Bukannya marah dia justru mendukung semua kelakuanku, apakah ini karena Joo tahu kalau uang darinya hanya berguna sepersekian saja?
"Jadi, By ini kenapa nggak milih baju? Kita ke sini karena kamu bilang nggak punya baju bagus buat dipakai. Atau ... kamu mau aku yang pilih bajunya?" tawar Joo yang kelihatan sangat bersemangat.
Senyum menggodanya membuatku merasa geli. Semoga selamanya dia begini, aku berharap sifatnya yang baru saja benar-benar tulus dan bukan atas paksaan atau seperti halnya salam perpisahan.
"Senyum kamu aneh, Honey! Astaga, jangan malah senyum lebar gitu hey! Aku nggak bisa nahan ketawa tauk," kataku lantas tertawa kecil.
Aish, sialan memang dia ini. Berkat senyumnya tendangan juga kurasakan di perut. Dan untuk pertama kalinya secara sungguh-sungguh aku bertanya pada baby di dalam sana.
'Nak, apakah kamu bahagia karena Daddy memanjakan kita?'
....
Keesokan harinya, bak roaller coaster. Setelah kebahagiaan kami juga diselimuti dengan perselisihan.