193
...
"Kak Vanno gak beneran pacaran sama Kak Nisa?"
tanyaku tak percaya. Berharap ia menjawab kalau
semua yang ibu bilang itu bohong. Tapi harapanku
terhempas saat kak Vanno mengangguk ragu-ragu.
Dan aku merasa ini semua salahku. SALAHKU.
"Kenapa?" tanyaku dengan suara parau. Aku pun
tak tahu bagaimana caranya aku masih bisa
mengeluarkan suara saat seluruh tubuhku tak
merasakan apapun.
Lama kutunggu jawabannya. Hingga pada
akhirnya ia menatapku dan menjawab, "soalnya...
aku gak pengen ibu kecewa dan khawatir sama
aku."
Aku mengangguk kaku. Sekedar menyamarkan
perasaanku yang sesungguhnya. Lututku lemas.
Ini semua karena diriku. Hingga kak Vanno
melakukan hal yang menyakiti perasaannya
sendiri.
"Ibu lebih kecewa kalo kamu bohongin lbu kayak
gini, Vanno."
Dia nyengir. Mungkin kehilangan kata-kata untuk
menimpali perkataan ibu. Tentu saja. Dia tak
mungkin mengambil resiko dengan mengatakan
kalau itu karena dia menyukaiku. Semua berawal