Brak!
Aku nyaris memuntahkan bakso yang baru saja kumasukkan ke dalam mulutku saking kagetnya. Seseorang barusaja menggebrak meja di hadapanku dan duduk di bangku yang berhadapan denganku. Tatapannya begitu tajam, badannya tinggi dan lehernya, astaga.
"Asal lo tahu, gue paling benci di awasi diam-diam kek gitu. Kalo lo ada perlu sama gue, ngomong langsung!" sentak pria itu.
Ya, dia itu si pria dengan tato mawar, kata Nisa, nama pria itu Adit.
Belakangan ini aku memang sedang mengawasi dia, aku pergi kemanapun dia pergi, bahkan sekarang ini waktu dia ke kantin, aku juga mengekorinya.
Huft!
Aku bodoh. Seharusnya bilang ke Bambang atau Naya saja, kenapa harus kuselidiki sendiri? Memangnya bisa apa aku?
Sekarang apa?
Aku harus bilang apa?
"Kenapa lo ngawasin gue?" dia bertanya lagi
Aku mencoba tersenyum semampuku selagi mencari alasan yang tepat.
"Kamu ganteng!" ucapku dengan konyolnya.
Konyol, sungguh konyol. Tapi hanya itu satu-satunya alasan yang masuk akal sekarang.