Tak berselang lama, pasien selanjutnya pun datang. Arvin baru saja selesai merapikan bajunya kemudian duduk dengan nyaman di kursinya, dan mengatakan selamat siang dengan senyum ceria, sebelum ekspresinya berubah dan menjadi datar.
Ia memang tak pernah peduli seperti apa pasiennya, tapi kali ini berbeda.
Awalnya ia pikir mungkin karena terlalu lelah, ia jadi berhalusinasi, tapi ini sangat nyata, lagipula yang terpenting kenapa ia harus berhalusinasi tentang wanita di depannya.
"Vin Vin," ujar suara itu berhasil menarik Arvin untuk segera sadar pada situasi yang terjadi.
***
Rasanya ada hal aneh saat mendengar Elza berkata seperti itu. Meski memang itu akhirnya
Kini Elza menatap ke arah tangan yang dipegang Arvin, harus nya ia senang, tapi tidak lagi mengingat Arvin masih menyukai mantannya.
"Tangan anda,' ujar Elza. Spontan Arvin melepaskan tangan Elza. ia tak sadar sudah sejak kapan memegangnya.
"Kalau begitu saya tunggu di bawah," ujar Elza sebelum benar-benar pergi.