Descargar la aplicación
0.78% mata ketiga / Chapter 3: Bab 3

Capítulo 3: Bab 3

"Hallo Mah," ucapku.

"Kamu ke mana saja kenapa baru bisa dihubungi? Katanya satu hari kenapa ini sudah tiga hari?" tanya mamahku.

"Aku juga enggak tahu mah kita hanya semalam kok tapi pas turun lihat tanggal sudah hari Selasa ," ujarku

"Sekarang kamu cepat pulang!" pinta Mamahku.

"Iyah Mah," jawabku.

Teman-temanku juga dimarahi oleh Orang tua mereka karena tidak dapat dihubungi juga, tiba-tiba saat Rika melihat foto-foto kami dia kaget karena melihat wajah Hasni menjadi seram saat itu pula Hasni tiba-tiba berteriak dan mengerang penjaga warung langsung mencari Pak Ustaz untuk menolong kami. Ternyata Hasni telah kerasukan dan raganya masih di alam gaib yang ada di tempat pendakian, saat Pak Ustaz membacakan doa tiba-tiba muncul makhluk bertubuh hitam legam dengan mata merah dan taring yang besar hanya aku yang bisa melihat dan hampir pingsan karena syok.

"Kamu kenapa?," tanya Sara.

"Itu ada makhluk seram aku takut." Sambil menangis memegang lengan Sara.

"Neng baca doa jangan takut," pinta Pak Ustaz.

Kami mulai membaca doa dan Hasni mulai tersadar tetapi sangat lemas, dia menceritakan pada saat dia hendak buang air kecil dia bertemu dengan Nenek tua dan mengajaknya ke dalam gubuk tua dia banyak bercerita dan memberi nasehat untuk selalu menjaga alam dan jangan membuang sampah sembarangan karena itu membuat penghuni di sana marah dan merasa terganggu.

Setelah itu kami bergegas pulang, sampai di rumah Mamah marah karena aku baru pulang. Aku menjelaskan semua yang terjadi dan Mamah melarang untuk tidak pergi camping lagi, esoknya aku pergi ke sekolah ternyata Hasni tidak masuk sekolah.

"Sa Hasni enggak masuk?" tanyaku.

"Enggak mungkin dia masih capek Nin," ujar Sara.

"Bagaimana kalau nanti sepulang sekolah kita ke rumah Hasni," ujarku.

"Ayo tapi aku dengar Mamah Hasni galak banget," ujar Sara.

"Enggak papah yang penting kita lihat keadaan Hasni," ujarku.

Bel pulang sekolah berbunyi, kami bergegas ke rumah Hasni untuk melihat keadaannya. Sesampainya di sana rumahnya tampak kosong kami mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban, tiba-tiba ada orang muncul katanya Hasni sedang pergi sekeluarga.

"Kayaknya enggak ada orang," ujarku.

"Iya sepi banget pulang saja yuk," pinta Sara.

Kami pun pulang, entah kenapa semenjak kejadian di pendakian aku semakin bisa merasakan keberadaan makhluk gaib. Aku seperti ada yang mengawasi bahkan aku sering mendengar suara-suara aneh. Saat aku hendak ke kamar mandi aku melihat seperti ada yang sedang berdiri di pojok dapur, tetapi terlihat samar-samar karena aku baru bangun tidur. Saat aku dekati ternyata itu wanita yang aku lihat sedang menangis saat camping, karena takut aku berteriak.

"Ada apa? Kenapa kamu teriak?" tanya Mamahku.

"Itu mah ada hantu yang aku lihat waktu camping," ujarku sambil bergetar.

"Itu akibatnya karena kamu enggak mau dengar kata orang tua, disuruh jangan pergi tetap pergi, jadi ikut hantunya kan," ujar Mamahku.

Karena perkataan Mamah aku jadi berpikir apakah benar hantu di sana mengikutiku pulang, aku jadi tidak tenang dan selalu takut kalau hantu itu muncul lagi. Saat disekolah aku menceritakan pada Sara dan Ana tetapi mereka tidak mengalami gangguan apa pun, karena aku ketakutan Ana menyarankan untuk pergi ke Orang pintar saja di dekat rumahnya kebetulan ada Orang pintar.

"Tok! Tok! Tok! Assalamualaikum." Ucap kami sambil mengetuk pintu.

"Ini ada orangnya enggak?" tanyaku pada Ana.

"Kayaknya ada," jawab Ana.

"Waalaikum salam, eh Neng Ana, ada apa Neng?" tanya Pak Ramlan.

"Ini Pak teman saya mau ketemu Bapak," jawab Ana.

"Oh silakan masuk Neng," jawab Pak Ramlan.

Kami masuk dan menceritakan apa yang terjadi saat pendakian dan apa yang aku alami, ternyata memang hantu dari gunung itu mengikuti kami dan menempel kepada tubuh Hasni sehingga di rentan kerasukan, kami merasa bersalah karena kami yang mengajak untuk camping.

"Ada dua yang ikut kalian pulang, yang perempuan ikut kamu Neng." Ujar Pak Ramlan sambil melihatku.

"Yang menempel ke Hasni hantu apa pak?" tanyaku.

"itu Genderuwo Neng," jawab Pak Ramlan.

"Bagaimana cara agar hantunya pergi Pak?" tanya Sara.

"Ini nanti Bapak kasih dua air buat yang diikuti, harus di pakai campuran mandi, terus garam ini taburkan di halaman rumah dan jangan lupa perbanyak berdoa dan beribadah," ujar Pak Ramlan.

"Kalau begitu terima kasih Pak kami pulang dulu," ujarku.

"Iyah sama-sama Neng," jawab Pak Ramlan.

Kami tidak langsung pulang melainkan ke rumah Hasni dulu untuk memberikan air dan garam dari Pak Ramlan. Sesampainya di sana kami langsung mengetuk pintu dan ternyata Hasni ada di rumah.

"Asalamu'alaikum," kami mengucapkan salam.

"Waalaikum salam," jawab Ibunya Hasni.

"Apa Hasni ada Tante?" tanyaku.

"Ada silakan masuk," jawab Ibunya Hasni.

Kemudian Hasni datang, kami menanyakan bagaimana keadaannya kemudian memberikan air dan garam itu, dia tampak sangat lemas dan pucat. Setelah memberikan air dan garam kami pulang karena sudah menjelang magrib. Saat perjalanan pulang aku melihat Ibu Endah sedang duduk di warung tetapi wajahnya pucat dan dia tidak menyapaku, aku heran karena biasanya dia selalu menyapaku.

"Assalamualaikum," aku mengucapkan salam.

"Waalaikum salam," jawab Mamahku.

"Mamah mau ke mana?" tanyaku.

"Mamah mau melayat Bu Endah meninggal tadi siang Nin," jawab Mamahku.

"enggak mungkin Mah barusan aku lihat Bu Endah ada di warung!" ujarku sangat kaget.

"Kamu mungkin salah lihat kan Bu Endah meninggalnya tadi siang, ya sudah Mamah berangkat ya," ujar Mamahku.

Karena takut aku minta ditemani adiku untuk ke kamar mandi dan ke kamarku untuk ganti baju, wajah Bu Endah terus terbayang karena memang aku melihat jelas kalau itu memang Bu Endah, bahkan saat makan pun aku minta ditemani oleh adikku. Setelah makan aku menaburkan garam yang diberi Pak Ramlan tanpa sepengetahuan Mamah, hari mulai malam aku dan adiku tidur di kamarku. Keesokan harinya saat disekolah ternyata Hasni sudah mulai masuk sekolah.

"Kamu sudah sembuh Has?" tanyaku.

"Iyah sudah, aku sudah mandi pakai air yang kalian berikan dan sudah menaburkan garam juga, setelah itu aku mulai tidak mengalami gangguan lagi," ujar Hasni.

"Syukurlah aku juga tidak mengalami gangguan dari Hantu Gunung itu lagi," ujarku.

Kemudian datang Ana dan Sarah, Ana bilang kalau di dekat rumahnya ada yang gantung diri katanya anak gadis, setelah kematiannya gadis itu jadi gentayangan. Karena aku penasaran sepulang sekolah aku mampir dulu ke rumah Ana karena ingin melihat lokasi kejadian bunuh diri itu.

"Aku jadi penasaran nanti pulang sekolah aku mampir dulu ke rumah kamu ya Ana," pintaku.

"Oke kamu Sar mau ikut juga enggak?" tanya Ana.

"iya ikut juga," jawab Sara.

Sepulang sekolah kami langsung menuju rumah Ana dan dia menunjuk lokasi bunuh diri itu, letaknya tidak jauh dari rumah Ana terdapat membatas Polisi dan banyak juga warga yang datang ke sana hanya untuk melihat tempat kejadian itu. Kami juga sekalian mengerjakan PR kami di rumah Ana, setelah jam lima sore aku dan Sara pulang.

"Kami pulang dulu ya Tante," ujarku kepada ibunya Ana.

"Iyah sering-sering main ke sini ya," ujar ibunya Ana.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C3
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión