Descargar la aplicación
5.98% mata ketiga / Chapter 23: bab 23

Capítulo 23: bab 23

bab 23

Keesokannya Nenek datang ke rumah bersama dengan Temannya. Aku memanggilnya Nenek Tita, saat masuk rumah Nek Tita seperti sudah merasakan sesuatu hanya saja dia tidak memberi tahu kami. Kemudian mereka masuk ke kamar Adikku untuk mengecek keadaannya.

"Apakah ada perkembangan dengan keadaan Adikmu Nin?" tanya Nenek.

"Belum Nek masih sama," jawabku.

"Apakah kamu merasakan sesuatu?" tanya Nenek ke pada temannya.

"Aku belum merasakan sesuatu di kamar ini," jawab Nek Tita.

"Kalau begitu kita keluar saja dulu," ujar Nenek,

"Iya kita ke ruang tamu saja dulu Mamah sudah membuat makanan, kita makan dulu," ujarku.

"Ya sudah ayo," ujar Nenek.

Kami keluar kamar karena tidak terjadi sesuatu. Saat kami sedang menyantap makanan Mamah dan sambil mendengar cerita Nek Tita, dari kamar terdengar suara berisik seperti suara barang-barang di lempar. Karena khawatir kami langsung menuju kamar, tetapi pintu kamar terkunci kami berusaha mendobrak pintu tapi pintu masih tidak bisa di buka. Kemudian kami mendobrak pintu itu bersamaan sehingga pintu terbuka.

"Hah apa yang terjadi di sini," Mamah kaget.

"Kenapa kamar jadi berantakan sepeti ini?" tanyaku.

"Mamah juga tidak tahu," jawab Mamah.

"Siapa yang melakukan ini, kamu melihat sesuatu Tita?" tanya Nenek.

"Dia ada di sini," jawabnya sambil gemetar.

"Dia siapa?" tanyaku.

"Makhluk itu," jawabnya.

"Mana tidak ada siapa-siapa di sini," ujar Mamah.

"Pergi kau Makhluk jahanam." Teriaknya.

Kami tidak melihat ada Makhluk apa pun tapi saat Mamah hendak membereskan barang-barang yang menimpa Adikku, dia terpental seakan ada makhluk yang menghalanginya. Aku membangunkan Mamah kepalanya terbentur tembok, Nek Tita menyuruh kami berdoa agar Makhluk itu pergi. Kami berdoa sebisa kami saat sedang berdoa angin bertiup kencang memasuki kamar.

"Mah bagaimana ini?" tanyaku takut.

"Mamah juga tidak tahu, kepala Mamah sakit," jawab Mamah.

"Ayo terus berdoa, jangan berhenti," ujar Nek Tita.

"Tolong Cucuku." ujar Nenek menangis

"Sekarang Makhluknya sudah pergi," ujar Nek Tita.

"Terus sekarang kami harus melakukan apa?" tanya Mamah.

"Sekarang kita bereskan dulu kamar ini, setelah itu aku akan menghubungi Temanku yang bisa membatu hal seperti ini," jawabnya.

"Baiklah," ujar Mamah.

Kami membereskan kamar setelah itu Nek Tita menghubungi Temannya. Tidak lama datang seseorang, mungkin itu temannya Nek Tita. Saat dia masuk benar itu Temannya Nek Tita, dia seorang Kakek berbadan tinggi seakan sudah tahu apa yang telah terjadi. Dia langsung memberitahu kalau Adikku sebenarnya tidak koma, dia telah terperangkap di alam setan dan kami harus segera membawanya sebelum terlambat.

"Adikku pernah terperangkap juga di alam seperti itu, aku bisa membawanya kembali pulang," ujarku.

"Kali ini berbeda, dia bukan terperangkap di alam yang sebelumnya kami datangi," jawabnya.

"Terus Cucuku terperangkap di mana?" tanya Nenek.

"Dia terperangkap di rumah makhluk itu," jawabnya.

"Bagaimana bisa?" tanya Mamah.

"Karena jiwanya sudah di berikan, sehingga Makhluk itu akan terus mengikutinya sampa mendapatkannya," jawabnya.

"Terus kita harus bagaimana?" tanya Mamah.

"Aku punya satu cara," jawabnya.

Dia mengatakan akan menjemput Adikku tapi diperlukan seseorang yang sedarah untuk menjemputnya agar mudah saat mencari Adikku di tempat itu. Tiba-tiba Ayah datang, Mamah langsung memberitahu apa yang terjadi. Awalnya Ayah berpikir kalau ini tidak mungkin dan mengira kalau Kakek itu hanya mencari uang dengan menipu kami, tapi setelah Nenek menjelaskan semuanya baru Ayah mengerti dan dia memutuskan kalau Ayah yang akan pergi menjemput Adik.

"Kali ini aku akan menjemputnya, beri tahu saja bagaimana caranya," ujar Ayah.

"Baiklah kita akan melakukannya Malam ini," ujar Kakek itu.

"Baiklah ayo kita lakukan," ujar Ayah.

"Kita akan melakukannya di kamar itu," Ujar Kakek.

"Kenapa harus di kamar itu bagaimana kalau membahayakan Anakku?" tanya Mamah.

"Karena Makhluk itu sering muncul di kamar itu," jawabnya.

"Baiklah sekarang ayo kita bersiap," ujar Ayah.

Aku menyiapkan semua yang di butuh kan untuk ritual, setelah selesai kami melakukan ritual itu. Kakek itu mengatakan kalau ruh Ayahku akan keluar dan menjemput Adik tapi hanya Ayahku karena Kakek itu tidak bisa ikut karena tidak sedarah, aku tadinya ingin ikut mencari tetapi Ayah melarang karena takut terjadi sesuatu kepadaku kalau ikut. Jadi dia memutuskan untuk pergi sendiri.

"Kamu siap?" tanya Kakek.

"Siap," jawab Ayah.

"Tenangkan badan kamu kemudian pejamkan matamu, fokus pada suara jam ini dan ikuti panduanku," ujar Kakek.

"Apa yang akan terjadi," aku berbisik kepada Nenek.

"Badan Ayah kamu akan terpisah dengan ruhnya," jawab Nenek berbisik.

"Sekarang kamu pergi ke pintu itu dan temukan Anakmu, gunakan instingmu sebagai Ayahnya," ujar Kakek.

Lama kami menunggu tiba-tiba lampu meledak kami kaget dan hampir saja berlarian, tapi Kakek Arwan mencoba menenangkan kami. Dia bilang kalau kami tidak boleh panik, dan harus tetap di tempat agar Ayah dapat menemukan jalan pulang. Namun tiba-tiba rumah bergetar, kami kira ada gempa namun kata Kakek Arwan rupanya Ayahku telah di serang Makhluk penghuni di sana.

"Terus apa yang akan terjadi dengan Suamiku?" tanya Mamah.

"Dia harus melawan Makhluk itu dan tidak boleh takut," jawab Kakek Arwan.

"Kau harus melawanya, dibanding dengan semua Makhluk di sana kamu paling kuat karena kamu Orang yang masih hidup," perintah Kakek Arwan kepada Ayahku.

"Apa yang akan terjadi kalau Anakku tidak bisa melawan?" tanya Nenek.

"Tubuhnya akan di masuki arwah penghuni di sana yang ingin hidup kembali," jawabnya.

"Bagaimana ini Mah aku khawatir," ujarku.

"Iya Mamah juga," ujar Mamah.

Saat kami sedang panik karena Ayah belum sadar juga, aku melihat Makhluk itu di balik jendela kamar dia menyeringai kepadaku. Karena ketakutan aku berteriak namun badan Ayah tiba-tiba kejang kami panik Mamah berusaha membangunkan Ayah, tapi Kakek Arwan mencegahnya karena itu akan membuat Makhluk lain yang memasuki badan Ayah.

"Jangan membangunkannya!" Teriak Kakek Arwan.

"Terus apa yang harus kita lakukan?" tanya Mamah.

"Kita harus membiarkan dia mencari Anakmu, dan kita harus melindungi badannya dari Makhluk-makhluk yang ingin memasuki badannya," ujarnya.

"Apa maksud kamu?" Tanya Nenek.

"Sekarang Anak kamu sedang di kelilingi roh dari alam sana yang ingin memasuki badannya," jawab Nek Tita.

"Terus kita harus bagaimana?" Tanya Nenek.

"Aku akan coba menahannya, kalian bantu aku dengan terus berdoa," ujarnya.

"Baiklah," ujar Nenek.

Saat sedang berdoa lagi-lagi aku melihat hal aneh, aku melihat seakan Adikku terbang dari kasur. Tapi aku tahu kalau itu hanya tipuan, semua ruh itu itu ingin agar aku tidak fokus berdoa agar memudahkan mereka untuk memasuki badan Ayahku. Aku memejamkan mata agar tidak melihat hal aneh lagi, tapi aku mendengar bisikan yang menyuruhku untuk membunuh semua orang yang ada di ruangan ini.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C23
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión