Suara bantingan memenuhi seluruh rumah. Rubi yang membawa kebanyakan barang berjengit tetapi tidak berani untuk mengeluarkan kata apa-apa. Sekarang ketika dia sudah pulang besama dengan Nyonya Anti, Rubi bisa merasakan degup jantungnya yang bertambah semakin cepat. Dia sudah sangat ketakutan, terlebih saat dia menyadari ekspresi yang diberikan oleh Nyonya Anti saat memandang barang-barang yang sekarang sudah "rusak" di matanya. Meski awalnya dia bersikap pura-pura saat ada banyak penonton, dia masih serius tentang bagaimana Rubi harus menggantikan semuanya.
"Malu-maluin! Kamu itu malu-maluin saya! Gimana kalo tiba-tiba ada sahabat saya yang liat perbuatan kamu, hah?! Kamu bisa jelasin ke mereka?! Kamu bisa buat mereka nggak ngatain saya? Emangnya kamu siapa yang bisa buat mereka bungkam?!" jerit Nyonya Anti hingga terlihat urat di lehernya. Rubi tentu saja menyadari hal tersebut, karenanya dia hanya bisa berdiri dengan penuh ketakutan.