Descargar la aplicación
2.08% mata ketiga / Chapter 8: bab 8

Capítulo 8: bab 8

Sesampainya di sekolah aku langsung menemui sahabatku.

"Ana, Sara," sahutku.

"Iya Nin sini," jawab Ana.

"Kamu benar mau ke makam Kak Ardi?" tanya Sara.

"Iya benar kalian mau ikut?" tanyaku.

"Iya kita ikut, kita akan terus bantu kamu," ujar Ana.

"Terima kasih ya kalian," ujarku sambil memeluk mereka.

"Iya sama-sama kita masuk kelas yuk bentar lagi jam pelajaran," ujar Sara.

"Ayo," jawabku.

Bel masuk berbunyi kami semua memulai pelajaran di tengah pembahasan pelajaran aku izin ke toilet karena ingin buang air kecil. Saat sampai di toilet ternyata sangat sepi tidak ada satu pun siswa, tapi tidak lama datang seorang anak perempuan di masuk ke dalam toilet, aku juga masuk toilet di sebelahnya tapi tidak terdengar suara apa pun seperti tidak ada orang padahal aku melihat dia masuk dengan jelas. Setelah selesai aku mengetuk pintu toilet itu untuk memastikan ada orang atau tidak.

"Tok! Tok! Tok! Ada orang tidak?" tanyaku, tetapi tidak kunjung ada jawaban, tiba-tiba Penjaga sekolah datang.

"Neng sedang apa?" tanya Penjaga sekolah.

"Ini Pak tadi saya lihat ada yang masuk tapi pas saya gedor pintunya enggak ada jawaban takutnya dia pingsan," jawabku.

"Tapi Neng toilet itu rusak sedang di perbaiki tidak mungkin bisa digunakan, kalau ada yang masuk pasti akan keluar lagi," ujarnya.

Kemudian aku membuka pintu itu dan benar ternyata tidak ada siapa-siapa aku langsung pergi ke kelas tapi rasanya seperti ada yang mengikutiku, aku takut mendapatkan teror lagi urusan dengan Kak Ardi saja belum selesai. Saat masuk ke kelas aku terlihat tergesa-gesa dan ketakutan dan hal itu di rasakan oleh Ana.

"Kamu kenapa Nin?" tanya Ana.

"An tadi waktu aku di toilet ada perempuan masuk toilet saat aku tunggu dan aku buka tidak ada siapa-siapa," jawabku.

"Mungkin dia keluar pas kamu masih di dalam An," ujarnya.

"Enggak mungkin karena aku enggak mendengar sedikit pun suara karena tadi di toilet sangat sepi kalau ada orang pasti akan kedengaran," ujarku.

"Sudah kamu tenang ya kamu jangan banyak pikiran, kamu kan urusan dengan Kak Ardi saja belum selesai," ujar Ana.

Aku merasa seperti ada yang mengawasi bahkan saat sedang menulis samar-samar di jendela terlihat seperti ada perempuan tadi tapi aku mencoba untuk tidak menghiraukannya karena aku fokus untuk membereskan masalahku dengan hantu Kak Ardi. Setelah pulang sekolah aku bersama Ana dan Sara langsung menuju makam Kak Ardi, saat aku sedang meminta maaf di depan makam Kak Ardi datang Penjaga makam.

"Neng sedang ziarah?" tanya Pak Penjaga.

"Iya Pak," jawabku.

"Saudara Neng?" tanyanya.

"Bukan Pak sebenarnya saya ke sini untuk meminta maaf kepada beliau karena sebelum beliau meninggal saya mempunyai urusan dengannya dan saat beliau meninggal beliau jadi mengganggu saya," jawabku.

"Oh jadi seperti itu kalau sudah selesai nanti temui Bapak di pos itu ya, ada yang mau Bapak bicarakan," ujarnya.

"Iya Pak," jawabku.

Setelah selesai kami langsung menemui Bapak penjaga tadi, dan dia menceritakan kalau setelah Kak Ardi di makamkan di sana banyak sekali penampakan bahkan kadang Bapak penjaga itu juga sering di ganggu, dan dari makamnya setiap malam selalu muncul kepulan asap dan hawa di sini menjadi semakin panas, Penjaga itu menyarankan agar aku menemui keluarganya dan masalahku di bereskan bersama keluarganya.

"Iya Nin mending kita minta bantuan keluarganya saja," ujar Sara.

"Tapai bagaimana kalau mereka tidak mau membantu," ujarku.

"Kita minta Orang tua kamu saja yang ke sana dan meminta untuk membantu kamu, dan kita juga minta bantuan saja kepada Pak Ustaz," ujar Ana.

"Kalau begitu nanti saat aku pulang aku kak bicara pada Ayah," ujarku.

"Iya sekarang kita pulang saja lagian sudah mau sore takut Orang tua kita mencari kita," ujar sara.

"Iya ayo kita pulang," ujarku.

"Pak kami pamit ya terima kasih informasinya," ujar Sara.

"Iya Neng sama-sama,".

Sesampainya di rumah aku langsung menceritakan semuanya kepada Orang tuaku dan aku meminta Ayah untuk ke rumah Orang tua Kak Ardi agar mereka mau membantuku, ayah menyetujuinya tetapi ayah menyuruhku untuk tidak melalukan apa pun dia hanya menyuruhku tenang dan menyerahkan semua urusannya kepada Ayah.

" Kamu jangan memikirkan apa pun, kamu fokus saja belajar biar Ayah kamu saja yang urus," pinta Mamah.

"Iya Mah," jawabku.

"sekarang kamu bersih-bersih ganti pakaian dan makan," ujar Mamah.

"Iya Mah," jawabku.

Aku langsung pergi mandi saat sedang mandi tiba-tiba aku teringat perempuan yang di toilet sekolah tadi, aku penasaran siapa dia dan kenapa tiba-tiba menghilang apakah dia hantu yang berada di sekolah, aku jadi teringat saat Mbak Lilis saat dia meminta tolong. Tapi saat ini aku juga sedang bingung dengan urusanku yang belum selesai, tiba-tiba keran air menyala sendiri sontak aku kaget dan mempercepat mandinya dan langsung lari ke kamar.

"Eh Nin kamu jangan lari larian nanti kamu kepleset," ujar Mamah.

"Aku mau cepat ganti baju Mah dingin," ujarku.

"Ya sudah cepat kalau sudah langsung makan ya," ujar Mamah.

"Iya Mah," jawabku.

"Kak itu siapa di belakang Kaka?" tanya Adikku.

"Enggak ada siapa-siapa Dek kamu jangan bikin takut Kakak kamu," ujar Mamah.

"Enggak Mah itu Teman Kakak ya soalnya seragamnya seperti punya Kakak," jawab Adikku.

"Sudah ah jangan di dengar kamu ganti baju saja," ujar Mamah.

Aku melihat ke belakangku dan sekeliling rumah tetapi aku tidak melihat yang adikku lihat tapi aku merasa merinding dan memang merasakan ada seseorang di belakangku. Saat aku melangkah seperti ada langkah yang mengikutiku di belakang dan saat aku berhenti langkah itu ikut berhenti saat aku menoleh ke belakang tidak ada siapa pun, aku membuka kamarku ternyata gelap saat aku menyalakan lampu tiba-tiba ada kepala wanita melayang layang sambil menyeringai aku langsung lari dan menghampiri Mamah.

"Mah! Mamah!" Teriaku sambil berlari.

"Kamu kenapa? Kenapa belum ganti baju?" tanya Mamah.

"Itu di kamar Mah ada kepala wanita melayang dan menyeringai seram banget aku takut Mah," jawabku.

"Wanita sia?" tanya Mamah.

"Aku juga enggak tahu Mah," jawabku.

"Mungkin itu teman Kakak yang tadi mengikuti Kakak," ujar Adikku.

"Teman siapa enggak ada siapa-siapa di sini selain kita Dek," ujarku.

"Enggak kok tadi Kakak itu ke sini terus dia menanyakan Kakak, jadi aku suruh dia masuk," ujarnya.

"Mah bagaimana ini kok aku dapat teror lain juga masalah dengan Kak Ardi saja belum selesai," ujarku.

"Aduh Mamah juga bingung Mamah akan bicarakan dengan Ayah, kamu ganti bajunya di antar sama Adek saja," ujar Mamah.

"Ya sudah tapi kamu jangan bicara hal yang aneh-aneh ya," ujarku.

"Iya kak," jawab Adikku


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C8
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión