Descargar la aplicación
8.67% It’ Precious / Chapter 19: Pesan Tersembunyi

Capítulo 19: Pesan Tersembunyi

Matahari cerah hari ini, mendukung suasana hangat penginapan Vila yang ditempati menginjak hari kedua. Dan besoknya, adalah hari terakhir semua keluarga berlibur di Puncak. Dan masih ada dua hari lagi tepatnya untuk pergantian tahun baru 2008.

Keadaan Vila saat ini sedang tenang. Dan kebanyakan penghuninya sedang pergi ke luar dari penginapan. Sebagian yang adalah anggota keluarga tetua sedang berlibur dengan jalan-jalan ke sekeliling penginapan. Dan sebagian lagi sedang mencari sarapan masih di area dekat penginapan juga.

Anehnya, perkiraan Vanka jika kedua Kakaknya akan ikut mencari sarapan itu ternyata salah. Mereka berdua memilih untuk tinggal di penginapan bersama dengan beberapa sepupu muda lainnya. Yaitu Vanka berserta Yuma. Jadi di penginapan sekarang hanya ada mereka berempat saja.

Karena hari masih pagi, yaitu sekitar jam sembilan pagi. Maka semua sudah baru saja selesai mandi pagi. Vanka mengetahuinya karena dia yang mengamati keadaan pagi ini. Berhubung dia yang paling pagi bangunnya.

Dirinya sekarang sedang berada di sebuah ruang santai yang ada di lantai atas. Sendiri saja, dan berusaha menyibukkan dirinya dengan tontonan televisi yang dilihatnya. Dia masih membayangkan obrolannya dengan Kak Sella, sepupunya sebelum dia menonton televisi.

Vanka bingung apa dia harus merasa bodoh amat dengan keberadannya atau memilih agar bebicara dengan Kakaknya itu, tentang apa yang harus dilakukannya. Tapi, akan canggung juga jika dia malah bertanya langsung ke Kak Lisya. Karena dia rasa semua malah menyembunyikan masalahnya dengan Kakak perempuannya itu.

Dengan pemikiran terakhirnya, akhirnya Vanka pun sepakat agar dirinya bisa leluasa menjalani kehidupannya. Dia tau jika semua tidak mengajaknya berbicara, maka sama saja dia tidak harus mencari cara sesuai dengan apa yang ada di benaknya selama ini. Jika dia merasa tidak ingin menggangu Kak Lisya.

Dan semoga saja apa yang sudah dia canamkan itu adalah hal yang mempermudah dia. Bahwa mendiamkan perkara ada baiknya daripada bermain dengan api dengan masalah yang dihadapinya. Tapi, Vanka tidak bisa menjamin keadaannya untuk kedepannya. Bisa saja suatu saat kedamaiannya akan bergolak tanpa dapat diundang begitu saja.

Saat dia kembali lagi menonton televisi selama tiga puluh menit lamanya, akhirnya kedua Kakaknya itu pun keluar dari kamar mereka. Dengan alasan jika mereka berdua kelaparan, maka mereka pun bergaduh untuk langsung menuju ke pantry.

Vanka melihat mereka berdua melenggang pergi ke lantai dasar tanpa menyapanya, mungkin sudah wajar karena mereka berdua mencari sarapan terlebih dahulu. Tapi, setelah mereka sudah kembali ke lantai atas untuk sama-sama bersantai di sana. Vanka tak kunjung di sapa mereka berdua.

Tanpa banyak pikir, Vanka pun kembali ke kamarnya. Dia punya alasan karena dia ingin melihat Yuma. Dia tau saat itu jika Yuma masih mandi.

Akhirnya dia pun kembali ke pantry untuk menyiapkan sarapan untuk Yuma. Dan membawanya ke lantai atas tepat menuju ke dalam kamarnya. Untungnya Yuma saat itu sudah selesai mandi. Dan dia pun menawari Yuma segelas milo hangat dengan sebungkus roti yang dibeli kemarinnya.

"Yuma, ini aku siapin buat kamu sarapan. Cuman ada ini aja di pantry bawah. Kamu cepat sarapan ya," kata Vanka yang langsung dibalas dengan kata terimakasih oleh Yuma. Tapi, saat itu Yuma pun membawa bakinya langsung menuju ke luar kamar mereka. Tepat dia melihat ada Lisya dan Syika sedang berada di luar kamar.

Vanka pun melihat kepergian Yuma dengan pasrah, dia ingin juga berkumpul bersama dengan semuanya yang ada di ruang santai itu. Tapi, kedua Kakaknya hanya menyapa Yuma saja. Yang saat itu memang sedang berjalan membawa baki menuju kearah di mana mereka berdua berada.

"Yuma, mau barengan sarapannya? Sini barengan kita berdua aja," ucap Kak Syika mengajak Yuma duduk santai di atas karpet sambil mereka menonton televisi yang Vanka nyalakan terlebih dulu itu. Dan yang paling menyebalkan adalah karena ketiganya tidak juga mengajak Vanka untuk berkumpul bersama-sama.

Memang dia rasanya ingin juga ikut berkumpul. Tapi dia teringat ucapan Kak Sella, salah satu sepupu tua. Yang bicara kepadanya agar tidak merusak mood Kakak perempuannya, Kak Lisya.

Akhirnya dia memilih kembali tidur di atas kasurnya dan merebahkan dirinya di sana. Kasur yang ditempati Vanka menjorok kearah balkon dan tidak terlihat dari pintu keluar menuju ke ruang santai. Sehingga itu memungkinkan dia untuk lebih tidak terlihat mengganggu Kakaknya yang sedang tidak ingin dengan kehadiran Vanka.

"Liburan yang membosankan. Apa kehidupanku seterusnya akan sama terlihat seperti ini? Iya, memang dulu dan sekarang berbeda dari sebelumnya. Aku merasakannya, semenjak aku terbangun dari tidur itu. Sebelum aku ke gereja. Aku sudah merasakan jika tidurku itu adalah pertanda aku akan mengalami perubahan di kehidupanku ini," batin Vanka serambi memandang pohon kelapa tinggi menjulang di luar balkon pendopo tempatnya berada.

Dia yang tidur dengan menghadap ke arah luar balkon, mulai mengingat jika dia membawa sebuah buku tebal merah maroon yang diberikan oleh Mama beberapa waktu lalu sebelum dia pergi berlibur.

Dan dia membawanya buku itu ke dalam ranselnya saat liburan kali ini. Dan dia pun berinisiatif untuk mengambilnya dari ranselnya yang berada di atas shelf laci tidak jauh dari jendela yang bersebelahan dengan balkon.

"Srrttt,," bunyi ransel yang baru dibuka oleh Vanka terdengar. Tanpa menunggu, dia pun mengambil buku tebal journal merah maroon itu.

Dia bawa dengan satu tangannya dimana posisinya memegang inti buku sehingga dia tidak sengaja melihat ada yang jatuh berupa lembaran yang dia rasa adalah sebuah post card mini yang dia belum mengerti itu ada di dalamnya semenjak beberapa hari yang lalu sudah membukanya.

Dia yang tadinya sudah ada di atas kasurnya itu pun mulai kembali beranjak untuk mengambil mini postcard itu. Postcard yang sudah ada di tangannya itu terlihat masih di segel dengan plastic tebal.

Mungkin saja dia belum menemukannya karena di belakang segelnya ada bekas selotip. Perkiraannya itu ditempel pada salah satu kertas di buku journal itu. Mini postcard itu berwarna hologram. Dan dia melihat jika itu berupa postcard yang dilipat dua. Otomatis pastinya ada sebuah kutipan di dalamnya. Langsung saja Vanka buka,

Dia tidak sadar jika sebenarnya mini post card itu adalah buatan jahil Kakak perempuannya, Kak Lisya. Dan dia melakukannya karena alasan yang tidak dia terima dari masalahnya dengan Vanka.

Sayangnya, buku itu sebenarnya adalah hadiah dari Adimas, sahabat Kak Lisya namun dengan ijin dari semua anggota inti keluarga. Akhirnya Lisya meminta tolong seseorang penjual postcard untuk menulis sebuah postcard mini itu. Seakan dia memberi sebuah petunjuk untuk Vanka. Mengenai sesuatu yang Lisya tidak suka dari sebuah kenyataan yang terjadi sebenarnya terhadap dirinya dan Vanka.

Isi postcard :

Melihat kenyataan akan lebih pahit daripada melihat usaha, nyatanya usaha akan membuat seseorang kuat. Tapi, nyatanya residu darinya menyatakan seberapa besar kenyataan berbicara.

Selamat natal untuk Vanka.

Vanka memandang tulisan itu dengan tanpa bisa menebak, apa maksud dari kutipan mini post card itu. Dia membacanya berulang-ulang, dengan harapan mungkin saja akan mempan atau terjawab maksdunya.

Tapi tetap saja dia bodoh tak mengerti maksud dari tulisan itu. Dia bertanya-tanya siapa yang menulis itu dan apa informasi di dalamnya juga. Tak merasa menarik baginya karena sekarang Vanka malah mengembalikan lipatan post card dan memasukkannya ke segel kembali. Dia tidak memikirkan apa yang sudah di bacanya itu. Dan tertera di post card tersebut.

Kemudian dia pun menaruh post card bersegel ke dalam dompetnya yang berisikan kartu-kartu penting yang ada di sana. Dia mengambilnya lagi di dalam ransel miliknya. Menurutnya jika dia taruh di dalam lembaran buku journal, akan mudah hilang.

Merasa ada yang mengawasinya dari bilik pintu, dia sadar semenjak sedari tadinya Kak Syika sedang melihatnya. Karena Vanka kaget dengan kehadiran Kak Syika di ujung pintu, dia pun bertanya ke Kak Syika, apa yang sedang dia amati dari sana.

"Hei, apa yang Kak Syika amati? Apa sarapan Kak Syika sudah selesai?" tanya Vanka yang merasa risih mendapati Kakak kandung perempuannya itu seperti sudah sedari tadi di sana.

"Nggak. Kak Syika cuman heran aja kamu kok nggak ikutan sama Aku, Kak Lisya sama Yuma. Jadi aku samperin kamu ke sini. Aku liat kamu kayak baruaja sibuk ambil barang di ransel kamu. Apa kamu nggak mau barengan sama kita di luar?" tanya Kak Syika mengajak Vanka untuk tidak menyendiri.

Kak Syika sadar jika Vanka ternyata membawa buku merah jambu itu. Yang adalah pemberian Adimas kepada Lisya dan malah diberikan kepada Vanka atas ijin Lisya juga.

"Oh, iya Kak Syika. Aku barusaja melihat sebuah mini postcard dari dalam buku journal berwarna merah maroon muda yang diberikan oleh Mama beberapa hari sebelum kita pergi berlibur. Katanya itu untukku dan adalah kado natalku. Aku membawanya, dan hendak membukanya saja. Begitulah, mini postcard itu aku taruh di dalam dompetku karena aku tak mengerti harus disimpan di mana lagi agar tidak hilang" Vanka menjelaskan ke Kak Syika mengenai apa yang baru saja dia lakukan dengan terus terang.

"Oh,, apa kamu membawanya. Iya itu adalah kado dari keluarga inti untuk kamu. Sayangnya malam sebelum natal tiba kamu malah tidak hadir," cela Kak Syika yang tidak berkata sebenarnya.

Sebenarnya saat malam sebelum natal saat sedang acara membuka kado natal hanya berupa keluarga inti. Saat itu sebenarnya, Vanka hanya diberi sebuah hadiah berupa satu set sabun mandi dari sebuah ritel skincare terkenal.

Dan karena dia tidak datang saat itu, Lisya yang diberi kado berupa buku journal tebal itu. Dari sahabatnya, Adimas. Tapi dia menginginkan agar kado itu diberikan ke Vanka, dengan alasan agar Vanka merasa masih diberi harapan oleh keluarga intinya. Tanpa memberi taunya jika itu adalah hadiah natal dari Adimas.

Bagi Lisya itu adalah kado istimewa, mengingat dia tau dia suka menulis. Akan tetapi buku journal itu memiliki makna berkesan. Yang menyiratkan siapa saja untuk bebas menulis apa saja perasaan pemiliknya. Jadi, karena dia tau itu maksudnya. Dia menyengajakan agar Vanka yang mendapatkannya. Supaya nanti di kemudian harinya Vanka menyesal.

Lisya menitipkan itu ke Mama. Agar suatu waktu itu bisa diberikan ke Vanka secara langsung. Pastinya dia menukar kartu ucapan sebenarnya dari Adimas yang dituju untuknya menjadi mini postcard dengan tulisan yang telah dibaca Vanka beberapa menit yang lalu itu.

"Bagus jika kamu membawanya, berarti kamu punya kegiatan menulis di liburan. Hmm, apa kamu mau bersama-sama dengan kita bertiga diluar menonton TV? Sepertinya kamu kesepian di sini," tanya Kak Syika bertanya ke Vanka yang saat itu menolaknya dengan halus. Karena dia memang sudah kerasan ada di dalam kamar.

Mengetahui itu, akhirnya Syika pun beranjak dengan menutup kamar Vanka. Mengetahui itu Vanka pun beralih kembali dengan buku journal yang sedang ada di atas Kasur bersama dengan dirinya.

Saat yang bersamaan, Syika pun kembali bersama menonton TV dengan Yuma dan Kak Lisya sehabis keduanya membersihkan sisa makan mereka bertiga di pantry dan kembali lagi ke lantai atas. Syika pun berbisik memberi taukan ke Lisya saat itu jika Vanka sudah menerima buku merah maroon muda dari Mama serta membawanya sekarang saat liburan ini berlangsung.

"Hei, Vanka sudah menerima buku journal dari Adimas untukmu itu. Dia membawanya di dalam ranselnya. Aku melihatnya sedang membawa mini postcard yang Kak Lisya tulis. Dan dia sedang memindahkannya ke dalam dompetnya. Bagaimana menurutmu, Kak?" tanya Syika menanti respon dari Lisya, sang Kakak perempuannya itu.

"Oh yah? Apa dia sudah membaca mini postcard itu? Lalu bagaimana? Apa dia menanyakan tentang isi postcard itu?" tanya Lisya yang tidak heran jika Vanka sudah membaca pesan di mini postcard itu.

"Tidak, dia tidak menanyakannya. Setauku dia juga tidak terlihat memusingkan apa isi mini postcard itu. Apa itu sebuah pertanda buruk, Kak?" kali ini Syika berucap dengan menimang Vanka yang tidak kepikiran denga nisi postcard itu. Belum sempat Lisya menjawab, Yuma pun beralih menanyakan apa yang sedang mereka berdua sedang bicarakan itu.

"Hei, apa yang kalian bicarakan? Mengapa kalian berbicara secara berbisik-bisik seperti itu? Aku tidak dapat mendengarnya," ujar Yuma membuat keduanya tidak lagi menyelesaikan obrolan mereka tadinya tentang Vanka dan dia yang sudah membaca isi mini postcard itu.

"Tidak ada apa-apa Yuma. Aku dan Syika hanyalah berbicara apa yang akan kita lakukan di malam hari nanti. Kita berbisik-bisik karena aku sedang mengatakan jika Uangku habis kemarinnya untuk membeli banyak macam snack dan roti dan aku mau meminjam ke Syika," ujar Lisya yang meyakinkan Yuma yang tidak merasa bersalah sudah menyela pembicaraan sebelumnya.

"Oh, hanya itu saja? Aku kira kalian sedang membiacarakan sesuatu yang berhubungan dengan masalahmu dengan Vanka," ucap Yuma yang bergantian bicara secara bisik-bisik ke keduanya itu. Tapi, Lisya hanya membalasnya dengan sederhana.

"Ahh itu,, tidak. Aku tidak membicarakan itu sama Syika," ujar Lisya berbohong ke Yuma.


Capítulo 20: Sepupu Tua Berbicara

Hari kedua liburan di penginapan Villa ini berangsur agak cepat. Sekarang hari sudah menginjak waktu siang menjelang sore. Banyak sepupu yang baru saja sedang asik pergi mencari sarapan sudah datang semenjak satu jam yang lalu.

Mereka juga membelikan makan siang untuk semuanya yang dibawa pulang saat mereka pergi ke sebuah restorant cepat saji yang masih ada di satu daerah dekat dengan penginapan. Dari mereka yang membeli sarapan bubur ayam gaya chinesse yang lezat di salah satu gubuk jualan sekitar penginapan pula.

Karena keempat dari sepupu lainnya masih tertidur lelap saat mereka semua datang ke penginapan. Akhirnya semua sepupu yang sudah pulang membawakan makan siang untuk semua sepupu lainnya, menunggu mereka makan siang sesudah keempat sepupu lainnya terbangun dari tidur mereka.

Bersamaan dengan itu, kemudian para anggota keluarga berumur lainnya juga sudah datang dari jalan-jalan di sekitar penginapan. Semua para anggota sepupu tua sedang berada di pendopo utama saat itu sedangkan para sepupu muda masih berada di dalam pendopo dimana mereka tinggali sebelumnya. Sehingga para anggota keluarga berumur terutama semua Bude-Bude dan Tante akhirnya menetap di pendopo utama, melihat semua sepupu tua berada di sana.

Kedatangan semua anggota keluarga berumur pun mencuat sebuah obrolan ketika mereka sudah kebagian tempat duduk di pendopo utama.

Obrolan pertama mengenai bagaimana dengan pengalaman para Bude-Bude dan Tante-tante jalan-jalan di sekitar area penginapan di Puncak ini. Bude Wuni pun menjelaskan mengenai perjalanan singkat mereka yang jalan-jalan di sekitar area penginapan.

"Iya, tadi Bude sempat juga ke daaerah dataran tingginya di sana. Kita semua sempat foto-foto juga. Pemandangan dari ketinggian di sana bagus sekali. Semuanya merasa puas berkunjung ke sana. Kayaknya kemarin kalian mau ke sana tapi sudah keburu dijemput kita buat makan siang ya?" cerita Bude Wuni yang bercerita jika semua anggota keluarga berumur menyempatkan untuk pergi ke daerah khusus wisata di tempat paling tinggi datarannya di daerah penginapan Puncak situ. Dimana semua para sepupu belum sempat ke sana.

"Wah,, iya Bude. Kemarin kita hampir aja ke sana, gataunya keluar dari kebun stroberry dan apel ternyata kalian semua jemput buat cari makan siang. Tadi kita juga sempat cari sarapan dan juga sudah beli makan siang buat sepupu yang nggak ikut. Jadinya tadi Lisya, Syika, Vanka sama Yuma jaga penginapan. Nggak taunya kita pulang mau kasih oleh-oleh mereka semua lagi tidur siang," jelas Mas Tirta yang adalah anak Bude Inn.

"Oh, jadi ketiga anak tante tadi nggak ikut sama kalian semua pergi cari sarapan? Yuma juga ya pasti nungguin Vanka," kata Mama yang tau ketiga anaknya tadi nggak ikut semua sepupu cari sarapan.

"Iya, Tante. Tadi soalnya mereka mau di ajak tapi masih sibuk mau mandi dulu. Agak bangun telat soalnya," kata Mbak Ghina yang memberi alasan kenapa tadi mereka nggak ikut cari sarapan.

Ada jeda beberapa menit saat obrolan berakhir dari Mbak Gina. Sepertinya semua anggota berumur akan bercerita jika mereka kemarin sore sudah mengajak Lisya berbicara mengenai masalah dia dengan Vanka. Dan juga mengambil keputusan secara bersama-sama. Obrolan tentang Lisya dan Vanka pun dimulai saat Mama Rina ingin memberi tau ke semua sepupu tua yang ada di sana. Dan tentunya Mama Rina juga membutuhkan saran dari mereka semua jika mereka bersedia untuk ikut serta dalam sebuah rencana kedepannya.

"Apa kalian semua yang ada di sini nggak bertanya mengenai Lisya dan Vanka? Omong-omong Tante sudah kasih tau ke Vanka diam-diam kalau dia adalah anggota keluarga yang ada urusan politiknya di keluarga kita. Tepatnya sebelum malam natal Tante, Lisya dan Syika sudah berencana memberi kabar ke Vanka saat dia baru pulang belanja di Mall. Saat itu dia sedang datang hampir masuk ke ruang santai lantai dasar dan kita bertiga sengaja bicara masalah dia di keluarga ini. Hanya sebatas kalau Vanka memang ada politiknya di keluarga ini. Dan Mama juga minta maaf ke Lisya. Mungkin saja sekarang Vanka masih mempertanyakannya sekarang," ucap Mama Rina yang menjelaskan bagaimana kronologi saat dia dan kedua anaknya berencana memberi kabar ke Vanka.

"Tentang Lisya dan Vanka? Iya, Bude aku sudah tau dari Mamaku juga. Dan kayaknya semua sudah dengar kabar itu. Katanya Mamaku kemarin sore semua ajak ngobrol Lisya ya? Gimana keputusan semua Bude sama Tante ke masalah mereka berdua," ujar Kak Sella yang sudah mendengar kabar dari Mamanya, Bude Inn malam kemarinnya via pesan.

"Oh, sudah banyak ya yang tau. Kalau gitu mungkin kita bisa saling tukar pendapat juga tentang bagaimana keadaan kedepan buat kedua anak Tante. Tante sebenarnya bingung harus gimana sama mereka berdua. Kalau Lisya mungkin kita punya beban ke dia gara-gara kita nggak bisa ajak Vanka ngobrol langsung tentang masalah ini. Jadinya ya kita masih terbeban karena masalah belum juga diselesaikan. Tapi Tante juga merasa nggak tau gimana kalau dalam waktu dekat nanti Vanka sudah tau yang lebih baik buat Lisya apa. Lagian sebenarnya Tante nggak mau nanti Vanka nyalahin Lisya, apalagi kalau dia tau salah Lisya apa. Kok dia nggak dianggap sama keluarga kita," Mama mengeluarkan uneg-unegnya tentang bagaimana keadaan keluarganya yang sebenarnya penuh tekanan ini.

"Apa Bude dan Tante-tante sudah ajak ngobrol ke Lisyanya? Pendapat dia gimana?" tanya Mbak Hani yang bertanya apakah Lisya sudah tau dengan perasaan Tantenya itu.

"Sudah. Semua sudah bilang ke Lisya. Kita milih nunggu semua berumur matang, jadinya Vanka mungkin akan siap sama beritanya. Tapi ya Tante ngerasa aja bersalah ke Lisya. Dan semua juga sudah minta maaf ke dia. Kalau semuanya milih dalam waktu yang lama nggak cerita ke Vanka, dia adalah anggota keluarga yang bermasalah dan juga kenapa dia punya masalah sama Lisya," kata Mama yang menjawab pertanyaan dari salah satu sepupu tua lainnya.

"Terus apa Lisya bisa benar-benar ngerti dengan keputusan Bude dan Tante-tante semua? Kayaknya dia belum benar-benar terima sama semuanya. Apa ada cara lainnya? Selain membuat Lisya nunggu? Mungkin kita bisa minta maaf ke Vanka dan kasih dia tempat untuk dia bisa hidup kedepannya. Dan bilang sejujurnya kalau dia memang mengganggu Kakaknya. Mungkin kalau kita bisa bertindak cepat tanpa memberinya banyak peluang diterima di keluarga ini, dia tidak akan marah. Itu lebih baik daripada nggak kasih tau apa-apa ke Vanka dan membiarkannya saja. Kita bisa tidak mengungkapkan apa urusan politik dia di keluarga ini, alih-alih membiarkan semuanya damai," kata Mas Yoga yang setidaknya sudah berbicara bagaimana semua bisa mengalihkan Vanka dari keluarga ini dengan masih bertanggung jawab.

"Tante sudah memikirkan itu sebelumnya. Tapi, sepertinya kita tidak bisa melakukannya karena kita sudah sejauh ini dengan selalu memandang Vanka yang salah. Kita secara diam-diam sudah menganggapnya sebagai musuh di keluarga kita. Dan memang apa yang kamu beri saran itu benar adanya. Tapi, tante juga nggak enak hati sama keseluruhan cerita kita. Kita hanya takut dengan kenyataan Vanka tidak bersalah. Apa yang kita harus ceritakan ke dia kalau selama ini kita menganggap Lisya adalah yang baik selama ini? Kita sudah terlanjur menyalahkan Vanka," kata Mama yang sebenarnya memilih saran dari Yoga tapi ada satu hal yang menjanggalnya. Dia merasa tidak terima jika Vanka harus diberi cara yang terbaik juga. Mereka tetaplah gengsi dengan penilaian mereka selama ini.

"Kalau gitu apa kita harus mengambil langkah dengan memberi tau Vanka bagaimana kebaikan Lisya? Dengan harapan dia mau untuk mengalah demi Kakaknya sendiri. Sebenarnya itu cara terbaik untuk bisa dilakukan. Kita bisa melakukan itu demi kebaikan Lisya juga," kata Mbak Anggie yang juga tidak kalah memberi saran agar masalah sepupunya bisa terselesaikan.

"Wahh, saranmu halus sekali. Padahal Om Haikal bilang beberapa hari yang lalu semuanya pun sama sepakatnya kalau kita mencari cara dengan membiarkan Vanka tau apa salah Lisya. Dia mau suatu waktu Vanka yang bisa benci ke Lisya. Kita tau Lisya tidak suka dengan kehadiran Vanka. Tapi Vanka tidak tau apa yang sudah kita sembunyikan dari Lisya membuat kita tidak terima. Selama ini Lisya belum bisa tulus dengan keberadaan Vanka. Dan karena itu, Om Haikal pun berencana agar Vanka yang bisa membenci Lisya sewaktu-waktu," jelas Mama yang mengatakan rencana awal dari keputusan sebelum semua para anggota keluarga berumur bertemu dengan sepupu tua sekarangnya.

"Cara itu adalah cara yang akan menyebabkan masalah ke depannya. Kalau Vanka benci dengan Lisya, yang ada mungkin dia akan susah untuk bisa memaafkan semua pihak terutama Lisya sendiri. Tapi, kalau dilihat lagi memang jika semua ingin jujur mengenai apa masalah yang terjadi sebenarnya. Rasa benci itu akan terbentuk dengan sendirinya. Apalagi kalau kita terlalu membiarkan Vanka lama di keluarga ini. Itu akan terjadi. Yang jadi pertanyaan pentingnya adalah, bagaimana seorang yang sudah benci bisa mengalah nantinya," ujar Tante Sita yang mulai menyeleweng dari rencana awalnya itu. Menurutnya rencana yang dikatakan oleh sepupu tua ada benarnya.

"Iya itu juga ada benarnya. Tapi menurut Tante antara kita ajak Vanka untuk berbicara secepatnya atau membiarkan dia lama-kelamaan agar bertindak sama aja akan membuat bekas benci dari dia juga. Semua yang akan diambil kedepannya punya konsekuensi yang sama. Pada akhirnya akan ada rasa benci juga yang dirasa Vanka. Jadi menurut Tante lebih baik kita pakai rencana awal saja. Karena Tante yakin kalau kita secepatnya menyuruh Vanka pergi juga sama akan membuat dia benci di akhirnya," jawab Mama yang bersikeras dengan rencana awalnya itu.

"Kalau gitu, Tan. Apa tante sudah memikirkan bagaimana kedepannya? Maksudku gimana kalau nanti diawal Vanka tau jika masalah yang ada dengan keluarga adalah karena kita semua salah menilai Vanka, jika kesalahan Lisya kita kira adalah kesalahan Vanka? Apa yang akan dilakukan Om, Tante sama Syika nantinya?" kali ini Mas Jaya yang bertanya ke Tantenya itu. Dia mengkhawatirkan jika keadaan sudah genting. Yaitu saat Vanka sudah tau salah satu masalah yang disembunyikan oleh keluarganya ke dia dan bagaimana jika dirinya mulai membencinya kenyataan itu.

"Vanka yang tau tentang hal itu sudah sewajarnya. Tetapi yang tidak pernah Tante bayangkan adalah apa yang harus dilakukan setelahnya. Sepertinya Tante akan main aman saja. Tante tidak akan berusaha banyak jika Vanka sudah tau mengenai hal yang sudah kita sembunyikan. Karena seluruhnya Vanka yang bisa mengambil tindakan untuknya sendiri," jawab Mama yang merasa jika Vanka sudah tau tentang salah satu masalah yang ada hanya harus menunggu dia saja untuk bertindak.

"Sepertinya, semuanya sudah saling bersepakat dengan bagaimana kedepannya. Dan sebagai anggota sepupu, Gina cuman bisa membantu sedikit saja sampai detik ini. Karena aku juga salah satu bagian keluarga yang juga bertanggung jawab. Mungkin akan lebih baik jika setiap beberapa bulan kedepan, kita bisa saling bertemu dalam kumpul keluarga. Hanya untuk membicarakan bagaimana perkembangan masalah antara Vanka dan Lisya. Bagaimana?" Mbak Ghina yang adalah salah satu sepupu akhirnya mengiyakan apa yang sudah dibicarakan tentang Vanka dan Lisya, Dan menambahkan satu saran lainnya.

"Iya, itu pasti. Mungkin karena itu pembicaraan tertutup. Maka kita tidak usah mengikutsertakan Vanka dan Lisya. Mereka harus sibuk dengan urusan sekolah mereka. Vanka akan masih melanjutkan sekolahnya. Begitu pula dengan Lisya. Pertengahan tahun depan dia ingin masuk ke dalam akademi penyanyi. Jadi waktu untuk Lisya bisa membuktikan jika dia adalah yang dikenal baik oleh banyak orang hanya ada sekitar setengah bulan saja," jelas Mama yang mengatakan jika tidak ada banyak waktu agar Lisya bisa memberi bukti kalau dia yang dikenal baik.

"Kita mungkin bisa berjalan perlahan-lahan. Dengan itu kita bisa lebih meyakinkan Vanka. Dan semoga Vanka yang sudah cukup umur untuk kedepannya bisa mengambil keputusan buat dia sendiri," kata Bude Inn yang merupakan penutup dari perbincangan mengenai Vanka dan Lisya.

Semua di dalam ruang pendopo utama kemudian kembali untuk menjalankan rutinitas selanjutnya. Berangsur-angsur mereka pun mulai pergi dari pendopo, saat mereka sudah membicarakan bagaimana dengan keadaan Vanka dan Lisya untuk kedepannya. Walaupun keputusan belum ketok palu, tapi setidaknya mereka semua saling berusaha untuk menemukan cara yang tepat. Dan mereka juga belum tau bagaimana keadaan kedepannya.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C19
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank 200+ Clasificación PS
    Stone 0 Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión

    tip Comentario de párrafo

    ¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.

    Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.

    ENTIENDO