Descargar la aplicación
6.25% mata ketiga / Chapter 24: bab 24

Capítulo 24: bab 24

"Bunuh! Bunuh! Bunuh," suara bisikan.

"Diam!" Teriakku.

"Ada apa?" tanya Mamah.

"Ada suara bisikan Mah," jawabku.

"Kamu harus fokus," ujar Kakek.

"Iya," jawabku.

Lampu semua mati, untung kami sudah menyiapkan senter. Kakek menyuruh kami menyalakan lilin agar memerangi tubuh Adik dan Ayah, saat aku akan meletakan lilin di samping kasur Adik aku melihat matanya melotot. Sontak aku teriak, semua orang kaget Nenek menghampiriku dan mencoba menenangkanku.

"Ada apa Nin? Kenapa kamu teriak?" tanya Nenek.

"Lihat matanya melotot," ujarku sambil ketakutan.

"Enggak kok Adik kamu masih belum sadar," ujar Nenek.

"Tapi tadi aku lihat dia melotot ke arahku Nek," ujarku.

"Cepat kalian ke sini kita harus segera menyelesaikan ritual ini," ujar Kakek Arwan.

"Iya ayo kita duduk lagi," ajak Nenek.

Kami kembali duduk dan berdoa agar mereka cepat sadar, lama kami berdoa lampu semuanya tiba-tiba menyala Adikku tersadar dan di susul Ayahku juga sadar. Mamah langsung memeluk Adik terlihat dia seperti kelelahan, Ayah juga tampak sangat lelah. Adik meminta makan katanya dia sangat lapar.

"Mah aku sangat lapar," ujarnya.

"Mamah ambilkan makanan ya," ujar Mamah.

"Iya," jawab Adik.

"Syukur kamu sudah tersadar, Nenek sangat khawatir," ujar Nenek.

"Kamu dari mana saja," ujarku.

"Aku di bawa ke suatu tempat yang jauh, untung Ayah menjemputku," ujar Adik.

"Terima kasih Kakek mau membantu kami," ujar Ayah.

"Itu sudah kewajiban jadi kewajiban kita sebagai Manusia untuk saling menolong," jawabnya.

"Iya sekali lagi terima kasih," ujar Ayah.

Setelah itu Kakek Arwan pamit pulang dan di antar oleh Ayah, sedangkan Nenek menginap dan kami istirahat karena badan kami juga cukup lelah. Itu menjadi malam yang sangat nyaman aku tidak melihat Makhluk atau Hantu lagi dan tidak ada lagi gangguan-gangguan, apa mungkin Mata ketigaku sudah tertutup.

"Nin bangun sudah pagi," ujar Mamah.

"Eh aku kesiangan sekolah," ujarku.

"Sekarang kan libur sekolah," ujar Mamah.

"Eh iya aku lupa," jawabku.

"Sekarang kamu mandi, terus kita sarapan bareng ya," ujar Mamah.

"Iya Mah aku Mandi dulu," ujarku.

"Iya jangan lama-lama," ujar Mamah.

"Iya," jawabku.

Mamah terlihat sangat senang, bukan hanya Mamah kami semua senang karena masalah ini sudah berakhir. Aku teringat Teman-temanku, aku sudah lama tidak mengobrol dengan mereka karena terlalu fokus kepada Adikku. Bahkan aku sampai tidak menyadari kalau mereka sering mengirim chat dan meneleponku.

"Halo," ujarku.

"Halo Nin apa kabar?" tanya Sara.

"Baik Sa," jawabku.

"Kamu ke mana saja, aku dan Ana khawatir," ujarnya.

"Iya baru-baru ini ada masalah lagi," jawabku.

"Terus sekarang bagaimana?" tanya Sara.

"Sekarang masalahnya sudah beres," jawabku.

"Syukurlah kalau begitu," ujar Sara.

"Kita sudah lama enggak hangout bareng, bagaimana kalau nanti siang kita main ke kafe biasa," ujarku.

"Ayo nanti aku ajak Ana sekalian," ujar Sara.

"Oke sampai ketemu nanti," ujarku.

"Oke," jawabnya.

Setelah menutup telepon aku langsung bergegas mandi dan berpakaian setelah itu pergi sarapan. Aku meminta izin untuk pergi dengan teman-temanku, Mamah mengizinkan karena Mamah juga tahu kalau akhir-akhir ini aku banyak di rumah. Senang sekali rasanya dapat sarapan lagi bersama seperti ini, Adikku juga terlihat sangat membaik.

"Makan yang banyak," ujarku kepada Adik.

"Iya setelah ini aku mau jajan," ujarnya.

"Aduh Cucuk Nenek baru sembuh sudah mau jajan," ujar Nenek senang.

"Iya aku sudah lama tidak jajan Neka," jawabnya.

"Iya Nanti kita jajan ya," ujar Mamah.

"Benar Mah?" tanya Adik.

"Iya nanti kita jajan sekarang habiskan dulu sarapan kamu," Ayah menimpa obrolan.

"Asyik," Adik sangat senang.

Kami tertawa bahagia melihatnya sangat senang dan bersemangat, setelah selesai sarapan aku bersiap untuk pergi main. Setelah selesai aku pamit, jarak kafenya tidak terlalu jauh jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai ke sana. Ternyata Teman-temanku sudah menunggu di sana, terasa sangat senang sekali karena sudah lama kami tidak berkumpul seperti ini.

"Itu dia Nina," ujar Sara.

"Nin sini," ajak Ana.

"Hai apa kabar kalian?" Tanyaku sambil duduk.

"Kita baik kok, kamu bagaimana?" Ana balik bertanya.

"Sekarang aku sangat baik, karena semua masalah sudah beres," jawabku.

"Syukur kalau begitu, kamu mau pesan apa?" tanyanya.

"Seperti biasa saja," jawabku.

Karena lama tidak bertemu kak mengobrol terus sampai lupa waktu kalau sudah sore, karena sudah sore kami pulang. Saat aku sampai di rumah aura rumah kembali hangat tidak seperti saat Adik sedang koma rumah terasa dingin dan mencekam.

"Eh kamu sudah pulang," ujar Nenek.

"Iya Nek," ujarku.

"Kamu mau makan?" tanyanya.

"Enggak Nek aku masih kenyang," jawabku.

"Ya sudah kalau begitu," ujarnya.

"Aku ke kamar dulu ya Nek," ujarku.

"Iya," jawabnya.

Saat tiba di kamar aku melihat seperti ada orang yang sedang pindahan tepat di samping rumah aku, mereka pasangan muda yang kelihatannya baru menikah. Tapi saat aku lihat-lihat wajah Istrinya sangat pucat seperti orang sakit, mungkin dia memang sedang sakit. Aku merebahkan badan di kasur, nyaman rasanya sampai aku tidak sadar karena ketiduran.

"Nin bangun sudah jam 6," ujar Nenek.

"Aduh aku ketiduran," ujarku.

"Iya ayo kita makan, Orang tua dan Adik kamu juga sudah pulang," ujar Nenek.

"Iya Nek ayo," ajakku.

"Aduh Sang Putri baru bangun," canda Ayah.

"Ih ayah aku ketiduran," ujarku.

"Haha ayo kita makan," ujar Ayah.

"Iya Kak lihat Mamah dan Ayah beli banyak makanan," ujar Adik.

"Wah iya kelihatannya enak sekali," ujarku.

Selesai makan kami menonton TV bersama, terdengar ada tamu Mamah bergegas membukakan pintu. Ternyata itu adalah orang yang pindah tadi, mereka bermaksud untuk memperkenalkan diri sebagai warga baru di sana. Kami senang hati mempersilahkan mereka masuk.

"Iya dengan siapa ya," ujar Mamah.

"Kami warga baru di sini Mbak, kami tinggal di sebelah rumah ini," ujar Pria itu namanya Andi.

"Oh iya mari silakan masuk," ujar Mamah.

"iya terima kasih Mbak, ini ada sedikit oleh-oleh khas tempat tinggal saya," ujarnya.

"Aduh terima kasih loh," ujar Mamah.

Mereka duduk kemudian kami bersalaman, aku terus melihat Istrinya namanya Kemala. Mukanya cantik dan ayu hanya saja sedikit pucat dari orang kebanyakan, bicaranya juga sangat pelan. Dia tidak banyak bicara seperti Suaminya, Dia lebih banyak diam.

"Mah lihat Kak kemala," ujarku.

"Memangnya kenapa?" tanya Mamah.

"Iya lihat saja," pintaku.

"Dia cantik, ayu," ujar Mamah.

"Bukan Mah lihat wajahnya pucat begitu," ujarku.

"mungkin dia lelah, kan mereka baru saja pindahan," ujar Mamah.

"Iya mungkin begitu," ujarku.

Tapi tetap saja aku merasa ada yang aneh, karena perilakunya cukup aneh menurutku. Tapi aku tidak mau berpikir macam-macam apalagi aku tidak mengenal mereka, sekarang aku fokus saja kepada keluargaku yang sedang bahagia saat ini.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C24
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión