* * *
Sementara itu, di waktu yang bersamaan.
PAGI HARI.
*Melangkah*
Seseorang melangkah menaiki tangga. Orang itu sedang berjalan menuju kamarku.
Dengan memakai seragam sekolah yang luarnya dilapisi dengan celemek, orang itu pergi dan mengetuk pintu kamarku.
*Tok-Tok-Tok* Suara ketukan.
"Onii-chan, sudah bangun?"
Saat ini adalah hari selasa, yang menandakan bahwa pagi ini adalah hari untuk pergi berangkat ke sekolah.
Hari ini adalah hari yang bahagia untuk Kirino. Bisa di bilang kalau hari ini mungkin adalah hari yang spesial karena Kakaknya saat ini mulai bisa di ajak berbicara dengannya.
Biasanya dia hanya murung di dalam kamarnya dan jarang keluar kamar kecuali untuk pergi ke sekolah dan makan saja jika dia ingin keluar dari kamarnya.
Tetapi saat ini berbeda, dirinya sudah bisa mengobrol dengan kakaknya. Kesempatan ini adalah yang ditunggu-tunggu olehnya sejak lama. Ini adalah kesempatan untuk memper erat hubungan antara keluarga.
"Kalau tidak segera bangun nanti bisa terlambat ke sekolah lohh..."
Tidak ada balasan suara dari dalam kamar Kakaknya.
{Ini aneh, tidak biasanya kakak bangun kesiangan. Apa mungkin terjadi sesuatu kepada kakak?}
"Onii-chan...?"
Masih tidak terdengar suara dari dalam kamar Kakaknya.
{Apakah sesuatu terjadi pada kakak? Apakah kakak saat ini sedang sakit sehingga tidak bisa membalas panggilanku? Jika memang benar begitu, aku harus memastikannya.}
Rasa ambigu terus terbayang di dalam kepalanya. Memikirnya terlalu berlebihan membuat rasa cemas terhadap kondisi kakaknya semakin mendalam dihatinya.
Tak banyak berpikir terlalu lama, Kirino memegang gagang pintu kamar kakaknya, lalu mencoba membukanya.
*Crack*
Pintu benar-benar terbuka, saat ini pintu kamar kakaknya terbuka sedikit, dan dari sini Kirino bisa melihat kondisi ruangan kakaknya. Walaupun hanya terbuka sedikit, dirinya bisa melihat rak buku yang berada di balik pintu kamar dari tempatnya berada.
Ini sungguh mengejutkannya. Biasanya kakaknya selalu mengunci kamarnya. Mengurung dirinya sendiri sambil bermain game dan membaca buku, itu adalah kegiatan sehari-hari kakaknya. Tetapi kali ini berbeda. Sepertinya kakaknya lupa untuk mengunci kamarnya. Tidak biasanya dia melupakan hal yang dasar seperti itu.
Tetapi, setelah dipikir-pikir pintu yang tidak terkunci ini mungkin ada hubungannya dengan kondisi kakaknya saat ini. Melihat kejadian yang seperti ini membuatnya yakin kalau kakaknya mungkin sedang terbaring lemas di kasurnya.
Tak menunggu lama, Kirino mulai memegang erat gagang pintu kamar ini, lalu membukanya dengan lebar sepenuhnya.
"Onii-chan, Aku masuk ya...."
Sebuah pandangan matanya yang pertama kali dilihat olehnya adalah kakaknya yang sedang tertidur di kasurnya. Melihatnya secara tajam, sebuah dengkuran terdengar di telinganya. Mendengar dari dengkuran itu membuatnya merasa lega. Kirino merasa lega karena saat ini hal yang dicemaskannya ternyata hanyalah sebuah kebohongan yang seharusnya tidak dipikirkannya. Pikirannya terlalu berlebihan sehingga efek negatif dari dalam kepalanya membuatnya merasakan hal yang tidak diinginkan dari kondisi kakaknya pada saat ini.
Melihat kakaknya yang sedang tertidur, membuatnya yakin kalau kakaknya hanyalah tertidur pulas dikarenakan tadi malam penyebab kakaknya terlambat bangun karena kakaknya membantunya untuk menangani pekerjaan rumah sehari-harinya.
"Moo... Onii-chan, dasar tukang tidur...."
Fwuhh..... Merasa lega karena keadaan kakaknya saat ini, Kirino beralih memperhatikan kondisi sekitar kamar kakaknya.
Di dalam kamar, terdapat sebuah buku-buku yang tertata rapih berada di tempatnya, stiker - stiker Anime yang ter tempel di dinding dan ada juga PC yang biasa di mainkan kakaknya.
Itu adalah hal yang mengejutkan untuknya. Biasa kakak adalah orang yang selalu tidak memperdulikan keadaan sekitar. Tidak biasanya kamar ini rapih. Biasanya juga ia yang membersihkan kamar kakaknya. Setiap harinya juga dirinya membersihkan buku yang berserakan dilantai ruang kamar ini. Dan juga, tidak biasanya kakaknya tidur terlalu siang.
Apakah dia lupa untuk memasang alarmnya?
Itu tidak mungkin juga sih. Walaupun kakak tidak suka bersosialisasi dengan teman bahkan keluarganya sekalipun, jarang keluar kamar kecuali untuk urusan mendesak dan makan. Tetapi dia adalah orang yang selalu rajin belajar setiap malamnya.
Baginya, kakak adalah orang yang selalu di kaguminya. Walaupun dirinya setiap masuk kamar ini jarang untuk mengobrol dengannya, tetapi dia adalah kakak satu-satunya yang ia kagumi.
Dulu, kakak adalah orang yang ceria, suka bersosialisasi dengan temannya. Tetapi semenjak kejadian itu, sampai saat ini kakak jarang berbicara kepada temannya atau siapapun di keluarga ini. Dia hanya berbicara ketika ada sesuatu yang penting saja, itupun menggunakan kata-kata yang begitu formal.
Sebenarnya, Kirino sudah mengetahui kalau kakaknya adalah orang yang pendiam dari pada banyak berbicara. Mungkin di sekolah kakaknya tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Untuk dari itu, Kirino dulu pernah mendekati kakaknya untuk menceritakan masalah yang terjadi di sekolahnya, tetapi kakaknya tidak menjawab sepatah katapun dari pertanyaannya.
Melihat ke arah sebelah kiri, sebuah rak buku yang banyak sekali buku-buku aneh bertumpuk dan berbaris dengan rapih. Dilihat sekilas juga, walaupun bagian depannya tidak kelihatan, hanya terlihat bagian sampingan saja, ia mengetahui bahwa buku itu adalah buku-buku aneh yang pernah dibacanya.
"Buku itu....."
Kirino mulai berjalan menuju rak buku dimana banyak buku berada. Disana terdapat banyak buku psikologi dan kamus - kamus yang berkaitan dengan perilaku Formal yang sering dilakukan oleh kakaknya.
Biasanya Kirino menemukan buku aneh yang sama persisnya dengan yang ini yang ia pungut dari lantai ketika sedang membersihkan kamar ini. Benar, kirino pernah membaca buku-buku aneh itu. Dijelaskan di dalam buku itu cara berinteraksi dengan orang sekitar. Cukup banyak buku aneh yang dibaca kakaknya yang berjudul "Cara bersikap formal dengan Orang lain" dan " Cara untuk tidak melakukan kesalahan kata dalam berbicara". Buku seperti itu yang ditemukannya pada waktu itu, dan ada banyak buku lainnya yang sama anehnya dengan yang ini.
Tidak mungkin bagi Kirino untuk memasuki kamar ini ketika ada pemilik kamarnya. Kakaknya selalu melarangnya untuk memasuki kamarnya sesuka hatinya. Maka dari itu, Kirino memasuki kamar kakaknya ketika diwaktu siang hari, dimana kakak belum pulang dari sekolahnya. Pada saat itu dirinya memasuki kamar ini dengan menggunakan kunci cadangan yang diberikan oleh Ayah.
Benar, Ayah tidak bisa berbuat apapun lagi untuk Kakak, jadi dia menyerahkan masalah ini kepadanya dengan memberikan kunci cadangan kamar kakak kepada dirinya untuk menangani masalah ini.
Waktu itu, dengan mengumpulkan informasi dari Ibu dan teman-temannya, Kirino mengetahui kenapa kakaknya bisa berubah.
Itu benar. Penyebab kakaknya mengurung diri di dalam kamarnya adalah perbuatan dari wanita itu. Walaupun Kirino masih tidak mengetahui keadaan kakaknya pada waktu itu karena pada saat itu ada kegiatan tour wisata sekolah selama beberapa hari.
Tetapi ketika Kirino kembali setelah sekian lama tidak bertemu dengan kakaknya, pada waktu itu sifat Kakaknya telah berubah menjadi orang lain, dan bukan seperti pada biasanya.
Pada saat itu Kirino mencoba mengobrol dengannya di dalam kamarnya, tetapi pikirannya kosong yang tanpa jiwa, wajahnya mengeluarkan air dimatanya.
Bahkan sampai saat ini pun kirino mengetahui bahwa setiap malamnya, ketika penghuni lain di rumah ini sudah tertidur, dirinya mendengar suara tangisan dari kamar sebelahnya yang tak lain dari kamar kakaknya.
Kirino tidak mengetahui kejadian apa yang menimpa kakaknya di sekolahnya sampai menjadi menjadi seperti ini. Satu hal yang ia yakini, hal yang buruk selalu menimpa kakaknya. Itu mungkin sesuatu yang buruk selalu menimpa kakaknya ketika berada di sekolahnya.
Membaca dan membalikan buku itu kehalaman selanjutnya, saat ini kirino mendengar erangan dari arah belakangnya.
"Kakak!"
Mulai berbalik ke arah belakang, itu adalah kakak yang sedang tertidur dengan meneteskan air dari matanya. Keringat dingin yang bercucuran keluar dari tubuhnya, membuat pakaian tidur yang dikenakannya basah akibat dari keringat itu.
"Kakak, apa yang telah terjadi denganmu...?"
Kirino mulai berlari menuju kasur tempat kakaknya berada, perasaan cemas kini muncul kembali di dalam kepalanya.
Pasti mimpi buruk yang saat ini sedang di alami oleh kakaknya. Walaupun ini adalah pertama kalinya bagi Kirino melihat kakaknya tertidur sambil menangis, dikarenakan karena dirinya selama ini hanya mendengar suara tangisanannya dari dalam kamar sebelahnya, sesuatu yang amat pedih pasti dialami oleh kakaknya saat ini. Kejadian yang buruk yang dialami oleh kakaknya sampai terbawa kedunia mimpinya. Saat ini Kirino hanya bisa bersedih melihat kakaknya menangis tak berdaya dengan melihat wajah yang putus asanya.
Jika ada sesuatu yang saat ini bisa dilakukan olehnya untuk kakaknya, pasti Kirino akan membantunya.
Tak tega untuk melihat wajah sedih kakaknya, dengan itu Kirino mencoba membangunkan kakaknya dengan menggoyangkan pundaknya.
"Onii-Chan, bangun! Ayo bangun! Kamu harus kuat! Lawan rasa takutmu dengan kekuatanmu! Jangan sampai itu terus merasukimu terus-menerus!"
Memberikan rasa semangat untuk menghadapi rasa takutnya, itulah yang saat ini yang bisa dia lakukan olehnya untuk membantu kakaknya.
Mengoyangkan pundaknya berkali-kali, itu tetap tidak terjadi perubahan apapun. Pada saat ini Kirino cemas dengan keadaan kakaknya, kini kakaknya berbuat aneh ketika sedang tertidur, tangannya mencekik lehernya sendiri. Pada saat ini Kirino mencoba menghentikan perbuatannya yang mencoba menyakiti dirinya sendiri, tetapi apalah dayanya, kekuatannya bahkan tidak mampu untuk mengimbangi kakaknya.
"Kakak, berhenti! Jangan menyakiti dirimu sendiri... Kumohon berhentilah....!" Dengan mengeluarkan air mata.
Bahkan seorang gadis tidak mampu untuk mengimbangi kekuatan laki-laki, jadi untuk dari itu harus ada seorang lelaki lain untuk mengimbangi kekuatan dari kakaknya. Ayahnya sedang pergi keluar kota bersama dengan ibunya, keadaan genting seperti ini mau tidak mau harus dirinya yang melakukannya.
Saat ini Kirino berulangkali menghentikan tangan kakaknya yang mencoba menyakiti dirinya sendiri. Kirino terus menahan dari kekuatan kakaknya, walaupun itu tidaklah seimbang, ini adalah demi menyelamatkan nyawa dari kakaknya. Ya, kalau ini terus dibiarkan mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi, bahkan kematian yang saat ini ditakutinya akan dialami oleh kakaknya jika terus dibiarkan.
"Huuu...Huu... Kumohon berhentilah! Kakak... jangan menyakiti dirimu sendiri..... Aku mohon jangan diteruskan... Huu.. Huhu...." Kirino hanya bisa menangis melihat keadaan kakaknya yang saat ini menyakiti dirinya sendiri, berharap kepada Tuhan untuk segara menolong kakaknya. Kirino takut hal yang dikhawatirkannya akan benar-benar terajdi dengan kakaknya.
Menahannya, saat ini kekuatan kakaknya mulai mengurangi/mengendor dan akhirnya kini melemah. Ini adalah kesempatan untuknya, dengan memegang kedua tangan dari kakaknya dan memindahkan kesamping tempat tidurnya, tiba-tiba matanya terbuka, pada saat ini titik antara kedua matanya saling bertemu.
Ini terlalu dekat, kamu tahu, saat ini wajah Kirino memerah dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Apa yang sedang kamu lakukan Kirino?"
"Ah... Tidak, aku tidak melakukan apapun..."
Melepaskan kedua tangan yang dipegangnya, Kirino menjauh dari tatapan kakaknya yang berdekatan dengannya. Saat ini ia menjauh dari kakaknya.
Terbangun dan mulai duduk di atas kasurnya, saat ini kakaknya memandanginya.
"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa ada air mata disitu?"
"Tidak, itu... Aku mengira jika kakak sedang bermimpi buruk, jadi aku mencoba membangunkan ka-k-kak dari mimpi buruk itu!"
Itu memalukan sekali, mengucapkan dengan cepat dengan terbata-bata membuat dirinya sangat malu.
"Ohh... Begitu, terimakasih karena telah membangunkaku, Kirino."
Saat ini kakaknya mengelus kepalanya, membuatnya semakin malu dan kini menatap kearahnya membuat Kirino dan kakaknya tampak seperti sepasang kekasih. [Eh tidak, bagaimana mungkin aku membayangkan hal yang seperti itu. ] Benar, walaupun dirinya tidak bisa untuk menerima itu, tidak dipungkiri saat ini perasaan yang tiba-tiba tentang kakaknya muncul di hatinya. Wajahnya yang saling bertemu itu, membuat hatinya bergerak tak karuan.
[Bukan....! Aku hanya mengagumi kakakku saja, tidak seperti aku menyukainya, tidak, tidak, menjauhlah pikiran seperti itu...]
"Omong-omong, sekarang sudah jam berapa Kirino?"
Ah, saat ini Kirino melupakannya, membayangkan kejadian itu sampai membuat dirinya lupa dengan waktu.
"Ah... Aku melupakannya," Melihat ke arah jam dinding yang tepat berada di depannya. "Sekarang sudah menunjukan pukul 08:25, kita akan telat untuk ke sekolah kalau tidak cepat-cepat, kakak, cepat bersiap-siap, aku akan menunggumu dibawah untuk sarapan"
Dengan tergesa-gesa Kirino meninggalkan kakaknya, saat ini ia harus menyiapkan makanan untuk kakaknya, Waktunya tidak lama lagi, bel masuk sekolah sebentar lagi akan segera berbunyi.
También te puede interesar
Comentario de párrafo
¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.
Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.
ENTIENDO