Semerbak bau obat-obatan yang sangat menyengat, terasa menyeruak memenuhi rongga hidung. Namun, setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang yang memerlukan bantuan dan pemeriksaan medis. Tempat itu tidak lain adalah sebuah rumah sakit. Di mana tiap-tiap orang sangat sibuk pada pikirannya sendiri, sehingga tidak sempat untuk bertegur sapa dengan orang lain.
Begitu juga dengan seorang gadis yang berada di salah satu ruangan pasien rumah sakit tersebut. Baru saja bangun dari koma yang dia alami selama sepuluh hari.
"Siapa aku?" Terdengar suara gadis bergumam pada dirinya sendiri.
Dia melebarkan kedua mata, sehingga memperjelas iris mata berwarna cokelat terang miliknya. Meraba wajahnya sendiri, seraya menghadap cermin kecil yang ada di tangannya. Pantulan dari benda itu sungguh membuatnya menjadi merasa sangat cemas. Bagaimana tidak? Karena yang dia lihat bukanlah raga yang dimiliki oleh jiwa tersebut.
Pemilik tubuh tersebut adalah Jessie, sedangkan jiwa yang ada di sana tidak lain adalah Putri Azaela dari kerajaan Adanrille.
Ternyata mereka berdua bertukar jiwa, dan terperangkap pada tubuh dan waktu yang sangat berlawanan.
'Apa ini mimpi? Dimana aku sekarang?' batin gadis itu kembali berucap.
Matanya mengelilingi keadaan yang terasa sangat asing, di sekitarnya. Merasa sangat bingung dan tidak habis pikir bagaimana dia bisa berada di dalam tubuh orang lain. Bayangan demi bayangan yang tergambar menakutkan pun berseliweran di dalam benak Putri Azaela yang sedang sendirian di sana.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu beberapa kali, lalu muncul seorang perempuan yang berpakaian sangat aneh menurut Putri Azaela.
Wanita itu menggunakan baju dan rok pendek yang berwarna putih, tidak lupa ada sejenis mahkota yang berada di atas kepalanya yang juga berwarna serupa dengan pakaian yang dia pakai. Perempuan itu tidak lain adalah salah sseorang perawat yang ada di rumah sakit tersebut.
"Nona Jessie, kamu sudah sadar?" Terlihat sangat gembira. "Tunggu, aku akan memanggil dokter kesini," ucap perempuan tersebut. Setelah itu, dia kembali membuka daun pintu yang baru saja dia masuki dan berlari entah kemana.
"Jessie? Jadi nama tubuh ini adalah Jessie? Siapa wanita itu? Kenapa ada mahkota aneh pada kepalanya? Apa dia juga seorang putri Raja seperti aku?"
Berbagai macam pertanyaan memenuhi pikiran maupun benak Putri Azaela. Dia masih mengira bahwa tempat dia berada sekarang, tidak jauh dari kerajaan tempatnya berasal. Lalu memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya sendiri.
'Aku harus pergi dari sini! Aku takut ini adalah kerajaan yang memberontak atau tempat bagi musuh dari kerajaan Adanrille. Aku harus pergi sebelum dia membawa penjaga yang dia panggil dokter tersebut,' tukas Putri Azaela di dalam hati.
Walaupun terasa sangat sakit, dia berhasil melepaskan tusukan jarum infus yang sejak tadi menempel pada nadi tangan kanannya. Tanpa memakai alas kaki, berjalan dengan terburu-buru untuk melarikan diri dari sana.
Baru saja membuka pintu dan ingin berlari, dengan cepat dia menutup kembali daun pintu yang sempat terbuka tersebut. Matanya terbelalak dengan nafas tiba-tiba tersengal akibat kerja pacu jantung yang berlebihan. Bagaimana tidak? Baru pertama kali ingin lari, dia hadapannya tiba-tiba muncul kereta yang sedang didorong oleh beberapa orang sambil berlari.
Bukan masalah keretanya, namun di atas kereta itu sudah ada seorang pria yang wajah dan tubuhnya dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah. Dan ada beberapa kereta lagi di belakangnya juga sedang membawa seseorang yang mengalami hal yang serupa.
Putri Azaela terlihat sangat panik melihat hal tersebut. Dia berpikir bahwa di tempat ini telah terjadi sebuah perang besar yang mengakibatkan prajurit berjatuhan. Padahal yang dia lihat barusan adalah para korban yang mengalami kecelakaan mobil beruntun di salah satu bagian wilayah kota.
Keringat dingin pun bercucuran membasahi tubuhnya. Dia hampir menjerit ketika suara pintu kembali di ketuk oleh seseorang. Untuk melindungi diri, dia pun segera berlari dan bersembunyi di sebuah lemari pakaian yang terdapat di kamar tersebut.
"Jessie, kamu su- , dimana dia ? Dimana Jessie?" Terdengar seseorang bersuara dengan nada yang tinggi.
Kali ini yang datang adalah dokter dan perawat yang telah terlebih dahulu bertemu dengan Putri Azaela sebelumnya. Kedatangan mereka juga diikuti oleh seorang wanita paruh baya, yang tidak lain adalah Ibu Jessie, yakni Nyonya Elin.
Mereka bertiga terlihat sangat kebingungan karena melihat kamar itu kosong tak berpenghuni. Namun, tidak memerlukan waktu yang lama, Putri Azaela yang sedang bersembunyi di dalam lemari pun akhirnya di temukan.
"Jessie! Kamu sudah sadar? Dan apa yang kamu lakukan di dalam lemari ini?" Ibunya Jessie berkata dengan mata yang melotot.
Bagi Nyonya Elin, berkata dengan nada tinggi kepada anaknya tersebut adalah hal yang sudah biasa dia lakukan. Bahkan, Jessie adalah anak yang pembangkang dan keras kepala. Setiap hari selalu terjadi sebuah pertengkaran antara mereka berdua.
Namun, tidak demikian bagi Putri Azaela. Tidak pernah ada orang yang berbicara dengan nada tinggi kepadanya selama ini. Bahkan, Ibu tiri dan kakak tirinya, selalu menggunakan suara yang lembut ketika berbicara, walaupun dengan makna yang menyakitkan.
Karena merasa terancam, Putri Azaela yang memang memiliki sifat penakut, langsung memeluk kedua kaki wanita paruh baya yabg ada di hadapannya sekarang.
"Maafkan aku, jangan hukum aku. Ampuni aku," ucap dengan penuh permohonan dan sambil terisak.
Melihat kejadian itu, semua orang menjadi bingung dan saling berpandangan satu sama lain. Khususnya adalah Nyonya Elin sendiri. Dia baru tahu bahwa Jessie yang terkenal sangat pemarah, bahkan kepada ibunya sendiri, bisa menangis terisak seperti yang dia lakukan sekarang.
Nyonya Elin yang masih merasa heran, segera meraih tangan Jessie yang masih melingkar pada kedua kakinya.
"Jessie, ada ala denganmu, Nak? Ini Ibu," imbuh Nyonya Elin sambil mengangkat dagu putrinya itu.
Wajah Jessie terlihat tampak sangat ketakutan dengan genangan air mata yang membanjiri. Dengan suara yang serak sedikit bergetar dia pun berkata, "Ibu? Anda Ibuku?" tanya Putri Azaela.
"Anak bodoh! Apa kamu hilang ingatan sehingga lupa dengan Ibumu sendiri?" tanya Nyonya Elin lagi.
Setelah kembali tenang, Putri Azaela pun kembali di papah untuk beristirahat di atas tempat tidur. Pikiran kembali menyeruak dengan ketakutan yang terus saja membayangi.
"Apa kamu tidak ingat Ibumu sendiri?" tanya seorang pria dengan kaca bulat yang tergantung pada kedua matanya.
'Jika aku memberitahu bahwa aku bukan Jessie, apa mereka akan menjebloskanku ke dalam penjara bawah tanah? Tidak, tidak aku tidak bisa berakhir disini,' batin Putri Azaela kembali berpikir dengan keras.
"Tidak! Tentu saja aku ingat. Dia adalah Ibuku," ucapnya seraya menunjuk Nyonya Elin dengan jari telunjuknya.
Bersambung ....