlari ke kamar Mr. Rolleen, berharap bahwa dia bisa menemukan keberadaan pria itu dan menemukan bahwa dia bukan satu-satunya yang terkurung di dalam keanehan ini. Namun, sontak kedua maniknya terbelalak terbuka begitu tidak mendapati siapapun di dalam kamar pria tua itu. Hanya ada kamar kosong dalam kondisi berantakan. Selimut yang tidak terlipat serta tempat tidur yang tidak dirapikan. Tipikal bukan Mr. Rolleen sekali. Tentu saja, mengingat pria tua itu sangat-sangat bersih dan menjaga kerapihan.

"Mr. Rolleen?" Cleo mengulang menyebut nama pria itu.

Untuk memastikan satu hal lagi, Cleo berjalan perlahan menuju kamar Lucio. Namun, gadis itu cukup ragu membuka pintu kamar Lucio. Bagaimana jika Lucio masih berada di kamarnya saat Cleo membukanya? Bukankah situasinya akan sangat canggung. Belum lagi, kemarin malam mereka sempat bertengkar walau kenyataannya Cleo lah yang memulai.

Mempertimbangkan bahwa Lucio masih berada di dalam kamar kendati suara pria itu terdengar dari arah luar, tetapi Cleo harus memastikannya, dan karena itu dia memilih mengetuk dengan perlahan.

"Lucio? Apa kamu di dalam?"

Tidak ada sahutan. Kening Cleo mulai mengernyit. Mungkinkah dia harus memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Lucio. Kalau dia bisa mendengar suara Lucio dari luar seperti halnya Mr. Rolleen, bukankah itu artinya pria itu juga berada di luar. Ya, dia tidak melakukan kesalahan. Dia hanya ingin memastikan. Siapa yang tahu apa yang dia alami sekarang hanyalah mimpi belaka.

Kalau begitu, "Permisi."

Krak!

Cleo tersentak begitu pintu kamar Lucio berhasil terbuka sementara tangannya masih menggenggam gagang pintu. Namun nyatanya, kondisi kamar itu benar-benar kosong, sama persis dengan situasi yang ada di dalam kamar Mr. Rolleen. Cleo menarik napas lega mengingat sejak awal dia menahan napas saking tegangnya.

Namun bila diingat-ingat, ini adalah kali pertama Cleo memasuki kamar Lucio. Sebelumnya, kamar ini hanyalah ruang kosong yang sama sekali tidak pernah menarik perhatiannya lantas membuatnya ingin membukanya. Cleo tidak pernah masuk ke dalam kamar pria sebelumnya, kecuali Mr. Rolleen tentunya, dan karenanya dia tidak pernah tahu apa yang seharusnya ada di kamar lawan jenis.

Namun satu hal yang dapat Cleo simpulkan, ialah kenyataan bahwa Lucio tampaknya sangat menyukai warna putih. Nyaris semua benda hingga dinding kayu kamarnya dicat dengan warna serupa. Jikapun ada warna lain, itu hanyalah perabot-perabot kecil. Cleo bahkan tidak ingat kapan Lucio membawa cat dan mulai mewarnai dinding kamarnya dengan warna tersebut.

Huh! Dasarnya, pria itu selalu saja aneh dan penuh misteri.

Meski kondisi kamar cukup berantakan mengingat tampaknya Lucio lupa membereskan tempat tidurnya, namun kesan rapi dan bersih masih dapat terlihat, sama halnya dengan kamar Mr. Rolleen.

Bila dipikir-pikir, terkadang pemikiran konyol terlintas di benak Cleo bahwa Mr. Rolleen dan Lucio tampaknya punya sedikit kemiripan dari segi fisik, terutama di bagian hidung.

Cleo tiba-tiba tersentak, lantas terkekeh sendiri. Sial! Pemikiran gila dari mana itu? Tentu saja tidak mungkin. Mungkin pula hanya kebetulan yang tidak biasa.

"Hmm, itu apa?" Mendadak Cleo tertarik begitu melihat sebuah kotak putih di atas meja kecil di samping tempat tidur Lucio. Nyaris saja, Cleo sudah hampir menyentuh kotak tersebut andai saja akal sehatnya tidak berfungsi dengan baik, lantas menahannya untuk menyentuh permukaan kotak tersebut.

Tetapi di satu sisi, Cleo sudah sangat penasaran. Sayangnya, Cleo seharusnya sadar bahwa setiap kali dia mengikuti rasa penasarannya, dia akan mendapatkan masalah yang tidak menguntungkan. Bahkan cenderung menyulitkannya. Dia jadi teringat saat berusia sepuluh tahun di mana Mr. Rolleen pernah sekali membuat ramuan baru.

Cleo yang masih belia dan belum benar-benar paham mengenai jenis ramuan—dia, dengan segala kenakalannya sama sekali tidak mengindahkan larangan Mr. Rolleen yang memintanya untuk tidak mendekati ramuan berwarna hijau. Tetapi rasa penasaran yang menggebu membawanya ke dalam masalah besar detik di mana dia dengan berani meraih gelas kaca berisi ramuan baru Mr. Rolleen, dan sialnya ramuan tersebut berwarna hijau.

Ditumpahkannya tanpa beban hingga nyaris semua isinya berakhir menggelepar di atas lantai. Cleo kecil panik tentu saja, terlebih ketika ramuan itu mulai memercikkan api dan sedetik kemudian meledak hingga kepulan asap hitam mengepung seisi gudang obat.

Cleo tiba-tiba menggeleng. Dia sungguh tidak ingin mengingat saat-saat di mana Mr. Rolleen datang dengan segala kemarahannya. Oh, itu adalah kali pertama pria tua itu benar-benar memarahinya.

Cukup lama Cleo hanya termenung sembari berjibaku dengan pemikirannya sendiri, hingga tanpa sadar kedua tangannya telah bergerak menyentuh kotak putih misterius milik Lucio. Begitu kilat di kedua matanya telah terinvasi pada satu perintah yang seolah memaksanya membuka paksa kunci kecil di samping kotak, mendadak sebuah suara berat yang tidak asing mengejutkan Cleo. Seketika, dalam durasi waktu sesingkat itu Cleo tersentak tersadar dan tanpa sengaja menjatuhkan kotak putih di tangannya, hingga berakhir menghantam lantai kayu di bawahnya.

Gilanya lagi, kotak itu berderak terbuka dan menumpahkan semua isinya.

"Apa yang kamu lakukan di kamarku!"

Cleo tidak lagi peduli ketika mendengar suara Lucio yang keras membentaknya, didampingi langkah terburu milik pria itu. Yang Cleo lakukan hanya lah terpaku sembari menatap selembar foto yang mencuat keluar dari dalam kotak.

Ya, itu adalah foto dirinya.

Atau lebih tepatnya ... seseorang yang mirip dengannya.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C21
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión