UH (Ulangan Harian) terjadi dalam durasi waktu yang telah ditentukan. Selesai itu, mereka keluar kelas untuk latihan melemparkan Shuriken. Hal ini membuat Elena merasa tidak nyaman, karena dia harus bangun dari waktu bermalas-malasannya.
Shuriken adalah senjata tradisional Jepang yang berbentuk seperti bintang yg dilemparkan kepada musuh atau sasaran, dan kadang digunakan untuk menusuk, memotong, dan membunuh klien.
*Stab… stab… stab…
Beberapa shuriken dengan kecepatan yang sangat tinggi menembak sasaran, tepat mengenai lingkaran paling tengah dari sasaran. Penembak dari Shuriken-shuriken itu adalah, Naruto.
"Ugh," Sasuke yang tepat berdiri di sampingnya, melihat hal itu merasa tidak mau kalah.
*Stab… stab… stab… stab…
Dia langsung melemparkan Shuriken dalam jumlah yang lebih banyak dari Naruto, dan semuanya mengenai tepat di lingkaran paling tengah.
"Hmm!" Naruto yang melihat juga tidak mau kalah.
*Stab… stab… stab… stab… stab…
Beberapa shuriken berjumlah lebih banyak dari Sasuke dilemparkannya dan mengenai tepat di tengah lingkaran target.
Masih sama seperti di animenya, mereka berdua tetaplah menjadi saingan di akademi. Kedua tidak ingin mengalah satu sama lain, dan berusaha menjadi yang terbaik di antara mereka.
'Fumu, fumu, aku rasa memiliki seorang saingan bukan hal yang buruk. Dengan ini, adikku tidak akan hanya menjadi kuat sendirian, dia akan memiliki seseorang yang ikut menjadi kuat bersamanya,' Elena hanya melihat dari kejauhan.
Tentunya dia tidak pantas disebut sebagai saingan Naruto. Jika dia bersaing, maka ini akan menjadi kemenangan telak untuknya. Dan jika dia menang secara telak, maka hati nuraninya akan tersakiti karena merasa sudah membully adik laki-lakinya. Maka sebagai kakak perempuan yang baik, dia memutuskan untuk tidak ikut campur masalah di antara mereka berdua.
'Benarkah? Tapi aku merasa jarak antara kamu dan Naruto menjadi semakin jauh. Jika ini terus berlanjut, bukankah dia akan melupakanmu sepenuhnya dan memilih bersama saingan barunya?' Kurama memiliki pendapat lain mengenai hubungan Naruto dan Sasuke.
'Justru itu adalah hak bagus. Aku tidak akan suka jika dia terlalu lengket denganku dan tidak bersama yang lainnya. Jika seperti itu, maka dia tidak akan pernah mandiri dan hanya bisa mengandalkanku dalam setiap masalahnya,' dalam benak Elena.
*Stab… stab… stab… stab… stab…
Elena melemparkan 5 shuriken pada target sasaran. 4 shuriken berada di area paling luar, hampir keluar hanya dalam 5 milimeter. Dan 1 shuriken lagi sudah keluar dari sasaran.
Memang ini akan terlihat seperti hal biasa saat melihat sasaran yang dikenainya berada di lokasi paling luar, namun ini sebenarnya hal yang cukup hebat karena jaraknya sangat tipis dari keluar sasaran.
'Satu tembakan meleset, tuh. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?' tanya Kurama.
Elena memiliki kekuatan pikiran yang sangat tinggi, jauh di atas manusia pada normalnya. Hampir sangat tidak mungkin dia melakukan kesalahan dalam melakukan sesuatu, kecuali terdapat suatu hal yang mengganggu pikirannya. Maka dari ini, Kurama menganggap jika Elena memiliki sebuah masalah.
'Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya teringat kejadian waktu itu ketika melihat bocah Uchiha itu,' Elena memberikan sangkalan.
.
. Flashback
.
Di dalam kamarnya, Elena berusaha untuk tidur nyenyak malam ini. Tetapi sayangnya dia gagal, karena dia meminum kopi sebelumnya saat sedang mengerjakan naskah novelnya. Ini menjadi masalah bagi Elena, karena tidak tidur itu merepotkan.
*Dash…
Sebuah hantaman emosi negatif diterima oleh kepala Elena. Dia yang memiliki kemampuan Cenayang dan chakra Kurama yang sensitif terhadap emosi negatif segera dapat menyadari apa yang sudah terjadi.
'Hei, Kurama. Apa kamu menyadari emosi itu?' Elena keluar dari selimutnya dan terduduk di atas tempat tidurnya.
'Tentu saja. Mana mungkin aku tidak merasakan emosi negatif seinsten itu,' jawab Kurama.
"Mungkin akan lebih baik jika aku memastikannya." Elena memejamkan matanya.
Dia kemudian menggunakan kemampuan Penerawangan dan melihat ke berbagai tempat sekaligus. Namun dia tidak melihat sembarang tempat, melainkan dia melacak asal dari emosi negatif.
"Fumu, ketemu. Aku akan langsung berteleportasi ke sana." Elena langsung membuka matanya secara spontan.
*Cring…
Menggunakan kemampuan Teleportasi, Elena langsung menghilang dari kamarnya dan muncul di kompleks Uchiha.
Dia sangat terburu-buru ketika dia pergi, sampai-sampai dia masih memakai piyama miliknya dan tidak memakai alas kaki. Untung saja tidak ada yang melihatnya saat ini, atau dia akan menunjukkan sisi memalukan dari dirinya.
"Ini adalah kompleks Uchiha, ya?" Berjalan di jalanan sepi saat malam hari, Elena memperhatikan sekitarnya.
Suasana malam ini terlalu senyap dan sepi. Memang tidak aneh jika malam hari terasa sepi, namun rasa sepi kali ini terlalu berbeda dari biasanya. Sebelumnya walau senyap, setidaknya masih ada satu atau dua tanda aktivitas. Tetapi kali ini Elena tidak mampu merasakan aktivitas apapun.
Dan lagi, saat ini Elena mengaktifkan kemampuan Telepatinya. Jadi dia seharusnya dapat merasakan siapapun yang ada di sekitarnya, bahkan jika orang itu berusaha untuk sembunyi, menggunakan Henge menjadi benda, atau berubah menjadi kabut. Tetapi sekarang Elena tidak mendengarkan isi pikiran siapapun, yang artinya tidak ada siapapun saat ini.
*Step… step… step…
Saking sepinya, suara langkah kaki Elena yang tidak memakai alas kaki dapat dirasakan pada jalanan sepi ini.
*Zet… zet…
Sekelebat bayangan hitam melompat dari satu atap ke atap bangunan lainnya.
"Hmm? Siapa itu?" Mata Elena langsung tertuju padanya secara refleks karena bayangan itu merupakan salah satu objek yang bergerak paling banyak.
*Zet… zet…
Elena yang terlanjur penasaran, mengikuti ke mana bayangan hitam itu pergi. Akan sia-sia jika dia sudah jauh-jauh datang kemari dan langsung kembali ke rumah.
.
.
.
*Tap…
Bayangan hitam itu berhenti di tempat sepi. Yah, pada dasarnya tempat ini memang sepi di berbagai tempat, namun lebih tepatnya dia berhenti di tempat di mana pohon mengitari tempat itu.
"Keluarlah. Aku tahu kamu mengikutiku." Bayangan hitam A.K.A Uchiha Itachi sama sekali tidak berbalik saat mengucapkannya.
*Tap…
"Hou, tidak aku sangka kamu bisa menemukanku." Elena turun dari dahan pohon dan menunjukkan dirinya.
Dia terlihat sedang tersenyum saat ini. Bukan karena dia senang, tetapi karena dia berusaha memalsukan emosinya. Elena cukup waspada pada Itachi karena dia sudah tahu jika Itachi telah melakukan pembantaian besar-besaran.
'Bukankah itu bohong? Kamu sebenarnya cukup payah dalam bersembunyi, kecuali jika kamu berteleportasi ke tempat yang jauh dan mengamatinya dari sana,' Kurama berkomentar.
Kata-kata Kurama ada benarnya. Daripada Elena mengikuti Itachi dari dekat, akan lebih aman bila Elena memilih menggunakan Penerawangan dan melihat dari jarak jauh. Tetapi Elena sengaja mengikuti Itachi dan berniat menampakkan dirinya.
'Diam kamu Kurama! Aku itu mengatakannya agar terlihat hebat. Kamu tahu sendiri, 'kan? Jika aku mengatakan itu, maka akan memberikan kesan bahwasanya aku ini lihai dalam bersembunyi, dan dia hebat karena bisa menemukanku' jawab Elena.