Semalam tanpa Mayleen membuatnya tak bisa tidur. Ya, Ally sama sekali tidak tidur. Ia hanya sibuk berpindah sana-sini untuk mencari posisi yang enak. Tapi apa daya, ketidakhadiran Mayleen-lah yang membuatnya sulit tidur.
Memang perasaan bersalah itu terus menyelimutinya. Ia memang harus mengambil keputusan dengan segera.
Di teleponnya Benny agar ia datang ke apartemennya. Sebab Ally tidak akan berangkat ke kantor.
Sekilas, ada juga perasaan menyesal karena telah membawa Mayleen ke sini dan membuat semua menjadi kacau berantakan. Tapi perasaan bersalah itu lebih besar dari apapun juga.
Benny mengetuk pintu dan Ally segera membukanya. Ia langsung menceritakan masalahnya pada managernya itu.
"Akhirnya, ketahuan juga, kan? Kau sudah pernah kukatakan, bahwa hentikan permainan bejatmu itu, dude. Jika begini, artinya kau juga mengorbankan karyawan terbaikmu di kantor!" tutur Benny kesal.