Keesokan harinya. Pagi hari kedua sejak sekolah dimulai.
Hari sudah pagi. Aku segera berdiri dari tempat tidurku dan segera menuju kamar mandi.
Menggosok gigi lalu berkumur-kumur. Berendam di bak mandi, setelah itu aku mengenakan pakaian seragamku dan makan roti sambil menyeruput secangkir kopi. TV berada di depan saya.
Acara televisi di pagi hari benar-benar sangat membosankan. Dari tadi aku terus mengganti channel menggunakan remote yang berada di tanganku ini.
"Sungguh membosankan. Apakah hanya ada kartun? Dimana acara berita pagi harinya? Kapan di mulainya?"
"Sabar kak, sebentar lagi juga akan segera tayang." Kirino berbicara di sampingku.
"Benarkah begitu? Ini sudah jam 8, tapi acaranya belum dimulai juga."
Setelah kami berbincang-bincang, aku mengganti ke channel yang selanjutnya. Dan benar saja, acara berita pagi sudah dimulai.
"Pagi ini, kami sedang mewawancarai salah seorang presiden dari perusahaan ternama di Tokyo. 'Bisakah anda menjelaskan sedikit motivasi untuk para kaum muda-' "
Audio masuk dan keluar dalam telingaku selagi aku sarapan.
"Berita tidak penting."
Aku mengganti ke channel selanjutnya.
"Ya, Permirsa. Bersama saya berada di tempat kejadian perkara. Seorang Atasan tega membunuh bawahannya sendiri. Motifnya adalah karena dendam di masa lalunya-"
"Sepertinya ini menarik."
Pembunuhan berencana yah? Apalagi atasannya memalsukan kejadian sebenarnya. Tapi, bagaimana dengan tugas dari pihak keamanan? Apakah mereka hanya diam saja dengan kasus tersebut?
Yah begitulah sifat manusia. Saya tidak perlu menjelaskannya kepada kalian para pembaca karena pastinya anda sudah mengetahuinya.
Walaupun aku tidak memperdulikan berita tersebut, tetapi itu cukup baguslah untuk mengisi waktu luangku dengan mendengar berita di televisi.
Beberapa menit kemudian.....
Ah sudahlah. Hari ini cukup sampai di sini dulu. Lebih baik aku berangkat ke sekolah.
Hari ini benar-benar membosankan.
Aku bangkit dari sofa dan berjalan menuju tempat pencucian untuk menaruh piring kotor disana.
Setelah itu aku segera pergi menuju tempat sepatuku berada.
"Aku berangkat duluan Kirino."
"Kalau begitu, ayo kita berangkat ke sekolah bersama. Ini bekal makan siangmu Onii-chan."
"Ah, terimakasih selama ini telah membuatkan bekal untukku Kirino." Aku menerima bekal itu dan menaruhnya di tasku.
"Bukan masalah."
Seperti biasa, sikap rendah hati dan kasih sayang. Itulah yang cocok digambarkan untuk adikku ini. Semoga harapanku untuk kedepannya, keharmonisan ini akan berjalan untuk selamanya.
"Kakak, Ayo kita pergi ke sekolah."
"Oke.."
Pergi menjauh meninggalkan rumah kami, Aku dan Kirino pergi ke sekolah masing- masing.
Jalan menuju sekolah Kirino sejalur dengan sekolahku, jadi kami berdua berjalan bersama sambil mengobrol di sepanjang perjalanan.
"Bagaimana dengan sekolahmu? Apakah itu menyenangkan kakak?" Kirino mulai bertanya kepadaku.
"Ya, sangat menyenangkan."
Inginnya sih aku ingin berkata 'membosankan' tetapi aku tidak ingin menjelekan citraku kepada adikku, jadi aku tidak akan mengungkapkan kata itu.
Sejujurnya benar sih sejauh ini aku di sekolah tidak pernah mengalami hal yang menyenangkan sekalipun, kecuali masa taman kanak-kanakku.
"Syukurlah kalau begitu." Kirino dengan tersenyum.
Senyum itu.....
Huh.... Senyuman Kirino mengingatkanku akan kejadian waktu itu.
"Kalau begitu, bagaimana denganmu?" Aku mulai bertanya pertanyaan yang sama dengan Kirino.
"Iya, akupun sama. Menyenangkan kok." Membalas dengan tersenyum.
Apakah itu senyuman palsu? Sepertinya itu benar.
Dugaanku memang benar kalau dia di sekolah memang tidak baik-baik saja.
Aku melihat ke arah lehernya, kalung yang aku berikan syukurlah dia memakainya.
"Jangan lupa untuk terus memakai kalung itu dimanpun dan kapanpun kamu berada." aku menunjuk ke arah kalung yang berada di pergelangan leher Kirino
"Iya, iya, aku tahu kok."
"Baguslah jika kamu sudah mengerti."
Sesampainya di perempatan gang. Disitu aku mulai memberhentikan langkah kakiku.
"Kalau begitu, aku akan ke sini, Kirino." menunjuk ke depan.
"Ya, akupun akan ke sini." menunjuk arah yang berbeda.
"Yasudah kalau begitu sampai nanti."
"Dadah kakak."
Kami berdua berpisah melewati jalur sekolah masing-masing.
Setelah itu aku melanjutkan pergi menuju ke sekolah.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Di Dalam Sekolah. Menuju ke Ruang Kelas.
Aku masuk melewati gerbang sekolah seperti biasanya. Waktunya juga masih lama sebelum bel masuk sekolah berbunyi.
Setelah aku mengganti sepatuku di loker, aku menaiki tangga untuk menuju ruang kelasku. Tetapi tiba-tiba ada 3 orang yang mencegahku di pertengahan tangga.
Sepertinya ketiga orang itu telah lama menungguku. Dan dari badan kekar dan penampilannya itu, sepertinya dia memiliki niat buruk kepadaku.
"Heii..! Kau yang bernama Kazuto kan?"
Salah satu orang itu mulai berbicara dan berbalik menanyakan ke teman lainnya.
"Apakah benar ini orangnya?"
"Ya tidak salah lagi. Aku melihatnya dalam gambar, sama persis seperti dia."
"Baguslah kalau begitu."
Orang yang bertanya itu kembali menghadap ku, berjalan ke arahku dan menyentuh pundak ku.
"Bisakah kau ikut dengan kami sebentar?!"
Bersambung...
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña