Descargar la aplicación
12.1% Twinkle Love / Chapter 23: Bab 23 Jadi Guru

Capítulo 23: Bab 23 Jadi Guru

"Mau pulang bareng?"

Alira menoleh ke samping. Menemukan Leo yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Enggak. Gue bawa motor sendiri," Alira menunjuk ke arah motornya.

"Gue boleh main ke rumah lo nggak?" tanya Leo membuat Alira mengerutkan keningnya.

"Mama lagi nggak ada di rumah," kata Alira.

Leo sempat bingung dengan jawaban Alira. Tujuannya ke rumah Alira adalah untuk bisa berada di dekat Alira sedikit lebih lama. Selain di sekolah, Leo mana bisa berbicara dengan Alira.

Beberapa kali Leo mencoba mengajak Alira berbalas pesan, namun jawaban yang Alira berikan terkesan jika Alira sedang sibuk. Sedang tidak ingin diganggu dengan topik pembicaraan yang tidak begitu penting.

"Tetangga deket rumah kalo jam segini masih pada di rumah. Kalo bawa temen ke rumah juga mereka-mereka pasti bakal lihat," ujar Alira memberikan alasan.

Sebenarnya ia bisa saja langsung bilang kalau Leo tidak boleh ke rumahnya. Tapi hal tersebut tentu terlihat sangat kasar. Alira harus memiliki alasan dulu kenapa Leo tidak boleh berkunjung ke rumahnya.

"Kapan-kapan deh kalo pas ada waktu, gue main ke rumah lo," Alira sudah lebih dulu berujar sebelum Leo mengeluarkan suara.

"Gue balik dulu. Udah mau hujan," pamit Alira tersenyum singkat lalu bergegas manaiki motornya.

Leo yang melihat sikap Alira hari ini kembali membuang napasnya dengan kasar. Bagi Leo, menaklukkan hati Alira bukanlah perkara yang mudah. Leo harus terus bersabar dan menunggu saat dimana Alira akan membuka hati untuknya.

"Anjing!"

Suara keras tersebut membuat Leo menoleh. Di sudut parkiran, terlihat Alingga dan kedua temannya sedang bergurau dan tertawa lebar. Entah mendapat bisikan dari mana, Leo berjalan ke arah Alingga untuk membicarakan sesuatu.

"Eh anjir! Itu bakwan punya gue, Car!" seru Denis berusaha merebut bakwan dari tangan Oscar.

"Udah makan satu juga. Bagi-bagi sama gue dong," sahut Oscar.

"Nggak nggak. Duit lo lebih banyak dari gue. Beli sendiri lah," kata Denis masih belum berhasil merebut bakwan dari Oscar.

Buru-buru Oscar melahap bakwan di tangannya membuat Denis berdecak kesal. Baru saja dapat gratisan malah dimakan sama Oscar.

"Tega banget sumpah," kesal Denis.

Baru saja Denis akan menimpuk Oscar dengan tasnya, ia melihat kedatangan Leo yang terlihat mendekati Alingga.

"Minggir Car minggir," Denis berbisik sambil menyeret tangan Oscar untuk menjauh.

Apakah Alingga menyadari jika Leo sedang menghampirinya? Tentu saja iya. Tapi Alingga memilih untuk bersikap cuek.

"Alingga," panggil Leo saat berdiri di depan Alingga.

"Gue sibuk," sahut Alingga lalu segera pergi dari tempatnya berdiri.

"Mama titip salam buat lo," ujar Leo dengan suara berat.

Alingga berhenti sejenak. Kedua tangannya mengepal kuat-kuat. Ada amarah yang berusaha Alingga pendam.

"Makasih."

Satu kalimat yang keluar dari mulut Alingga menjadi akhir dari perbincangannya dengan Leo. Alingga memanggil kedua temannya dan menyuruh mereka untuk mengikutinya. Segera pulang dan pergi sejauh mungkin dari hadapan Leo.

***

"Loh. Mama udah pulang?"

Alira terlihat kaget melihat mamanya yang sudah berada di rumah. Pasalnya, saat berangkat ke rumah budhe, mamanya bilang kalau akan tinggal di sana selama satu bulan. Ada beberapa kepentingan keluarga yang harus diselesaikan. Dan juga, jika berada di desa, mama mengatakan jika beliau bisa memperoleh pekerjaan sampingan yang dapat membuahkan hasil.

"Ada yang ketinggalan di rumah. Lusa Mama ke rumah budhe lagi," jawab Aryani yang sedang membuat teh.

"Mama ke sini sama siapa?" tanya Alira.

"Sama Pakdhe. Sekarang beliau lagi ada mendampingi anak didiknya ikut lomba di sini," jawab Aryani yang diangguki oleh Alira.

Selesai membuat teh, Aryani menuangkan satu cangkir teh untuk putrinya. Alira menerimanya dengan senyum mengembang. Lalu mulai menyeruput teh buatan mamanya.

"Besok kalau Alira sudah lulus, kerja jadi guru saja. Ikut Pakdhe ngajar di sana," ujar Aryani membuat Alira tersedak.

"Hati-hati minumnya," Aryani menyerahkan kain lap pada putrinya.

"Lagian Mama juga ngomongnya aneh-aneh kok," ucap Alira sambil mengelap bibirnya.

"Aneh gimana? Mama cuma menyarankan kamu menjadi guru," kata Aryani merasa tidak bersalah dengan ucapannya.

"Itu aneh namanya, Ma. Jelas-jelas Alira nggak mau jadi guru," balas Alira.

"Kenapa tidak? Jadi guru sudah jelas dapat penghasilan tetap. Ada Pakdhe juga yang bakal bantu kamu buat masuk ke sekolah sana. Mempermudah kamu buat dapat pekerjaan nanti, Al" tutur Aryani memberi penjelasan.

Alira menggeleng. Bukan seperti itu pekerjaan yang Alira impikan. Alira tidak berkeinginan untuk menjadi guru.

"Alira nggak mau, Ma. Guru bukan jadi cita-cita Alira," Alira kembali mengelak.

Dari dulu Alira sama sekali tidak ingin menjadi guru. Bukannya Alira membenci pekerjaan itu. Hanya saja, Alira memiliki cita-cita lain yang ingin ia capai.

"Terus kamu maunya jadi apa?" tanya Aryani.

"Mau bebas, Ma" jawab Alira cepat.

"Bebas gimana?"

"Bebas dari tuntutan. Alira mau ngejalanin hidup yang ngebuat Alira happy. Alira nggak mau melakukan sesuatu yang enggak Alira suka," papar Alira.

Aryani menggeleng pelan. "Hidup itu penuh tuntutan. Apalagi untuk kita yang ekonominya menengah ke bawah."

"Bebas itu untuk orang-orang yang sudah tidak memikirkan bagaimana caranya menghasilkan uang."

Tidak. Alira tidak setuju dengan pendapat mamanya. Jangan hanya karena mereka bukan berasal dari keluarga kaya, membuat kebebasan Alira terbatasi.

"Ikuti saran dari Mama. Kamu tidak perlu susah-susah memikirkan kuliah, dan langsung bisa bekerja dengan gaji tetap," ujar Aryani meyakinkan.

"Nggak. Alira nggak mau!" tegas Alira kemudian berlalu pergi dari hadapan mamanya.

Alira masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kabar dengan kasar. Membuat Aryani yang mendengarnya menghela napas panjang.

"Kenapa Mama tiba-tiba nyuruh jadi guru sih?" heran Alira membuang tasnya asal-asalan.

"Gue nggak pinter ngajar orang. Nggak suka juga," racau Alira dengan suara tertahan.

Sia-sia saja Alira belajar menulis sampai detik ini. Jika ujung-ujungnya ia akan kembali ke kampung. Tidak-tidak. Alira tidak membiarkan hal ini terjadi.

Alira harus menjelaskan pada mamanya kalau Alira ingin kuliah. Alira ingin mengejar cita-citanya menjadi penulis terkenal.

"Tenang Al tenang ….," Alira terlihat menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan.

Alira hanya perlu memberikan bukti pada mamanya kalau pekerjaan impiannya memberikan hasil yang menjanjikan. Pun cara mendapatkan pekerjaannya tidak sulit. Ya. Dengan alasan itu pasti mamanya tidak akan memaksa Alira untuk menjadi guru.

"Tapi … apa iya gue bisa nolak keinginannya Mama?"

Tidak biasanya Alira membangkang apa yang diperintahkan oleh mamanya. Apapun yang diminta mamanya pasti akan Alira turuti. Sama halnya ketika mama menyuruh Alira untuk sekolah di Starlight.

Ting!

Alira melirik ponselnya yang memperlihatkan notifikasi dari pembaca novel onlinenya.

bananamilk memberikan komentar untuk cerita anda "Hai! Kapan up lagi? Udh pada kangen sama cerita kamu:)"

Kedua sudut bibir Alira terangkat. Komentarnya datang di saat yang tepat. Tidak lama setelah itu, Alira beralih membuka laptopnya dan mulai membuka file berisi beberapa naskah novel buatannya.

Menulis novel: satu di antara banyak hal yang mampu mengembalikan suasana hati Alira.

***

20102021 (12.14 WIB)


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C23
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión