Ia mungkin sekalinya ini mengucurkan air mata untuk seorang wanita, ia tidak menyangka jiwanya yang sangat garang dan selalu terlihat bengis, kini sangat lemah. Ketika detik-detik menjelang datangnya ajal wanita yang paling ia cintai.
Raja tak peduli dengan histerisnya sang putra, tetap dengan kejam raja mengintruksikan untuk segera mengeksekusi buronan kerajaan itu. Suasana sesaat hening dan sangat mendebarkan. Semua hampir dibuat berkeringat menyaksikan hari ini. Sang algojo telah siap melaksanakan perintah rajanya.
"HENTIKAN!!!" seorang prajurit berteriak di hadapan raja Theophylus, di samping satu prajurit tak dikenal itu, sedang ada seorang bersenjata pedang menaiki kuda dengan memakai baju zirah entah dari kerajaan mana, hanya saja dia tidak berbicara, yang berbicara adalah prajurit itu.