Descargar la aplicación
10% Twinkle Love / Chapter 19: Bab 19 Jalan Sehat

Capítulo 19: Bab 19 Jalan Sehat

Alira berdecak kesal saat ide di otaknya tiba-tiba buntu. Niatnya ingin melanjutkan cerita, namun karena tidak ada ide membuat Alira mengurungkan hal tersebut. Lagi-lagi cerita Alira terbengkalai karena kehabisan ide.

"Udah, itu ceritanya Trisal diselesaiin dulu. Biar lo bisa fokus," kata Gea yang baru saja datang dengan membawa dua bungkus es krim.

"Dari semua cerita lo yang pembacanya udah lumayan, kan, ceritanya Trisal. Udah mau tembus satu juta juga. Sayang banget kalo enggak lo selesaiin," imbuhnya.

Trisal, adalah nama tokoh utama dari novel yang dibuat Alira saat ia baru saja memasuki bangku SMA. Dan sekarang, setelah Alira sudah naik ke kelas sebelas, novel tersebut belum juga selesai.

"Ganti baju dulu yuk. Keburu ditinggal yang lain," ajak Gea terlihat mengeluarkan seragam olahraga dari dalam tasnya.

Alira mengangguk. Ia pun ikut mengambil seragam olahraga dan berjalan bersama Gea menuju ruang ganti. Hari ini, seluruh siswa kelas sebelas diwajibkan mengikuti acara jalan sehat. Setelah satu bulan sebelumnya jalan sehat diwajibkan untuk kelas sepuluh, untuk bulan ini gantian kelas sebelas.

"Lo udah sarapan, kan, Al?" tanya Gea memastikan.

Mampus! Pagi tadi Alira tidak sempat masak karena bangun kesiangan. Ia hanya meminum air putih saja lalu bergegas pergi ke sekolah.

"Al!" panggil Gea.

"Eh, iya, kenapa?" tanya Alira tersadar dari lamunannya.

"Udah sarapan belum?" Gea kembali bertanya.

"Udah kok," jawab Alira sengaja berbohong.

Air putih yang tadi pagi Alira minum sudah termasuk sarapan, kan? Ya, Alira akan mengangapnya seperti itu.

Setelah keduanya selesai berganti pakaian, mereka berjalan bersama menuju ke lapangan sekolah. Di sana, sudah banyak siswa yang berkumpul di tengah lapangan.

Saat Alira melihat keberadaan Alingga dan kedua temannya, ia sengaja menundukkan kepalanya. Berharap jika Alingga tidak sadar dengan kedatangannya. Supaya Alira tidak diganggu lagi.

"Hei," Alingga sudah lebih dulu menarik tangan Alira sebelum gadis tersebut berhasil melarikan diri.

Sial! Alira memang tidak pernah bisa bersembunyi dari gangguan Alingga. Entah Alira yang bodoh, atau Alingga yang terlalu licik.

"Apa?!" tanya Alira menantang. "Jangan rese deh. Gue mau kumpul sama yang lain."

"Sama gue aja, Al" kata Alingga membuat Alira mengernyit.

"Sampingan sama gue. Entar jalannya barengan," Alingga berujar dengan suara pelan.

"Ih, ogah banget gue barengan sama lo," tolak Alira mentah-mentah.

"Lepasin tangan gue sekarang," pinta Alira terus mencoba melepaskan tangannya dari Alingga.

"Coba aja kalau bisa," ujar Alingga tampak meremehkan.

Alira tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan satu tangannya yang lain, Alira mencoba melepaskan genggaman tangan Alingga. Di saat Alira sedang begitu kesusahan, Alingga justru semakin mengeratkan tangannya.

Tindakan Alingga yang sangat mencolok membuat beberapa siswa menatap ke arahnya. Ke arah Alira juga. Wajah tidak sedap tampak ditujukan pada Alira.

Jangan lupakan jika Alingga memiliki banyak penggemar yang terlalu fanatik. Merasa jika Alingga adalah milik mereka. Dan tidak menyukai setiap gadis yang berdekatan dengan Alingga.

"Alingga," panggil Alira pelan.

"Abaikan," sahut Alingga tanpa menatap ke arah Alira.

Sempat membuat Alira bingung dengan jawaban tersebut. Alira belum sempat mengutarakan keluhannya pada Alingga.

"Anggap saja mereka nggak ada," imbuh Alingga sambil menatap Alira sebentar.

Bagaimana bisa Alingga tau apa yang dirasakan Alira? Seolah tidak peduli dengan tatapan para penggemarnya, Alingga justru semakin mendekatkan Alira ke arahnya.

"Tetap di samping gue. Paham?" ucap Alingga memberi perintah.

Alira hanya diam di tempat. Tidak tau harus berkata seperti apa. Kadang, Alira bingung harus menilai Alingga dengan kalimat seperti apa. Faktanya, Alingga sangat hobi mengganggu Alira. Sering membuat Alira naik pitam karena ulahnya.

Tapi, ada beberapa sikap Alingga yang menyelipkan sebuah perhatian pada Alira. Entah hanya Alira saja yang merasakannya atau memang seperti itu kebenarannya. Alira tidak berani bertanya pada Alingga.

"Al," Alira kembali memanggil Alingga saat mereka sudah mulai berjalan ke luar sekolah.

"Alingga!" suara Alira mulai meninggi.

"Ck, jangan sok budek deh. Gue tau lo pasti denger suara gue."

Alingga terkekeh mendengarnya. "Ada apa? Kangen sama gue? Hm?"

"Apaan sih. Gaje banget," Alira memalingkan wajahnya.

"Muka jelek aja sok-sokan ditutupin," kata Alingga membuat Alira menoleh ke arahnya.

"Tau kalo gue jelek, kenapa nyuruh gue deketan sama lo. Nggak malu apa kalo deket-deket cewek jelek kayak gue?" tanya Alira tampak kesal.

"Sebenarnya gue malu," jawab Alingga semakin membuat Alira dongkol.

Hampir saja Alira memukul lengan Alingga, namun satu kalimat yang Alingga ucapkan membuat pergerakan Alira terhenti.

"Tapi udah telanjur nyaman sama lo," Alingga tersenyum manis ke arah Alira.

Sesaat keduanya terdiam satu sama lain. Alingga yang masih setia menatap Alira tidak mengatahui jika sejak tadi Alira terus menahan jantungnya supaya tidak berdegup terlalu cepat.

Ayolah, Alira tidak harus membawa perasaannya saat berhadapan dengan Alingga. Kenapa harus Alingga? Kenapa harus Alingga yang berhasil mempercepat detak jantung Alira?

"Basi tau nggak?" ujar Alira sinis kemudian melepaskan dirinya dari Alingga dan bergegas menjauh dari cowok tersebut.

Alira tidak berani menatap ke belakang. Ya, Alira yakin respon yang ia berikan sudah benar. Alira harus bergerak cepat sebelum perasannya jatuh terlalu dalam.

"Gila lo, Al" Denis menghampiri Alingga bersama dengan Oscar.

"Tanggung jawab loh. Udah buat anak orang baper," kata Denis.

"Siapa yang baper?" tanya Alingga.

"Alira lah. Ya kali gue yang baper. Gue masih waras dan masih doyan cewek," sahut Denis cepat.

"Tapi nggak ada cewek yang doyan sama lo," sindir Oscar.

"Belum ada. Lo mah suka banget menyombongkan diri. Mentang-mentah udah lepas dari masa kejombloan," ujar Denis pada Oscar.

"Samperin Alira gih," Oscar mengalihkan pembicaraannya dengan Denis, dan kini beralih berbicara dengan Alingga.

"Ngapain?" Alingga kembali bertanya.

"Tanggung jawab Al tanggung jawab," jawab Denis.

"Apanya yang harus tanggung jawab? Orang gue nggak habis ngehamilin dia," ujar Alingga.

"Bukan tanggung jawab soal itu, Al" kata Oscar mulai bersabar menghadapi Alingga.

"Otak lo kadang suka bego kalo ada urusan soal cewek. Padahal hobi lo nulis cerita-cerita romantis," heran Denis.

Maklum saja, Alingga memang belum pernah pacaran. Selama ini Alingga tidak pernah serius menganggap perasaan setiap orang yang menyukainya. Alingga menganggap jika mereka tertarik padanya karena mereka menyukai cerita yang Alingga buat.

"Gue rasa, Alira mulai ada rasa sama Alingga," kata Oscar.

"Gue juga mikir gitu," Denis ikut menanggapi.

"Tapi gue enggak," Alingga memberi jawaban yang berbeda.

"Alira cuma nganggap gue sebagai pengganggu. Dia benci banget sama gue. Mustahil kalau sampai Alira suka sama gue."

"Nggak ada yang mustahil kalau udah telanjur cinta, Al" Oscar tidak menyetujui pernyataan Alingga.

"Bisa jadi sikap ngeselin lo ngebuat Alira lama-lama demen sama lo. Iya nggak, Den?"

Denis mengangguk. "Gue lihat ekspresi Alira pas lo gombalin, kelihatan banget kalo dia baper sama gombalan lo."

"Alira nggak bilang gitu."

"Bilang apa?"

"Baper sama gue."

"Bego."

Alingga melongo saat mendengar kedua temannya mengatakan dirinya bodoh.

"Mana ada cewek yang bakal ngaku kalo dia baper," kata Denis.

"Lo kayak nggak tau sifat cewek aja. Sukanya malu malu tau mau," ujar Oscar menambahi.

"Alira kalo tiba-tiba nyolot ke elo terus pergi gitu aja, kemungkinan besar dia lagi berusaha buat nutupin bapernya dia ke elo."

Benarkah seperti itu? Apa mungkin Alira menyukai Alingga? Tidak tidak. Alira tidak akan semudah itu menyukai Alingga. Lain halnya dengan Alingga.

"Woi! Ada yang pingsan nih!"

Teriakan tersebut membuat Alingga menoleh. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat Alira yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

Alira … pingsan?

Alingga baru saja akan mendekati Alira, namun langkahnya sudah didahului oleh seseorang. Alira sudah dibawa pergi oleh salah satu siswa. Melewati Alingga dan membuat rahang Alingga mengeras menahan emosi.

"Bangsat!"

***

14102021 (07.35 WIB)


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C19
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión