"Kalau Mbak Kirani mau balik ke kantor juga, gak apa-apa kok. Aku bisa periksa sendiri. Lagian yang sakit cuma tangan. Aku masih bisa ke sana-sini sendiri," kata Zalina, merasa makin tidak enak hati pada Kirani.
"Santai aja, ah. Lumayan aku bisa keluar kantor jadinya. Pusing ngeliatin komputer terus," dalih Kirani.
"Iya, mending di sini, bisa ngeliat aku. Lebih segerrrr," kata Angga, ikutan masuk dalam pembicaraan dua wanita itu.
"Bisa aja, Pak dokter ini," kata Zalina, menanggapi.
Secangkir kopi yang Angga beli dari mesin kopi otomatis diberikan kepada Kirani.
"Makasih," kata Kirani menerima kopi pemberian Angga.
"Masih suka coffee latte, kan?"
"Masih."
Mereka duduk bersebelahan di kursi tunggu, depan ruang radiologi. Zalina sedang di periksa di dalam ruangan itu tanpa bisa didampingi. Efek mesin radiologi cukup berbahaya bagi tubuh, jadi pengantar hanya bisa menunggu di luar ruangan saja.
Bian memang meminta Kirani datang dan menemani Zalina karena