Kini tatapan Suliana mengarah ke Elza. Seakan tengah mengode putrinya sementara Elza menatapnya datar, apalagi sekarang, apakah mereka tengah berada di Medan perang, hingga harus ada kode terus.
"Kalau begitu biar putri saya Elza saja yang membuatkan minuman, Nak Arvin tinggal tunjukkan dapurnya saja di mana," ujar Suliana.
Kali ini Elza yang menatap mamanya dengan bola mata yang hampir keluar. seolah berkata kenapa harus dia yang melakukan nya.
Arvin yang awalnya merasa tidak enak pun langsung menurut saja, mau bagaimana pun juga tamu harus dijamu. Mungkin Elza bisa membantunya memilih apa yang mau mereka minum.
"Ayo Za, ikut Saya," kata Arvin ragu kemudian berjalan duluan, Elza menoleh pada mamanya sekilas dengan kecewa, sementara mamanya hanya melambaikan tangan senang.
Ia berniat memberikan keduanya waktu luang untuk bersama meski hanya sebentar saja.
***
"Apa?" Ulang arvin dengan tampang agak beloonnya.