Acara bakar-bakar di penginapan dalam rangka memeriahkan liburan tahun baru ini pun berlangsung selama dua jam lamanya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Besok, semua anggota akan check out dari penginapan pada jam delapan pagi ke rumah masing-masing. Namun, malam itu bukan terakhir kalinya mereka semua meluangkan waktu mereka dengan beristirahat di pendopo. Masih ada banyak anggota keluarga yang berada di area swimming pool meskipun acara bakar-bakaran sudah selesai tepat jam sembilan tadinya.
Semuanya yang ada di area swimming pool diantaranya adalah para sepupu muda dan tua serta para bapak-bapak. Para sepupu muda dan tua tepatnya sedang sibuk mengambil foto kebanyakan semua anggota dengan camera DSLR punya salah satu sepupu muda, Erwin.
Sedangkan para bapak-bapak sedang sibuk minum air soda dingin dan berbincang-bincang. Semuanya yang ada di sana sedang menikmati malam terakhir mereka di penginapan ini.
Sepupu muda dan tua sedang sibuk mengambil foto, camera selalu berputar arah ke satu tangan ke tangan lain karena mereka semua ingin mencoba memakainya.
Giliran Lisya yang akhirnya bisa memegang camera DSLR milik Erwin. Dia pun langsung saja dikerumuni oleh banyak anggota lainnya. Karena mereka sudah mengambil gambar selama setengah jam lamanya itu. Camera yang ada di genggaman Lisya akhirnya menjadi rerebutan semuanya yang ingin melihat bagaimana hasil foto yang dijepret sedari tadinya itu.
Vanka yang menjadi salah satunya anggota sepupu yang sedang melihat hasil jepretan juga, masih berbaur dengan banyak anggota sepupu lainnya. Di liburan kali ini, dia masih bisa mensyukuri karena tidak banyak anggota keluarganya yang melayangkan tanda-tanda jika mereka merasa tidak segan dengan kehadiran Vanka.
Akibatnya dia pun juga ikut serta dengan banyak anggota sepupu semenjak dari tadinya dia memakan makan bakar-bakaran sampai dengan tahap ini. Dia juga ikut serta dalam pemotretan mendadak yang terbilang keisengan semua sepupu.
Sedangkan Lisya saat itu sedang mengomentari foto yang adalah hasil jepretan beberapa anggota sepupu itu, dia tidak sengaja menyeletuk. Dia mengatakan jika dia tidak terlalu suka dengan hasil foto di mana Vanka ikut tertawa lebar di sana.
Iya, di foto itu Vanka tampak tersenyum. Situasi di saat itu membuat Vanka tersenyum. Itu karena semua sepupunya masih dalam keadaan yang wajar. Banyak yang saat itu sedang bercanda, dan karenanya Vanka pun ikut bahagia karenanya.
"Yah, kok di foto ini aku nggak keliatan seneng sama kayak kalian semua sih? Lihat deh, si Ochi aja ketawanya nggak ketolong banget. Beneran sih ini foto diambil paling bagus dari semuanya. Tapi kenapa aku nggak seseneng kalian ya?" saat itu Lisya mengomentari foto di saat dia menunjuk setiap orang yang ada di foto itu menunjukkan mereka bahagia secara candid.
Vanka yang masih mengulas senyumannya itu pun, agak sadar dengan perkataan dari Kak Lisya. Dia mengerti jika maksud Kakaknya. Jika dia tidak terlalu bahagia sebahagia semua sepupu lainnya.
Vanka pun ingin dirinya menemukan kebetulan jika memang benar kalau Kak Lisya benar-benar merasa kecewa. Dan benar saat Vanka mencoba melihat wajah Kak Lisya yang sedang duduk di tengah-tengah dan dia yang berdiri paling menyamping ke kanan itu. Dia bisa melihat wajah Kak Lisya yang terlihat kecewa.
"Yah, Lisya. Kamu memangnya tadi nggak dapet sama situasi tadi? Lumayan lhoh, aku aja jadi ketawa spontan. Soalnya, nggak taunya tadi si Alvio nggak sengaja bilang gimana pose kita sama-sama kompak," ucap Yuma ke Lisya.
Dia belum sadar jika maksud Lisya adalah dia merasa sedikit risih dengan keberadaan Vanka yang nggak taunya malah bisa membaurkan dirinya ke kegiatan foto-foto iseng ini.
"Iya, Ah Lisya. Tadi kamu nggak terlalu sadar sama situasi yang lucu tadi. Apa kamu lagi nggak fokus tadi, Lisya?" tanya Mbak Ghina yang menanyakan ke Lisya apakah dia sedikit tidak masuk dengan candaan yang tadinya sudah terlewatkan dengan sendirinya.
"Bukannya gitu, aku memang akhir-akhir ini agak susah aja buat bisa seneng. Nggak tau kenapa ya. Memang tadi juga agak nggak nangkep sama candaan kalian semuanya," ujar Lisya memberi keterangan kenapa dia nggak selepas ketawanya sama semua anggota sepupu lainnya di beberapa foto yang diambil dengan bantuan timer tadinya.
"Yah, Kakak. Ya udah sih nggak usah lagi-laginya mikirin hal yang bikin kamu nggak seneng. Kan sekarang lagi liburan nih, Kak. Kita jarang-jarang bisa ambil foto kita ramai-ramai. Aku aja seneng banget, Kak," kata Syika yang memberikan Lisya kekuatan agar dia bisa tidak lagi memikirkan hal yang tidak membuatnya tidak sesenang seperti liburan adakalanya.
"Oh, iya lah. Kakak memang selalu usaha biar bahagia kok, Syikaku," jawab Lisya memeastikan jika dia memang benar-benar bisa merayakan liburan kali ini.
Yang tidak terasa jika cuplikan obrolan yang ada hanya beberapa menit itu membuat Vanka merasa tersinggung. Sudah dua kali Vanka hampir tersinggung. Tapi yang kedua kali ini lebih parah dari yang tadi saat dia mau mengantri ambil jagung bakar.
Yang terakhir ini lebih membekas di benaknya, jika Kakaknya, Kak Lisya merasa dia kurang bisa lepas dengan kegiatan foto-foto sekarangnya. Karena ada dia. Dia bisa merasakan itu sesudah Kak Lisya menjawab apa yang sudah Mbak Ghina tanyakan tentang apakah Kak Lisya susah fokus bahagia di saat mereka semua sedang sedang sesi foto-foto,
Karena itu senyum Vanka mengendur lagi. Dia kemudian beralih menangkup pandangannya ke arah depannya di mana ada sebuah bayangan semua para sepupu di genangan air kolam renang di sana.
Dia merasakan jika ternyata kehadirannya itu sudah membuat seseorang merasa terganggu. Apalagi dia adalah seorang Kakak kandungnya. Bukan berarti dia tidak ingin agar bisa sedikit menghindari dari semuanya di sana, tapi dengan dia yang sudah terlibat di kerumunan itu membuatnya susah untuk menyingkirkan diri.
Pada akhirnya lamunan Vanka terpecah saat salah satu sepupu muda mengatakan jika hasil foto itu untuk bisa dicetak. Dan dia menanyakan siapa saja yang mau mendapat hasil cetak foto dari sesi foto-foto tadinya itu.
Karena semuanya pun kembali tidak menggubris keberadaan Vanka yang mengganggu Lisya. Akhirnya Vanka pun memudarkan kembali pikirannya yang dirasa sedikit menyenggol dia.
"Eh, iya. Aku mau dong, Erwin minta dicetakin hasil foto kita semuanya. Aku mau semuanya ya. Kamu bisa nggak nanti pas keluarga kumpul-kumpul lagi, kamu sudah cetakin ya. Siapa di sini yang mau juga buat di cetak, hasil foto kita tadi?" seru salah satu anggota keluarga Mbak Anggie meminta agar sepupunya ini bisa dimintai tolong untuk mencetak semua sesi foto tadi.
Satu per satu sepupu lainnya pun sama mengatakan ke Erwin untuk jadi waiting list hasil cetakan sesi foto mereka tadi semuanya. Vanka yang adalah salah satu anggota sepupu juga mengatakan ke Erwin saat dia tidak sengaja menyela Kak Lisya yang juga sama hendak berkata jika dia menginginkan hasil cetakan foto tadinya itu.
"Eh,, Erwin ak….," sela Kak Lisya yang saat itu mau meminta jatahnya cetakan foto semua sepupu yang sempat dia pindai tadi saat kebagian melihat foto di camera DSLR milik sepupunya itu.
Namun sayangnya saat itu ucapannya menjadi membeku dengan juga postur tubuhnya yang hendak melirik ke Erwin karena Vanka menyelanya bersamaan saat dia mau berucap. Tak disangka suara Vanka lebih terlihat nyaring darinya.
Keadaan berakhir dengan Lisya yang hanya menganga dan memalingkan mukanya agar tak ditemui oleh beberapa sepupu yang sedang sibuk meminta ke Erwin untuk hasil cetak foto. Untung saja sepupu semuanya sibuk bergantian bicara ke Erwin saat itu.
"Ehh, Erwinnn.. Aku mau ya kamu cetakin semua foto tadi buat aku. Jangan lupa lho," kata Vanka yang dia katakan ke Erwin sesaat dia saat itu tidak sengaja tidak mendengar suara Kak Lisya yang meminta ke Erwin hasil foto yang dicetak dengan suara yang tak begitu nyaring.
"Akuu juga ya, Kak Erwin," ucap Karin sebagai penutup semuanya yang tadinya meminta hasil cetak foto ulah dari Mbak Anggie yang meminta secara perdana.
"Iya,, iya.. Semuanya aku noted deh. Kapan-kapan kumpul liburan cap go mek, aku bagiin ya," ujar Erwin ke semuanya yang kemudian masih saja mengoceh satu sama lainnya perihal hasil cetaknya dijadiin buku scrapbook saja dan masih banyak ocehan lainnya.
Sayangnya saat itu semua yang masih sibuk berbincang sedang diberi petuah oleh Om Haikal, Papa dari Vanka, Syika dan Lisya jika jam sudah menunjukkan pukul hampir jam setengah sebelas malam.
Om Haikal menyuruh semuanya agar mulai kembali ke pendopo sekalian berkemas karena besok jam delapan pagi mereka semuanya sudah harus pulang ke rumah masingnya dan melewati sisa liburan di rumah masing-masing anggota keluarga.
"Anak-anak. Sekarang sudah malam menjelang tengah malam. Lebih baik kalian bersiap-siap istirahat di pendopo masing-masing. Besok kita harus check out dari penginapan fila jam delapan pagi. Sekalian jangan lupa ya, buat berkemas barang-barang kalian semua. Biar besok nggak terlalu ribet. Om yakin kalian pastinya bangun telat semua," kata Papa saat itu sebagai wakil dari semua anggota berumur lelaki yang ada di sana untuk mengatakan jika hari sudah malam. Dan sebaiknya mereka semua pergi untuk tidur cepat.
Semua para sepupu pun setuju agar mereka bisa buyar dari kerumunan mereka di sana, agar mereka bisa tidur di pendopo tempat mereka berada.
Mereka pun satu per satu menjawab Om Haikal dengan mengatakan terimakasih atas suruhannya yang menyuruh semuanya cepat tidur, serta mengomentari akan jadwal check out yang terbilang cukup pagi itu.
Setelah semua para sepupu dam Om Haikal sudah menyelesaikan semua obrolan mereka, akhirnya semuanya pun beranjak ke pendopo mereka semulanya.
Para bapak-bapak pergi ke pendopo dimana para tetua berada di sana, sepupu tuda dan muda mengikuti akhirnya satu per satu juga. Mereka saling mengatakan selamat malam satu sama lainnya dan beranjak masuk ke pendopo satu per satu.
Saat itu Vanka berjalan dengan tenang, dia sama sekali tidak menggubris apakah keberadannya itu memang tidak diinginkan Kak Lisya yang sekarang juga sedang berjalan.
Lisya berjalan dengan menyilangkan tangannya. Selain udara dingin karena dia juga berpikir. Mengenai apakah Vanka tadi yang menyelanya memang menyengajakan itu.
"Apakah Vanka merasa dia tertekan dengan aku yang kurang bahagia? Padahal hak aku bisa memperlihatkan kebahagianku itu juga aku yang punya, lagian aku tadi memang terpaksa dengan kehadirannya. Kenapa Vanka bisa-bisanya tidak merasa risih ada di dekatku? Ahh.. aku nggak mau begini terus-terusan," batin Lisya yang sedang berjalan saat itu di undakan menuju ke pendopo.
Tidak terasa dia juga ingin bertanya ke Vanka dengan maksud menyelanya secara sopan, mengenai apakah Vanka tadi menyengajakan selaan omongan dia ke Erwin tadinya itu.
Akhirnya sebelum dia melihat Vanka akhirnya mau masuk, dia pun menggeret Vanka dengan tangannya yang menarik tangan Vanka. Lisya memang terkontrol dengan emosinya.
Dia ingin mengatakan sejujurnya ke Vanka, jika dia bisa berterus terang pula. Dan saat semuanya sudah masuk ke dalam pendopo tanpa semuanya mengira keduanya masih belum masuk itu, Lisya mengajak Vanka bicara sedikit saja. Dia menyela apakah tadi Vanka tidak merasa dirinya tadi sudah kelewatan, tapi dengan bahasa yang halus dan jujur.
"Dek,, kamu tadi seneng nggak, bisa ketawa banget di foto bareng kita semua? Kamu tadi ngerasain nggak kalau Kakak tadi sebenarnya mau berpikir positif dengan kamu yang juga ikut ada foto-foto. Tapi, Kakak ngerasain aja kalau Kakak susah terima," ujar Kak Lisya saat itu ke Vanka. Dia merasakan jika Adek di depannya itu bodoh untuk bisa melakukan semuanya itu dan berakhir mendapat celaan dari Kakak perempuannya itu.
"Maksud, Kakak? Apa menurut Kakak, Vanka nggak berusaha juga buat berpikir kalau aku pengganggu di moment tadi? Aku ngerasain kok, Kak Lisya. Tenang aja kak, aku nggak tenang sama kebahagiaan Kakak," jawab Vanka yang ikut membalas celaan dari Kak Lisya.
"Hah? Kalau gitu Kak Lisya saranin kamu jangan terlalu berharap lebih," kata Kak Lisya saat itu dengan kemudian meninggalkan Vanka di tempat itu tadi. Setidaknya ucapan Kak Lisya tadi itu membuat bulu kuduk Vanka berdiri saking dia sudah merasa nekat dengan apa yang diucapkan Kak Lisya sebelumnya.
"Iya Kak, benar. Aku ngerasain batu getahnya. Tapi seenggaknya kamu yang lebih nggak terima sama kedudukanku. Bukan aku yang ngeluh sama keberadaan kamu," jawab Vanka membatin saat itu.
Dia kemudian mencelos dengan menatap luar ke arah kolam renang. Ingin rasanya dia tidak masuk dan mememukan laginya hinaan jika dia kembali mengganggu.
Tapi dia teringat jika dia masih harus berkemas untuk pulang esok paginya. Dan Yuma juga berteriak memanggilnya dari balkon untuk menyuruhnya cepat masuk ke dalam pendopo tempatnya tinggal selama hampir dua hari sejak malam ini.