Dengan susah payah, Zalina mencoba menjalankan sendiri kursi rodanya. Rasa laparnya hilang seketika.
"Kita lanjutkan pembicaraan ini di kamar," kata Bian, sembari meraih pegangan kursi roda Zalina dan mendorongnya memasuki lift yang akan membawa mereka kembali ke kamar.
Bian tidak mau menyudahi pembicaraan mereka yang masih menggantung. Hari ini juga, dia harus tahu bagaimana perasaan Zalina yang sebenarnya.
Zalina masih sewot dengan hinaan yang dilontarkan Vania untuknya. Suara Vania seperti masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia merasa lebih geram lagi pada mantan pacar yang mencoba menipunya lagi dengan mengatakan tidak mencintai pacarnya tetapi bisa menghamilinya.
"Semua laki-laki sama aja!" kata Zalina jengkel.
"Laki-laki yang mana?" tanya Bian, tak kalah jengkel karena Zalina masih memikirkan mantannya.
Suara Bian serasa langsung mengembalikan Zalina dari lamunannya.
"Nggak, bukan apa-apa," jawab Zalina, memasang wajah tanpa bersalah sembari menengok ke arah Bian.