Lelaki berambut kuning dengan mengenakan pakaian biru cerah dan celana hitam itu sungguh tak bisa dirasakan hawa keberadaannya. Saat tadi masuk ke dalam guild pun tidak ada yang menyadari kedatangannya. Perawakannya tinggi semampai melebihi tinggi Freeya. Dipeluknya Freeya dengan erat seraya mulai usil dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Freeya.
"Ah.. jangan begitu di depan anak-anak, Zel. Ayo kita teruskan di kamar saja. Aku sudah menunggumu agak lama," desah Freeya saat merasakan lelaki berambut kuning itu mulai nakal dengan mencium pipi dan lehernya.
"Eh? Aku kira kamu suka kalo kita main di tempat yang ramai. Lagian kamu juga kebiasaan keluar kamar hanya mengenakan pakaian dalam. Aku jadi sedikit tergugah nih," ujar Zel masih saja melanjutkan kenakalannya. Zel kini bahkan lebih berani dengan menggerakan tangannya menjamah tubuh Freeya dan sesekali meremas gunung kembarnya.
"Ah.. sudah cukup, Sayang! Kita lanjutkan di kamar!" bentak Freeya yang merasa risih lantas berlari masuk ke dalam guild.
Zel hanya bisa melihatnya dengan garuk-garuk kepala tak gatal. Semua orang yang berada di situ merasa iri dengan keromantisan Zel dan Freeya. Gonocos yang tidak bisa melihat dengan jelas karena posisinya di belakang mereka berdua diam-diam mengintip. Sintri menutup mukanya dengan kedua tangan. Namun saat Freeya sudah masuk ke dalam guild, Cos kembali duduk dan Sintri pun membuka matanya lagi. Sedang Tan semakin geram dan segera mendatangi Zel guna meluapkan amarahnya.
"Kalo mau bermesra-mesraan di kamar saja, Dasar Paman Bodoh!" hardik Tan dibarengi dengan niat untuk menabok sekaligus membakar bokong Zel.
Api yang berada di tangannya pun langsung mengarah ke sasaran. Hanya berjarak beberapa mili saja dari bokong Zel, tiba-tiba saja Zel menghilang dari pandangannya dan tabokan apinya itu cuma mengenai udara kosong saja. Tan pun terkejut dengan hal itu.
"Ke mana dia menghilang?" pikir Tan.
"Kau hendak menyerang ke mana, Gadis Manis?" tanya Zel yang kini justru duduk di samping Sintri.
Tan membalikkan badan dan melirik ke sumber suara. Semakin dibuat heranlah Tan. Dirinya merasa bertukar tempat dengan orang asing yang baru ditemuinya tersebut.
"Kyaa!! Jangan sentuh aku!" teriak Sintri seketika. Tanpa sengaja bersamaan dengan teriakannya itu, Sintri melepaskan ESnya yang lumayan besar sehingga menyebabkan angin yang berputar cepat di sekitar Zel, bangku yang di depannya, serta Gonocos. Bangku kayu itu terlempar ke bangku yang lain di mana masih ada petualang lain yang sedang minum. Gonocos sendiri jatuh ke lantai. Zel masih belum diketahui jatuh di mana karena sekitar situ masih tertutupi angin sisa tadi.
"Bagus, Sintri! Kau juga harus menyerang paman mesum itu!" seru Tan disertai gelak tawanya.
"Uh.. kenapa aku juga kena dampaknya!" bentak Gonocos setelah bangkit.
"Betul itu! Kalo mau bertarung di luar saja sana! Dasar bocah-bocah nakal!" bentak salah seorang yang terkena lemparan bangku.
Sintri langsung meminta maaf atas tidak sengajanya melakukan hal itu.
"Nah, sekarang di mana paman mesum itu berada? Aku belum mengenai bokongnya," Tan mengamati semua yang ada di depan matanya. Tiba-tiba saja bahu kanannya terasa ada yang menepuk dari belakang.
"Kau mencariku?" tanya seseorang yang menepuk bahu Tan.
Tan yang sudah tahu bahwa Zel yang berada di belakangnya, anehnya tidak segera balik badan dan menyerangnya. Melainkan diam di tempat seakan kakinya membatu saat itu juga.
"Emm... kalian berdua memang hebat juga, ya. Meski masih sangat muda, ES kalian lumayan banyak juga," ucap Zel.
"Siapa sebenarnya paman?" tanya Tan.
Sintri dan Gonocos juga menghampiri Tan. Mereka juga ingin tahu akan Zel.
"Sama seperti yang lain, aku seorang penyihir dan petualang juga. Lagian kenapa kau tiba-tiba menyerangku?" tanya Zel heran.
"Betul itu, Paman. Aku juga tak mengira kalo Tan tadi mendekatimu hendak menabok dan membakar pakaianmu," timpal Gonocos.
"Mohon maafkan saya, Paman. Tadi tidak sengaja. Maafkan juga saudara perempuan saya" Sintri kembali meminta maaf karena merasa telah bersalah.
"Oh ya tak masalah. Sepertinya dia mengira kalo aku telah berbuat tak senonoh pada Freeya. Aku memang suaminya." Zel lemparkan senyum ramah pada Sin dan Cos.
Mendengar perkataan Zel, Tan membalikkan badan dengan perasaan yang masih kesal.
"Suami si suami. Tapi jangan berbuat hal seperti itu di depan orang banyak dong, Paman! Apalagi di depan anak kecil seperti kami! Huh!" dengus Tan kemudian membuang muka ke samping.
"Ahaha... iya deh, paman salah. Maafkan paman ya."
Sin dan Cos tersenyum ramah. Tan menatap kembali Zel. Zel balik menatap tiga anak kembar itu.
"Ternyata mereka bertiga di sini. Aku kira pergi ke mana," batin Zel.
"Jadi, siapa nama Paman?" tanya Tan penasaran.
"Zel. Zeldorodlez Erzol," jawab Zel dengan penuh wibawa.
"Namaku Tan, ini Sin, dan yang laki-laki Cos," ujar Tan balik memperkenalkan diri dan kedua saudaranya.
"Jadi, ada gerangan apa kalian bertiga masuk ke dalam Guild Lumiere ini?"
Tan mewakili mereka bertiga untuk menjawab tujuan datangnya mereka ke guild.
"Kami bertiga hendak me...."
"Paman Zel! Paman hebat sekali tadi saat menghilang dari pandangan Tan sekejap mata dan tiba-tiba duduk di samping Sintri. Sihir apa yang Paman gunakan?" tanya Gonocos yang merasa takjub dengan Zel dan tak bisa membendung lama pertanyaannya itu. Zel hanya menanggapi pertanyaan itu dengan cengar-cengir. Tan sendiri kembali merasa kesal dan langsung menjitak kepala Cos dengan keras.
"Diam!" bentak Tan dengan raut muka seram. Seketika Gonocos pun diam seraya memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Jadi?" Zel hanya melihat kelakuan anak-anak yang masih melekat pada diri si kembar tiga.
"Izinkan kami bertiga untuk menjadi anggota dari guild ini meski belum berusia 15 tahun!" tegas Tan.
Zel langsung tertawa mendengarnya.
"Apanya yang lucu?!" tanya Tan sedikit bernada tinggi.
"Kalian bertiga sudah bicara dengan Freeya, bukan? Kenapa aku harus mengulangi lagi apa yang sudah disampaikan kekasihku? Buang-buang waktu saja. Lebih baik aku segera masuk ke kamar dan bersenang-senang dengan istri tersayangku yang sudah menunggu itu. Nah, lebih baik kalian bertiga pulang sana!" jawab Zel lantas langsung berjalan masuk ke guild.
"Kami tidak punya tempat untuk pulang Paman," ucap Sintri.
Zel menghentikan langkahnya guna mendengarkan apa yang akan diucapkan lagi oleh si tiga anak kembar.
"Iya. Paling tidak tolong izinkan kami untuk menginap semalam di sini. Kami tidak tahu hendak pergi ke mana lagi," sambung Cos.
"Cih!" decak Tan merasa sungkan untuk memohon seperti itu.
"Aku tidak punya wewenang mengizinkan kalian bertiga tinggal di sini. Master yang berhak menentukan. Kalo kalian mau minta izin padanya, silakan tunggu saja beliau pulang di ruangan ini. Aku hendak bercocok tanam dengan istriku! Dadah!" tutur Zel seraya melambaikan tangan tanpa berbalik badan lantas segera berlari masuk.