Hari kedua liburan di penginapan Villa ini berangsur agak cepat. Sekarang hari sudah menginjak waktu siang menjelang sore. Banyak sepupu yang baru saja sedang asik pergi mencari sarapan sudah datang semenjak satu jam yang lalu.
Mereka juga membelikan makan siang untuk semuanya yang dibawa pulang saat mereka pergi ke sebuah restorant cepat saji yang masih ada di satu daerah dekat dengan penginapan. Dari mereka yang membeli sarapan bubur ayam gaya chinesse yang lezat di salah satu gubuk jualan sekitar penginapan pula.
Karena keempat dari sepupu lainnya masih tertidur lelap saat mereka semua datang ke penginapan. Akhirnya semua sepupu yang sudah pulang membawakan makan siang untuk semua sepupu lainnya, menunggu mereka makan siang sesudah keempat sepupu lainnya terbangun dari tidur mereka.
Bersamaan dengan itu, kemudian para anggota keluarga berumur lainnya juga sudah datang dari jalan-jalan di sekitar penginapan. Semua para anggota sepupu tua sedang berada di pendopo utama saat itu sedangkan para sepupu muda masih berada di dalam pendopo dimana mereka tinggali sebelumnya. Sehingga para anggota keluarga berumur terutama semua Bude-Bude dan Tante akhirnya menetap di pendopo utama, melihat semua sepupu tua berada di sana.
Kedatangan semua anggota keluarga berumur pun mencuat sebuah obrolan ketika mereka sudah kebagian tempat duduk di pendopo utama.
Obrolan pertama mengenai bagaimana dengan pengalaman para Bude-Bude dan Tante-tante jalan-jalan di sekitar area penginapan di Puncak ini. Bude Wuni pun menjelaskan mengenai perjalanan singkat mereka yang jalan-jalan di sekitar area penginapan.
"Iya, tadi Bude sempat juga ke daaerah dataran tingginya di sana. Kita semua sempat foto-foto juga. Pemandangan dari ketinggian di sana bagus sekali. Semuanya merasa puas berkunjung ke sana. Kayaknya kemarin kalian mau ke sana tapi sudah keburu dijemput kita buat makan siang ya?" cerita Bude Wuni yang bercerita jika semua anggota keluarga berumur menyempatkan untuk pergi ke daerah khusus wisata di tempat paling tinggi datarannya di daerah penginapan Puncak situ. Dimana semua para sepupu belum sempat ke sana.
"Wah,, iya Bude. Kemarin kita hampir aja ke sana, gataunya keluar dari kebun stroberry dan apel ternyata kalian semua jemput buat cari makan siang. Tadi kita juga sempat cari sarapan dan juga sudah beli makan siang buat sepupu yang nggak ikut. Jadinya tadi Lisya, Syika, Vanka sama Yuma jaga penginapan. Nggak taunya kita pulang mau kasih oleh-oleh mereka semua lagi tidur siang," jelas Mas Tirta yang adalah anak Bude Inn.
"Oh, jadi ketiga anak tante tadi nggak ikut sama kalian semua pergi cari sarapan? Yuma juga ya pasti nungguin Vanka," kata Mama yang tau ketiga anaknya tadi nggak ikut semua sepupu cari sarapan.
"Iya, Tante. Tadi soalnya mereka mau di ajak tapi masih sibuk mau mandi dulu. Agak bangun telat soalnya," kata Mbak Ghina yang memberi alasan kenapa tadi mereka nggak ikut cari sarapan.
Ada jeda beberapa menit saat obrolan berakhir dari Mbak Gina. Sepertinya semua anggota berumur akan bercerita jika mereka kemarin sore sudah mengajak Lisya berbicara mengenai masalah dia dengan Vanka. Dan juga mengambil keputusan secara bersama-sama. Obrolan tentang Lisya dan Vanka pun dimulai saat Mama Rina ingin memberi tau ke semua sepupu tua yang ada di sana. Dan tentunya Mama Rina juga membutuhkan saran dari mereka semua jika mereka bersedia untuk ikut serta dalam sebuah rencana kedepannya.
"Apa kalian semua yang ada di sini nggak bertanya mengenai Lisya dan Vanka? Omong-omong Tante sudah kasih tau ke Vanka diam-diam kalau dia adalah anggota keluarga yang ada urusan politiknya di keluarga kita. Tepatnya sebelum malam natal Tante, Lisya dan Syika sudah berencana memberi kabar ke Vanka saat dia baru pulang belanja di Mall. Saat itu dia sedang datang hampir masuk ke ruang santai lantai dasar dan kita bertiga sengaja bicara masalah dia di keluarga ini. Hanya sebatas kalau Vanka memang ada politiknya di keluarga ini. Dan Mama juga minta maaf ke Lisya. Mungkin saja sekarang Vanka masih mempertanyakannya sekarang," ucap Mama Rina yang menjelaskan bagaimana kronologi saat dia dan kedua anaknya berencana memberi kabar ke Vanka.
"Tentang Lisya dan Vanka? Iya, Bude aku sudah tau dari Mamaku juga. Dan kayaknya semua sudah dengar kabar itu. Katanya Mamaku kemarin sore semua ajak ngobrol Lisya ya? Gimana keputusan semua Bude sama Tante ke masalah mereka berdua," ujar Kak Sella yang sudah mendengar kabar dari Mamanya, Bude Inn malam kemarinnya via pesan.
"Oh, sudah banyak ya yang tau. Kalau gitu mungkin kita bisa saling tukar pendapat juga tentang bagaimana keadaan kedepan buat kedua anak Tante. Tante sebenarnya bingung harus gimana sama mereka berdua. Kalau Lisya mungkin kita punya beban ke dia gara-gara kita nggak bisa ajak Vanka ngobrol langsung tentang masalah ini. Jadinya ya kita masih terbeban karena masalah belum juga diselesaikan. Tapi Tante juga merasa nggak tau gimana kalau dalam waktu dekat nanti Vanka sudah tau yang lebih baik buat Lisya apa. Lagian sebenarnya Tante nggak mau nanti Vanka nyalahin Lisya, apalagi kalau dia tau salah Lisya apa. Kok dia nggak dianggap sama keluarga kita," Mama mengeluarkan uneg-unegnya tentang bagaimana keadaan keluarganya yang sebenarnya penuh tekanan ini.
"Apa Bude dan Tante-tante sudah ajak ngobrol ke Lisyanya? Pendapat dia gimana?" tanya Mbak Hani yang bertanya apakah Lisya sudah tau dengan perasaan Tantenya itu.
"Sudah. Semua sudah bilang ke Lisya. Kita milih nunggu semua berumur matang, jadinya Vanka mungkin akan siap sama beritanya. Tapi ya Tante ngerasa aja bersalah ke Lisya. Dan semua juga sudah minta maaf ke dia. Kalau semuanya milih dalam waktu yang lama nggak cerita ke Vanka, dia adalah anggota keluarga yang bermasalah dan juga kenapa dia punya masalah sama Lisya," kata Mama yang menjawab pertanyaan dari salah satu sepupu tua lainnya.
"Terus apa Lisya bisa benar-benar ngerti dengan keputusan Bude dan Tante-tante semua? Kayaknya dia belum benar-benar terima sama semuanya. Apa ada cara lainnya? Selain membuat Lisya nunggu? Mungkin kita bisa minta maaf ke Vanka dan kasih dia tempat untuk dia bisa hidup kedepannya. Dan bilang sejujurnya kalau dia memang mengganggu Kakaknya. Mungkin kalau kita bisa bertindak cepat tanpa memberinya banyak peluang diterima di keluarga ini, dia tidak akan marah. Itu lebih baik daripada nggak kasih tau apa-apa ke Vanka dan membiarkannya saja. Kita bisa tidak mengungkapkan apa urusan politik dia di keluarga ini, alih-alih membiarkan semuanya damai," kata Mas Yoga yang setidaknya sudah berbicara bagaimana semua bisa mengalihkan Vanka dari keluarga ini dengan masih bertanggung jawab.
"Tante sudah memikirkan itu sebelumnya. Tapi, sepertinya kita tidak bisa melakukannya karena kita sudah sejauh ini dengan selalu memandang Vanka yang salah. Kita secara diam-diam sudah menganggapnya sebagai musuh di keluarga kita. Dan memang apa yang kamu beri saran itu benar adanya. Tapi, tante juga nggak enak hati sama keseluruhan cerita kita. Kita hanya takut dengan kenyataan Vanka tidak bersalah. Apa yang kita harus ceritakan ke dia kalau selama ini kita menganggap Lisya adalah yang baik selama ini? Kita sudah terlanjur menyalahkan Vanka," kata Mama yang sebenarnya memilih saran dari Yoga tapi ada satu hal yang menjanggalnya. Dia merasa tidak terima jika Vanka harus diberi cara yang terbaik juga. Mereka tetaplah gengsi dengan penilaian mereka selama ini.
"Kalau gitu apa kita harus mengambil langkah dengan memberi tau Vanka bagaimana kebaikan Lisya? Dengan harapan dia mau untuk mengalah demi Kakaknya sendiri. Sebenarnya itu cara terbaik untuk bisa dilakukan. Kita bisa melakukan itu demi kebaikan Lisya juga," kata Mbak Anggie yang juga tidak kalah memberi saran agar masalah sepupunya bisa terselesaikan.
"Wahh, saranmu halus sekali. Padahal Om Haikal bilang beberapa hari yang lalu semuanya pun sama sepakatnya kalau kita mencari cara dengan membiarkan Vanka tau apa salah Lisya. Dia mau suatu waktu Vanka yang bisa benci ke Lisya. Kita tau Lisya tidak suka dengan kehadiran Vanka. Tapi Vanka tidak tau apa yang sudah kita sembunyikan dari Lisya membuat kita tidak terima. Selama ini Lisya belum bisa tulus dengan keberadaan Vanka. Dan karena itu, Om Haikal pun berencana agar Vanka yang bisa membenci Lisya sewaktu-waktu," jelas Mama yang mengatakan rencana awal dari keputusan sebelum semua para anggota keluarga berumur bertemu dengan sepupu tua sekarangnya.
"Cara itu adalah cara yang akan menyebabkan masalah ke depannya. Kalau Vanka benci dengan Lisya, yang ada mungkin dia akan susah untuk bisa memaafkan semua pihak terutama Lisya sendiri. Tapi, kalau dilihat lagi memang jika semua ingin jujur mengenai apa masalah yang terjadi sebenarnya. Rasa benci itu akan terbentuk dengan sendirinya. Apalagi kalau kita terlalu membiarkan Vanka lama di keluarga ini. Itu akan terjadi. Yang jadi pertanyaan pentingnya adalah, bagaimana seorang yang sudah benci bisa mengalah nantinya," ujar Tante Sita yang mulai menyeleweng dari rencana awalnya itu. Menurutnya rencana yang dikatakan oleh sepupu tua ada benarnya.
"Iya itu juga ada benarnya. Tapi menurut Tante antara kita ajak Vanka untuk berbicara secepatnya atau membiarkan dia lama-kelamaan agar bertindak sama aja akan membuat bekas benci dari dia juga. Semua yang akan diambil kedepannya punya konsekuensi yang sama. Pada akhirnya akan ada rasa benci juga yang dirasa Vanka. Jadi menurut Tante lebih baik kita pakai rencana awal saja. Karena Tante yakin kalau kita secepatnya menyuruh Vanka pergi juga sama akan membuat dia benci di akhirnya," jawab Mama yang bersikeras dengan rencana awalnya itu.
"Kalau gitu, Tan. Apa tante sudah memikirkan bagaimana kedepannya? Maksudku gimana kalau nanti diawal Vanka tau jika masalah yang ada dengan keluarga adalah karena kita semua salah menilai Vanka, jika kesalahan Lisya kita kira adalah kesalahan Vanka? Apa yang akan dilakukan Om, Tante sama Syika nantinya?" kali ini Mas Jaya yang bertanya ke Tantenya itu. Dia mengkhawatirkan jika keadaan sudah genting. Yaitu saat Vanka sudah tau salah satu masalah yang disembunyikan oleh keluarganya ke dia dan bagaimana jika dirinya mulai membencinya kenyataan itu.
"Vanka yang tau tentang hal itu sudah sewajarnya. Tetapi yang tidak pernah Tante bayangkan adalah apa yang harus dilakukan setelahnya. Sepertinya Tante akan main aman saja. Tante tidak akan berusaha banyak jika Vanka sudah tau mengenai hal yang sudah kita sembunyikan. Karena seluruhnya Vanka yang bisa mengambil tindakan untuknya sendiri," jawab Mama yang merasa jika Vanka sudah tau tentang salah satu masalah yang ada hanya harus menunggu dia saja untuk bertindak.
"Sepertinya, semuanya sudah saling bersepakat dengan bagaimana kedepannya. Dan sebagai anggota sepupu, Gina cuman bisa membantu sedikit saja sampai detik ini. Karena aku juga salah satu bagian keluarga yang juga bertanggung jawab. Mungkin akan lebih baik jika setiap beberapa bulan kedepan, kita bisa saling bertemu dalam kumpul keluarga. Hanya untuk membicarakan bagaimana perkembangan masalah antara Vanka dan Lisya. Bagaimana?" Mbak Ghina yang adalah salah satu sepupu akhirnya mengiyakan apa yang sudah dibicarakan tentang Vanka dan Lisya, Dan menambahkan satu saran lainnya.
"Iya, itu pasti. Mungkin karena itu pembicaraan tertutup. Maka kita tidak usah mengikutsertakan Vanka dan Lisya. Mereka harus sibuk dengan urusan sekolah mereka. Vanka akan masih melanjutkan sekolahnya. Begitu pula dengan Lisya. Pertengahan tahun depan dia ingin masuk ke dalam akademi penyanyi. Jadi waktu untuk Lisya bisa membuktikan jika dia adalah yang dikenal baik oleh banyak orang hanya ada sekitar setengah bulan saja," jelas Mama yang mengatakan jika tidak ada banyak waktu agar Lisya bisa memberi bukti kalau dia yang dikenal baik.
"Kita mungkin bisa berjalan perlahan-lahan. Dengan itu kita bisa lebih meyakinkan Vanka. Dan semoga Vanka yang sudah cukup umur untuk kedepannya bisa mengambil keputusan buat dia sendiri," kata Bude Inn yang merupakan penutup dari perbincangan mengenai Vanka dan Lisya.
Semua di dalam ruang pendopo utama kemudian kembali untuk menjalankan rutinitas selanjutnya. Berangsur-angsur mereka pun mulai pergi dari pendopo, saat mereka sudah membicarakan bagaimana dengan keadaan Vanka dan Lisya untuk kedepannya. Walaupun keputusan belum ketok palu, tapi setidaknya mereka semua saling berusaha untuk menemukan cara yang tepat. Dan mereka juga belum tau bagaimana keadaan kedepannya.